Share

Bab 2

Author: Siti_Rohmah21
last update Huling Na-update: 2022-08-01 14:11:22

Ketika hendak membuka pesan yang dikirim Gea. Mas Haris terbangun. Aku pun terkejut dan sontak melepaskan ponsel yang kugenggam. 

"Loh kok kamu belum tidur? Masih marah?" tanya Mas Haris. Aku pun melengos darinya. 

Ia yang tahu aku sedang merajuk pun mendengus. "Dek, aku sudah bilang status itu bukan aku yang buat," kata Mas Haris sambil berusaha merayu. 

"Mas, aku mau tidur, perlahan juga bangkai akan tercium," cetusku lagi. 

"Ya, buktikan saja," sahutnya. 

Kemudian, kami tidur saling membelakangi. Namun, mata ini masih belum mampu terpejam, masih menari-nari goresan luka itu di dalam dada ini.

'Kalau bukan Mas Haris, lalu siapa yang buat status itu?' tanyaku di dalam hati. 

Tiba-tiba aku teringat kata-kata Gea, dia bilang bahwa aku sudah membantu suami tapi masih dikhianati. Itu artinya dia tahu aku berprofesi sebagai penulis, padahal tidak ada yang tahu selain suamiku. 

Jari ini mulai mengusap layar ponsel milikku sendiri. Mencari tahu tentang Gea di sosial media. Aku buka akun utama yang berteman dengannya, bukan akun nama pena sebagai penulis. Namun, ternyata nama Gea sudah tidak ditemukan dalam pencarian teman. 

Deg! Jantungku berdegup sangat kencang, itu artinya akun utamaku diblokir oleh Gea. Wanita yang kukenal adik dari mantannya suamiku. 

Gea adalah adiknya Tiara, usianya memang lebih muda dariku dua tahun, tapi kami pernah satu kantor dan berteman dengan baik pada 12 tahun silam. Makanya, hubungan kami seperti teman layaknya saja, tidak ada batasan umur karena usia hanya terpaut 2 tahun. Kakaknya, Tiara sudah meninggal tiga tahun lalu karena depresi berat yang akhirnya mencelakai dirinya sendiri. Itu cerita yang kutahu tentang Gea dan Tiara. 

Aku cari kontak Mas Haris juga, ternyata sama, tidak ada di pencarian pertemanan di akun utama. Itu artinya aku diblokir olehnya. Akhirnya kuputuskan untuk pindah akun penulis. Aku cari nama mereka berdua meskipun tidak berteman seharusnya ketemu, tapi ini tidak juga, itu artinya akun penulis pun diblokir. 

'Baiklah, tenang, Elena, jangan panik baru diblokir suami dan teman dekat. Bisa cari informasi dengan membuat akun baru,' gumamku dalam hati mencoba menenangkan diri. 

Aku tengok kembali bobot tubuh Mas Haris, ternyata ia sudah mendengkur, aku langsung meraih ponselnya lagi. Sekejap aku mengusap layar ponsel ternyata aku sudah tidak dapat menggeledah karena harus memakai kode. 

"Kenapa dikunci kalau memang tidak ada apa-apa? Aku jadi semakin curiga, Mas," ucapku pelan bicara sendirian. 

Akhirnya aku belum bisa membuka isi pesan messenger Gea dengan Mas Haris. Jadi aku harus mencari tahu dengan cara lain. Sebaiknya aku istirahatkan badan dulu, besok akan kucari tahu lagi tentang Gea ini. 

***

Adzan subuh sudah terdengar, aku bangun dan bersiap membuat sarapan. Namun, hati kecil enggan melayani suami yang kuanggap memanfaatkan pekerjaanku yang menghasilkan uang. Jadi, mulai pagi ini tidak ada sarapan di meja makan. 

Mas Haris sudah rapi hendak berangkat bekerja, di sebuah pabrik yang gajinya hanya mengandalkan gaji pokok saja. Namun, aku tak pernah meminta jatah lebih dari dua ratus ribu rupiah setiap minggunya. 

"Kok nggak ada sarapan, Dek?" tanyanya membuatku menatapnya. 

"Sarapan beli sendiri ya, uang dua ratus ribu seminggu untuk makan malam aja dan jajan Sisil," ucapku agak ketus. 

"Kamu marah gara-gara handphone aku kunci? Lagian lancang amat d******d messenger segala, kenapa d******d messenger? Masih nggak percaya pada suami sendiri?" tanya Mas Haris seakan menantang.

"Kamu masih berhutang penjelasan dengan status di grup. Lalu Gea ngapain messenger kamu? Hah!" cecarku padanya. 

"Itu pesan dari Gea udah lama banget belum aku buka, tiga tahun lalu pas Tiara dikabarkan meninggal dunia," terang Mas Haris. 

Aku bergeming seketika, apa dia sudah jujur? Atau ini alibi saja? Sederet pernyataan muncul di kepala. 

"Kalau begitu, ponsel nggak usah dikunci, dan kasih tahu aku messenger dari Gea," pintaku pada Mas Haris. Ia langsung mengeluarkan ponselnya, lalu mengusap dan setting handphone tanpa kode lagi. 

"Sudah nih, silakan baca sekalian inbox dari Gea, aku aja sengaja nggak baca, kamu malah penasaran, tiga tahun loh aku tidak buka chat darinya," terang Mas Haris. 

Akhirnya aku baca pesannya, ternyata benar yang Mas Haris katakan, pesan itu dikirim 3 tahun yang lalu. 

"Kamu nggak mau baca isinya, Mas?" tanyaku padanya. "Ini pesan dari Tiara loh sebelum meninggal," tambahku lagi setelah membaca pesan itu. 

[Mas Haris, aku hanya mau bilang bahwa Mbak Tiara meninggal karena depresi berat, ia sangat mencintaimu, Mas.]

Empat pesan yang ditulis secara berturut-turut itu isinya tentang kabar Tiara. 'Apa Gea yang sengaja menulis status itu untuk menghancurkan hubunganku dengan Mas Haris? Tapi kok sangat anehnya dia tahu profesiku yang sebagai penulis?' tanyaku dalam hati. 

"Hanya itu isinya? Ah dari dulu gosip itu kan memang selalu dilontarkan keluarganya, tapi aku nggak pernah menanggapi karena memang sudah memiliki istri dan anak," ungkap Mas Haris membuat dahiku mengkerut. Lalu aku harus percaya atau tidak? Kalau apa yang dikatakan Mas Haris itu memang masuk akal. 

Akhirnya kami berbaikan kembali. Mas Haris pun berangkat kerja setelah kubuatkan nasi goreng untuk sarapannya. 

***

Hari begitu cepat, sampai akhirnya weekend pun tiba. Masalah tiga hari yang lalu membuat hubungan kami berdua semakin erat, tidak ada yang aneh dengan sikap Mas Haris di rumah. 

Tiba-tiba bel rumah berbunyi, aku segera membuka pintu dengan semangat. Handle pintu kutarik dan alangkah terkejutnya aku melihat kedatangan Gea hari ini. Sosok wanita yang 12 tahun lamanya hanya berjumpa melalui sosial media, kini ia muncul di hadapanku. 

"Hai, Len, maaf ya aku mampir nggak bilang-bilang, tadi kebetulan lewat aja," ucap Gea. 

Aku pun tidak menyangka akhirnya ia sampai ke sini. Padahal kami sekarang tinggal di kota sedangkan Gea di desa. 

Mas Haris berdiri tegak setelah melihat kedatangan Gea. Bibirnya ia basahi dan membelah rambutnya sambil tersenyum padanya. 

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 26

    "Maaf Bu Elena, kami permisi dulu, kami harus menginterogasi tersangka," ucap polisi sambil menarik lengan Tiara dan Mas Haris.Keduanya tidak berontak, hanya saja tepat di hadapanku, Mas Haris berhenti."Aku titip Sisil, Elena, sudah puas kan kamu memporak-porandakan hidupku?" Mas Haris berkata dengan nada pelan. Kemudian disusul oleh Tiara di belakangnya. Ia pun sengaja berhenti di hadapanku."Aku belum kalah, Elena, lihat saja nanti," ancam Tiara dengan mata menyipit. Aku tak menjawab apalagi meladeninya, justru membiarkan keduanya pergi dengan iringan polisi.Tangan ini masih berada dalam gandengan Mbak Fitri. Ia menatapku sambil memberikan senyuman. Kedipan mata Mbak Fitri membuatku merasa tenang, tiba-tiba ada orang yang muncul dari balik vas bunga. Dia Pak Danu, kemudian beranjak ke arahku berdiri."Sudah tenang ya sekarang, berati bisa fokus nulis novel lagi, dan segera jadi penulis terkenal yang naskahnya dipinang dan difilmkan," tutur Pak Danu ternyata masih ada di hotel in

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 25

    "Dia bohong, ini semua fitnah. Saya bisa laporkan kalian atas tuduhan pencemaran nama baik!" Mas Haris mulai membalikkan fakta lagi. Ia tidak sadar bahwa kesalahannya lebih banyak daripada istrinya. Begitulah manusia, kesalahan orang terus dikoreksi, sedangkan kesalahan sendiri tidak ia pedulikan.Mbak Fitri terkekeh, ia seakan puas mewakili perasaanku, menghancurkan Mas Haris dengan cara sadis sekalian, bukan dengan kekerasan, tapi mempermalukan.Seketika ruangan jadi ramai, beberapa orang berdebat dan berdiskusi mencari yang salah. Ada sebagian yang datang mendadak bubar, mungkin mereka tidak ingin ikut campur urusan beginian.Sekarang di ruangan tidak sebanyak tadi, hanya tersisa beberapa kepala saja, orang yang memiliki banyak waktu tetap di sini, tapi orang yang tidak mau membuang waktunya memilih pergi ketimbang hanya untuk pengumuman masalah rumah tangga.Tiba-tiba saja Mas Haris menarik lengan jas hitam yang ia kenakan, lalu menunjuk ke arah Pak Danu. Kini pandangan semua oran

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 24

    "Ya, dia adikku, Pak, bisa jadi referensi untuk jadi calon istri nanti, aku pastikan dia akan bercerai dari suaminya," ucap Mbak Fitri sambil terkekeh. "Mbak ih," celetukku malu. Kemudian, Pak Danu menoleh dan menatapku tajam."Kok nggak mirip ya?" tanya Pak Danu."Kami hanya saudara angkat, Pak. Tapi Mbak Fitri dan orang tuanya sangat baik padaku," timpalku membuat Pak Danu mengangguk. Kemudian mata Mbak Fitri terlihat mencari sesuatu. Ternyata ia langsung menghampiri Sisil dan memeluknya."Ponakan Tante, cantik banget sih! Oh ya, nanti Sisil sama Tante cantik itu ya, di play ground main di sana!" seru Mbak Fitri. Ia langsung melambaikan tangan seraya memanggil wanita yang berseragam coklat, seragam yang dikenakan semua pegawai hotel.Pegawai itu menghampiri dan membawa Sisil. Aku tahu pasti ia tidak mau anakku tahu tentang ayahnya."Mereka sudah di dalam, aku ingin kamu buat laporan dulu, terserah kamu mau lapor masalah pernikahan mereka atau pura-pura matinya Tiara, atau kalau per

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 23

    "Ya udah, aku berangkat bareng Mbok Wati, asisten rumah tangga di sini," ucapku pertanda mengakhiri telepon.Setelah sambungan telepon sudah terputus, akhirnya aku panggil Mbok Wati untuk bersiap ke hotel, sambil lihat jam yang melingkar di tangan, aku memerintahkannya dengan cepat. Mbok Wati paham, ia langsung ke kamar Sisil merapikan anakku.Di depan kaca rias, aku memoles wajah ini dengan bedak. Jadi teringat saat perias pengantin berkata padaku untuk selalu jaga penampilan di hadapan suami. Itu semua sudah kulakukan, tapi tetap saja Mas Haris tergoda rayuan Tiara. Namun, karena hal itu aku pun mengulang kembali kata-kata yang dilontarkan Tiara semalam."Dia bilang menanti belasan tahun, dan baru tiga tahun ini berhasil mendapatkan apa yang diinginkan olehnya." Aku bicara sendirian. "Ah nggak usah diingat kata-kata itu, merusak moodku aja," tambahku sambil menutup tempat make up yang kupakai. Lipstik sudah kuoles dengan warna peach, aku suka warna yang tidak mencolok, natural dan

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 22

    "Len, Mbak telepon polisi ya!" teriak Mbak Fitri kemudian telepon sengaja aku putus.Plak!Tamparan keras melayang di pipiku. Ini kesempatan emasku untuk menjebak Mas Haris, agar ia tak lagi main-main denganku.Aku ambil tangannya sekali lagi dan memukul wajahku. Namun, tiba-tiba ada yang datang berkunjung.'Sial, siapa yang datang? Aku belum bonyok dan cukup bukti untuk menjebloskan Mas Haris, mukaku harus bonyok dan memar supaya ia bisa dituntut," batinku."Buka sana pintunya!" suruh Mas Haris."Kamu aja, paling istri siri kamu," ucapku agak ketus.Mas Haris terdiam, lalu melangkahkan kakinya ke depan. Ia membuka pintu kemudian aku menunggu di depan televisi. "Kok lama ya, kenapa Mas Haris tidak muncul lagi?" tanyaku bicara sendirian. Akhirnya aku menyusul untuk melihat siapa yang datang. Sebab, sudah hampir dua menit Mas Haris tidak bersuara dan balik ke ruangan keluarga.Aku lihat ke depan, mobilnya masih terparkir, tapi Mas Haris tidak ada di rumah."Ke mana dia?" Aku bertanya-t

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 21

    "Sudahlah, Mas. Memang kedokmu sudah seharusnya terbongkar. Aku hanya mempermudah saja," kata Gea sambil menghindar pergi. Ia pun sengaja mengejarnya, dan tidak peduli denganku. Akhirnya aku ke arah parkiran tempat Pak Danu menunggu, mobilnya masih tampak di depan. Namun, tiba-tiba Mas Haris memanggilku dengan nada tinggi. "Heh! Perempuan nggak diuntung! Anak yatim piatu yang sudah kuurus 12 tahun, kenapa kamu malah tega menghancurkan karirku?" Pertanyaan Mas Haris terdengar melengking dari belakangku dan membuat badanku terpaksa menoleh ke arahnya. Ternyata ia tidak mengejar Gea, justru kembali mengejarku. "Masih ada lagi yang ingin kamu katakan, Mas? Silakan umpat sepuasnya, setelah itu kamu pergi dari sini!" sentakku. "Ini tempat aku kerja, seharusnya dari tadi kamu tidak injak kakimu itu ke sini!" Mas Haris balik mencaci. "Aku nggak ada niat buruk, Mas, hanya ingin mempermudah perusahaan mengeluarkan benalu seperti kamu. Sekarang perusahaan tahu bahwa anak buahnya tidaklah p

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 20

    Aku menatap wajahnya, laki-laki yang berprofesi sama dengan Mas Haris, sebagai manager produksi, aku harap beliau menjadi saksi. "Istrinya yang benar, Pak, selama ini Haris memiliki istri dua tanpa sepengetahuan istri," ungkap laki-laki berparas Jawa. Aku menurunkan bahu seraya lega dengan apa yang dia ucapkan. Sedangkan Mas Haris, tampak memerah dan mengeluarkan keringat seketika. HRD dan direktur utama saling beradu pandang, mereka berdua menatap seraya tengah bermusyawarah. Pak Wijaya mengangguk sedangkan Bu Melly menggelengkan kepalanya. Namun, tiba-tiba saja Mas Haris berdiri lagi. Bahkan tangannya menyanggah di meja sambil mengepal. "Ini pasti si Daus sengaja, Pak. Dia ingin naik jabatan lagi. Kan kesempatan orang ini untuk mencari muka di depan direktur!" tukas Mas Haris, lagi-lagi ia melakukan hal yang membuatku geram. Mas Haris pandai membolak-balikan fakta. "Ris, saya ini dulu atasan kamu, dua orang atasan kamu tahu kelakuanmu, dan kami harap kamu ini akan sadar setelah

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 19

    Selang beberapa menit kemudian, setelah Bu Melly menutup teleponnya, ia kembali bicara padaku. "Kita harus tetap sidang, Bu. Tapi sekarang juga management akan kumpul di ruang meeting, saya akan panggil Pak Harus, selaku manager produksi," terang Bu Melly. "Emm, tapi saya izin ke mobil Pak Danu dulu, Bu. Mau bilang bahwa saya harus ikut rapat," timpalku padanya. "Nggak perlu, biar saya aja yang hubungi Danu," ucapnya. "Eh, ngomong-ngomong jangan naksir sepupu saya ya, lagi say jodohin dengan teman saya," tambahnya membuatku tertawa. "Ibu bisa aja, saya kan masih istri orang, dan sudah punya anak juga. Mana mau Pak Danu dengan saya," sanggahku sambil terkekeh. "Jangan salah, dia emang suka yang seperti kamu, tersakiti oleh lelaki, bagi dia tuh senasib," sambung Bu Melly sambil terkekeh. Kemudian ia menghubungi Pak Danu dan menyuruhnya untuk pergi dari pabrik, tapi kedengarannya Pak Danu menolak untuk disuruh pergi. "Tuh kan, dia milih nungguin sampai sidang selesai, jangan kasih

  • Status Suamiku di Grup Facebook   Bab 18

    Pernikahan yang dilaksanakan tiga tahun lalu. Di video itu terlihat jelas kedua mertuaku ikut hadir di tengah-tengah kedua mempelai. Pernikahan yang terlihat sakral itu disaksikan hanya dari kedua belah pihak saja. Gea tidak ada dalam video, kemungkinan dia yang mengambil gambarnya. Sebuah bukti pengkhianatan suamiku yang tersimpan rapi selama bertahun-tahun. Aku dibohongi, didzolimi dengan diberikan nafkah seadanya, sedangkan Tiara mendapatkan hak sepenuhnya. Bagai pisau yang ditancapkan langsung ke hati ini, rasanya sakit. Tak terasa air mata pun jatuh setelah menyaksikan sendiri video tersebut. Entah karena kecewa, atau karena sakit, semua bercampur menjadi satu. Kututup laptop, lalu membawa flashdisk dalam genggaman. Kali ini aku harus bisa balas dendam, tak perlu melihat Sisil yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Mas Haris tidak bisa seenaknya memperlakukan aku seperti boneka. Sebelum berangkat ke perusahaan tempat Mas Haris mencari nafkah, aku menemui Sisil yang

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status