Home / Romansa / Status Sindiran Istriku / Terluka Hati Mama

Share

Terluka Hati Mama

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2022-02-23 23:28:42

Status Sindiran Istriku

BAB 5

"Ajit, kamu kenapa babak belur begini?" ucap mama ketika melihat anaknya berwajah lebam. Pakaianku sudah kotor terkena tanah. 

"Dipukuli bodyguard Rima." Aku duduk di sofa yang diikuti mama. Mata mama membulat. 

"Rima punya bodyguard. Wah, keren sekali mantu Mama," ucapnya dengan wajah takjub. Mama sangat menyukai Rima. Apa yang dilakukannya akan dipuji dan dipuja.

"Ma, kok ngomong begitu. Bukannya belain anak sendiri," sungutku kesal. Aku meraba wajahku yang terasa nyeri.  

"Rima, mantu kesayangan Mama. Kalau bisa memilih dirimu dengan dirinya. Mama pilih Rima," ungkapnya tanpa canggung.

"Ma, dia telah menghina kita. Dia bilang, kalau keluarga kita takut hidup miskin tanpa bantuan mereka," ungkapku kesal. 

Memang benar kalau Rima telah membiayai pendidikan modelku dan membeli semua keperluan pribadi. Begitu juga dengan mama. Rima sangat royal kepada orang tuaku. Memberikan hadiah mobil pada saat ulang tahun pernikahan mereka. 

"Memang benar kenyataannya seperti itu. Kalau tak ada bantuan dari dia, kamu tak akan bisa jadi model. Mama gak bisa punya mobil dan usaha cafe Mama akan sepi. Rima yang telah membantu kita." 

Rima memiliki teman yang banyak. Semua orang menyukainya karena ia ramah dan tak sombong. Tak memandang orang dari hartanya. Menjaga kehormatannya sebagai wanita. 

"Kenapa Mama selalu membelanya?" Wajah wanita yang telah melahirkanku terlihat sinis. 

"Sudahlah, Mama obatin dulu lukamu." Mama melangkah ke dapur dan membawa baskom berisi air hangat. Ia membersihkan lukaku dengan handuk kecil.

"Aw! Pelan-pelan, Ma," teriakku merasakan nyeri dibagian pipi dan bibir. 

"Sakit dilukamu tak seberapa dibandingkan sakit hati dan raga Rima," ujarnya. Seolah-olah merasakan hal yang sama.

"Kamu lupa, dulu Mama dan papa aslinya bercerai karena papamu yang memukuli Mama." 

Dulu aku pernah melihat mama dijambak dan dipukul oleh papa kandungku. Ia juga berselingkuh dengan pembantu di rumah. Pembantu yang berumur lebih muda. Mereka telah bermain belakang ketika, mama bekerja mencari nafkah. 

"Maaf Ma. Ajit khilaf." 

"Semoga ini perlakuan kasarmu yang terakhir kepada wanita," nasihatnya membuatku tergugu. Aku menganggukkan kepala. Mama telah. Mengoles salap ke wajah dan sudut bibirku.

"Ma, Ridho telah kembali," ucapku lemah. Aku butuh seseorang untuk mencurahkan hati agar merasakan ketenangan 

"Benarkah! Ridho sudah pulang dari Paris. Wah, Mama dapat oleh-oleh darinya." Wajah Mama berseri-seri seperti menang lotre." Terus apa yang terjadi?" tanyanya dengan kepo. 

"Ridho telah menyewakan bodyguard buat Rima. Ia yang menyebabkanku seperti ini." Aku menunjukkan luka memar di wajah. 

"Kasihan kamu. Sepertinya akan menjadi kisah percintaan yang bagus." Mama terkekeh membayangkan adegan yang akan terjadi. 

"Apa kayak film drakor itu cerita kalian?" 

"Ma, apa tak ada dukungan untukku sedikitpun." Aku menundukkan kepala. Hati ini terasa nyeri. Ketika semua orang memilih membela Rima. 

"Entahlah. Kalau dilihat status-status Rima, kamu bersalah. Dari kalimatnya saja sudah menusuk hati yang baca. Kamu kurang peka." Tunjuk jarinya ke dadaku. Aku meringis menahan sakit di bagian itu.

Aku butuh tempat curhat, tapi mama malah berbicara memojokkanku. 

"Laki-laki kalau memukul seorang wanita adalah ba*ci." Ucapan mama membuatku tertohok.

Aku mengakui telah memukul Rima hingga meninggalkan bekas diwajah dan tubuh mulusnya. Mungkin aku yang terlalu kasar kepadanya. 

"Berusahalah, Nak. Jangan sampai Rima menceraikanmu. Mama menilai ia adalah istri pujaan. Walaupun, hidupnya miskin atau bukan dari keluarga kaya. Mama masih menerimanya sebagai mantu. Besok Mama akan menemuinya. Berikan alamat tempat tinggalnya." Wajahku sumringah. Mama akan membantuku merayu Rima. 

Menyetujui rencana mama dan memberikan alamat Maya. Semoga saja ia masih berada di rumah temannya. 

~~~ 

Keesok paginya, aku mengantar mama ke rumah Maya karena Bintaro sangat jauh dari tempat tinggal mama. Awalnya, ia menolak akhirnya luluh juga oleh rayuanku dengan janji membelikan parfum mahal. 

"Kamu pulang saja. Mama mau bicara empat mata dengan Rima," ucapnya mengusirku." Cepat Pergi!' 

"Ma, aku tungguin saja," rayuku. Aku tak sabar melihat Rima kembali kepadaku. 

"Sudah pergi! Mama bisa pulang sendiri." Aku mendesah panjang, ingin tahu apa yang akan mama ucapkan. Kulajukan mobilku ke taman tak jauh dari rumah Maya. 

Memarkirkan mobil dan berjalan menuju warung terdekat. Memesan minuman dan makanan kecil sambil memandangi taman yang asri. Aku mengunakan topi serta kacamata agar orang tak mengenaliku. 

Suara dering ponselku bergetar, terpapar nama mama di layar ponselku. Menjawab panggilannya dengan cepat.

"Ajit ... kamu di mana ...." Suara mama terdengar sedih. Sepertinya, ia menangis. 

"Ajit di taman dekat rumah Maya," ucapku. 

"Jemput Mama. Sekarang ...." isakan tangisnya terdengar menusuk hati. Tak pernah Mama menangis seperti itu. Mamaku adalah wanita tegar. 

"I-iya Ma, aku akan ke sana. Tunggu sebentar saja." Aku yang baru saja memesan minuman dingin langsung membayar tanpa menyentuhnya. Tanganku bergetar memikirkan apa yang terjadi. Apa yang dikatakan dan dilakukan Rima. Sehingga, wanita yang telah merawat dan melahirkanku terisak seperti itu. 

Kulihat mama berdiri depan rumah Maya. Matanya sembab, wajahnya basah akibat air mata. Ia mengusap matanya dengan tisu. Aku langsung keluar dan memeluk wanita itu. 

"Ma, mengapa menangis? Apa yang diucapkan Rima?" Aku mengernyit heran. Sikap mama berubah diam. 

"Rima ...." Mama memeluk tubuh kekarku. Ia menangis di dada anak bontotnya. Mencurahkan air matanya. Isakannya semakin keras. Aku melangkah masuk namun, mama menahanku. 

"Sudah, jangan Ajit. Kamu mau ngapain?" 

"Pasti Rima telah menyakiti hati Mama. Ajit gak terima dia perlakukan Mama seperti ini." 

"Jangan! Biarkan saja!" mohon mama. 

"Dia boleh saja memukul dan menusuk hatiku tapi tidak boleh menyakiti Mama," ungkapku dengan dada naik turun. 

"Aku akan memberi pelajaran untuknya!" Kumasuk ke dalam pagar yang tidak terkunci. Mama masih menahan tubuhku agar tak menemui Rima lagi. 

"Jangan Ajit!" 

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Status Sindiran Istriku    Ending Cerita

    Status Sindiran IstrikuPonselku berbunyi berkali-kali.Menatap layar pipih dengan wallpaper bergambar pantai."Halo, ada apa Mbak?" bertanya kepada Mbak Shela yang menghubungiku saat aku berada di cafe"Ajit, pampers dan susu Fakhri habis.""Baik Mbak nanti aku akan belikan.""Terima kasih, Aj

  • Status Sindiran Istriku    Akhir

    Status Sindiran Istriku"Rima, ini bukan tanda tanganku. Aku bersumpah, tak pernah melakukan hal ini. Percaya padaku kali ini." Memperlihatkan semua bukti tentang papa dan Sofie. Tak menutupi semua yang telah terjadi. Masalahku harus segera terselesaikan.Rima menatapku, mungkin mencari kejujuran di sana. Ia menganggukkan kepala dan berkata," Buktikan kalau kamu tak menanda tangani ini. Karena aku merasa ragu.""Aku akan menghampiri dia. Kamu jaga diri kamu. Aku akan kembali. Aku mencintaimu." Mengecup jari jamarinya. Ia tak menolak sedikitpun. Wajahnya pucat dan suara bergetar. Aku yakin cinta itu masih ada.Aku memeluk Rima dan ia membalas pelukanku. Segera pergi mencari orang tersebut. Ibu mertua memberikan bekal dan minuman di botol untukku. Wanita itu selalu baik dan sayang kepada mantunya.Tubuhku memang lelah, tapi aku harus terus berjalan mencari kebenaran. Masalah pa

  • Status Sindiran Istriku    Kembali

    Status Sindiran IstrikuKembali Jam menunjukkan pukul sepuluh malam lewat dua puluh menit. Besok pagi aku sudah sampai di Lampung. Aku hanya membawa kopi dalam termos kecil dan makanan kecil yang berada di meja. Setidaknya, bekal ini cukup untuk di jalan. Membuka dompet berisi uang tiga ratus ribu rupiah. Lebih baik membawa motor saja. Ongkos lebih murah dan hemat. Akhirnya, memutuskan mengunakan motor matic milik Rima yang berada di garasi. Surat-surat motor itu sudah ada di dalam jok motor. Tak lupa memakai jaket yang tebal menelusuri jalan ke arah pelabuhan Merak. Kapal datang agak telat. Pelabuhan terlihat ramai oleh mobil truk pengangkut barang. Mereka mengantar barang dari pulau ke pulau lain. Pekerjaan mereka berat, meninggalkan anak istri berhari-hari untuk menyambung hidup. Perjalanan yang cukup melelahkan. Akhirnya, aku sampai di Sidomulyo tempat mertuaku berada. Aku sangat yakin Rima ada di s

  • Status Sindiran Istriku    Terbunuh

    Status Sindiran Istriku Kubuka mata perlahan, tangan dan kakiku diikat di ranjang. Papa dan Sofie sedang berbicara. Mereka tak tahu aku sudah sadar. "Apa yang harus kita lakukan kepadanya?" tanya Sofie. Sepertinya, ia ketakutan. "Kita harus mendapatkan semuanya atau kita akhiri hidupnya." Ucapannya membuatku bergidik ngeri tentu tidak, aku ingin menertawakannya."Siram tubuhnya dengan air es. Di tak punya siapa-siapa lagi di sini." "Bagaimana dengan kakaknya?" "Itu urusan gampang. Kita selesaikan lelaki ini. Dia penghalang bagi kita. Shela juga sedang mengandung anakku. Ia tak akan berani bertindak." Mba Shela sedang hamil, aku tak percaya. Jangan-jangan ia pura-pura ingin membalas dendam. Ah, mengapa aku tak tahu. "Pa, kalau Shela hamil dan melahirkan anakmu. Kamu akan melupakanku," ucap Sofie. Nadanya terdengar sedih. "Tentu tidak Sayang. Cuma kamu dan h

  • Status Sindiran Istriku    Pengecut

    Status Sindiran Istriku Panggilan masuk dari salah satu petugas keamanan di ponselku. Menyentuh ikon berwarna hijau. "Ada apa?" tanyaku setelah menjawab salamnya. "Ada pergerakkan darinya. Ia berada dalam ruangan." "Malam-malam begini! Baiklah, terima kasih untuk infonya." Bergegas mengambil laptop di dalam ruang kerja. Membuka CCTV dari restauran.Papa sedang berusaha membuka brankas. Ia terlihat kesal dan memukul lemari besi. Terlihat wajahnya frustasi. Sengaja aku menganti kode brankas itu. Ia memukul dan menendang. Aku hanya bisa menertawakan dari layar. Ia berusaha mencongkel brankas. Sudah seminggu aku tak memberinya uang. Mungkin, uangnya telah habis. Tak lupa memblokir kartu kreditnya. Papa menghubungi seseorang. Mendengar suara papa dengan tajam. Ternyata, ia memanggil tukang las besi. Aku terkekeh. Kita lihat apa yang akan ia lakukan lagi. Dua orang petuga

  • Status Sindiran Istriku    Korban

    Status Sindiran Istriku Papa terlihat gusar. Ia melirik brankas di dalam ruangan. Meneguk kopi dengan kasar untuk menyembunyikan perasaannya. "Papa pergi dulu ada urusan sebentar," pamitnya. Wajahnya terlihat pucat. Entah dengan siapa ia akan bertemu. Kuhubungi seseorang yang bisa aku handalkan untuk mengikuti papa."Dia sudah pergi kamu ikuti dia. Lakukan pekerjaanmu dengan baik." Memandang kotak brankas dan menekan kode dengan tanggal lahir mama. Ternyata salah. Apa si tua keladi itu menganti kodenya. Mencoba menekan angka yang sama dengan kode ponsel papa. Nihil, tak bisa. Yang membeli brankas ini adalah mama. Kucoba menekan tanggal kelahiranku. Klik.Menarik kuas brankas secara perlahan. Uang menumpuk dengan tinggi. Ternyata benar dugaanku. Isi brankas sekitar satu miliyar. Kotak brankas hampir penuh. Memasukkan semua uang ke dalam tas yang tergeletak di d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status