Share

Terluka Hati Mama

Status Sindiran Istriku

BAB 5

"Ajit, kamu kenapa babak belur begini?" ucap mama ketika melihat anaknya berwajah lebam. Pakaianku sudah kotor terkena tanah. 

"Dipukuli bodyguard Rima." Aku duduk di sofa yang diikuti mama. Mata mama membulat. 

"Rima punya bodyguard. Wah, keren sekali mantu Mama," ucapnya dengan wajah takjub. Mama sangat menyukai Rima. Apa yang dilakukannya akan dipuji dan dipuja.

"Ma, kok ngomong begitu. Bukannya belain anak sendiri," sungutku kesal. Aku meraba wajahku yang terasa nyeri.  

"Rima, mantu kesayangan Mama. Kalau bisa memilih dirimu dengan dirinya. Mama pilih Rima," ungkapnya tanpa canggung.

"Ma, dia telah menghina kita. Dia bilang, kalau keluarga kita takut hidup miskin tanpa bantuan mereka," ungkapku kesal. 

Memang benar kalau Rima telah membiayai pendidikan modelku dan membeli semua keperluan pribadi. Begitu juga dengan mama. Rima sangat royal kepada orang tuaku. Memberikan hadiah mobil pada saat ulang tahun pernikahan mereka. 

"Memang benar kenyataannya seperti itu. Kalau tak ada bantuan dari dia, kamu tak akan bisa jadi model. Mama gak bisa punya mobil dan usaha cafe Mama akan sepi. Rima yang telah membantu kita." 

Rima memiliki teman yang banyak. Semua orang menyukainya karena ia ramah dan tak sombong. Tak memandang orang dari hartanya. Menjaga kehormatannya sebagai wanita. 

"Kenapa Mama selalu membelanya?" Wajah wanita yang telah melahirkanku terlihat sinis. 

"Sudahlah, Mama obatin dulu lukamu." Mama melangkah ke dapur dan membawa baskom berisi air hangat. Ia membersihkan lukaku dengan handuk kecil.

"Aw! Pelan-pelan, Ma," teriakku merasakan nyeri dibagian pipi dan bibir. 

"Sakit dilukamu tak seberapa dibandingkan sakit hati dan raga Rima," ujarnya. Seolah-olah merasakan hal yang sama.

"Kamu lupa, dulu Mama dan papa aslinya bercerai karena papamu yang memukuli Mama." 

Dulu aku pernah melihat mama dijambak dan dipukul oleh papa kandungku. Ia juga berselingkuh dengan pembantu di rumah. Pembantu yang berumur lebih muda. Mereka telah bermain belakang ketika, mama bekerja mencari nafkah. 

"Maaf Ma. Ajit khilaf." 

"Semoga ini perlakuan kasarmu yang terakhir kepada wanita," nasihatnya membuatku tergugu. Aku menganggukkan kepala. Mama telah. Mengoles salap ke wajah dan sudut bibirku.

"Ma, Ridho telah kembali," ucapku lemah. Aku butuh seseorang untuk mencurahkan hati agar merasakan ketenangan 

"Benarkah! Ridho sudah pulang dari Paris. Wah, Mama dapat oleh-oleh darinya." Wajah Mama berseri-seri seperti menang lotre." Terus apa yang terjadi?" tanyanya dengan kepo. 

"Ridho telah menyewakan bodyguard buat Rima. Ia yang menyebabkanku seperti ini." Aku menunjukkan luka memar di wajah. 

"Kasihan kamu. Sepertinya akan menjadi kisah percintaan yang bagus." Mama terkekeh membayangkan adegan yang akan terjadi. 

"Apa kayak film drakor itu cerita kalian?" 

"Ma, apa tak ada dukungan untukku sedikitpun." Aku menundukkan kepala. Hati ini terasa nyeri. Ketika semua orang memilih membela Rima. 

"Entahlah. Kalau dilihat status-status Rima, kamu bersalah. Dari kalimatnya saja sudah menusuk hati yang baca. Kamu kurang peka." Tunjuk jarinya ke dadaku. Aku meringis menahan sakit di bagian itu.

Aku butuh tempat curhat, tapi mama malah berbicara memojokkanku. 

"Laki-laki kalau memukul seorang wanita adalah ba*ci." Ucapan mama membuatku tertohok.

Aku mengakui telah memukul Rima hingga meninggalkan bekas diwajah dan tubuh mulusnya. Mungkin aku yang terlalu kasar kepadanya. 

"Berusahalah, Nak. Jangan sampai Rima menceraikanmu. Mama menilai ia adalah istri pujaan. Walaupun, hidupnya miskin atau bukan dari keluarga kaya. Mama masih menerimanya sebagai mantu. Besok Mama akan menemuinya. Berikan alamat tempat tinggalnya." Wajahku sumringah. Mama akan membantuku merayu Rima. 

Menyetujui rencana mama dan memberikan alamat Maya. Semoga saja ia masih berada di rumah temannya. 

~~~ 

Keesok paginya, aku mengantar mama ke rumah Maya karena Bintaro sangat jauh dari tempat tinggal mama. Awalnya, ia menolak akhirnya luluh juga oleh rayuanku dengan janji membelikan parfum mahal. 

"Kamu pulang saja. Mama mau bicara empat mata dengan Rima," ucapnya mengusirku." Cepat Pergi!' 

"Ma, aku tungguin saja," rayuku. Aku tak sabar melihat Rima kembali kepadaku. 

"Sudah pergi! Mama bisa pulang sendiri." Aku mendesah panjang, ingin tahu apa yang akan mama ucapkan. Kulajukan mobilku ke taman tak jauh dari rumah Maya. 

Memarkirkan mobil dan berjalan menuju warung terdekat. Memesan minuman dan makanan kecil sambil memandangi taman yang asri. Aku mengunakan topi serta kacamata agar orang tak mengenaliku. 

Suara dering ponselku bergetar, terpapar nama mama di layar ponselku. Menjawab panggilannya dengan cepat.

"Ajit ... kamu di mana ...." Suara mama terdengar sedih. Sepertinya, ia menangis. 

"Ajit di taman dekat rumah Maya," ucapku. 

"Jemput Mama. Sekarang ...." isakan tangisnya terdengar menusuk hati. Tak pernah Mama menangis seperti itu. Mamaku adalah wanita tegar. 

"I-iya Ma, aku akan ke sana. Tunggu sebentar saja." Aku yang baru saja memesan minuman dingin langsung membayar tanpa menyentuhnya. Tanganku bergetar memikirkan apa yang terjadi. Apa yang dikatakan dan dilakukan Rima. Sehingga, wanita yang telah merawat dan melahirkanku terisak seperti itu. 

Kulihat mama berdiri depan rumah Maya. Matanya sembab, wajahnya basah akibat air mata. Ia mengusap matanya dengan tisu. Aku langsung keluar dan memeluk wanita itu. 

"Ma, mengapa menangis? Apa yang diucapkan Rima?" Aku mengernyit heran. Sikap mama berubah diam. 

"Rima ...." Mama memeluk tubuh kekarku. Ia menangis di dada anak bontotnya. Mencurahkan air matanya. Isakannya semakin keras. Aku melangkah masuk namun, mama menahanku. 

"Sudah, jangan Ajit. Kamu mau ngapain?" 

"Pasti Rima telah menyakiti hati Mama. Ajit gak terima dia perlakukan Mama seperti ini." 

"Jangan! Biarkan saja!" mohon mama. 

"Dia boleh saja memukul dan menusuk hatiku tapi tidak boleh menyakiti Mama," ungkapku dengan dada naik turun. 

"Aku akan memberi pelajaran untuknya!" Kumasuk ke dalam pagar yang tidak terkunci. Mama masih menahan tubuhku agar tak menemui Rima lagi. 

"Jangan Ajit!" 

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status