Share

Bab 3

Status WA Mantan Istri Suamiku 3

"Apa yang kamu lakukan sama Rima?" Mas Hans menatapku tajam.

 Aku tahu kalau hari ini akan terjadi, tapi jangan panggil aku Klara kalau menghadapi masalah seperti ini saja aku tidak bisa.

 "Memang dia bilang apa, Mas?" Aku bertanya dengan santai sambil menurunkan belanjaan. Setelah melampiaskan emosi, aku langsung pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan yang sudah habis.

 Cepat juga di mengadu kepada Mas Hans, sepertinya pelajaran yang aku kasih masih kurang.

 

 "Rambutnya pada rontok dan perutnya sakit, dia terbaring tidak berdaya di tempat tidur." tuturnya yang terlalu berlebihan.

 "Coba kamu hitung tadi aku pergi jam berapa, Mas?" 

 Mas Hans terlihat berpikir sejenak.

 "Sebaiknya Mas duduk dulu, biar aku buatkan jus buah kesukaan Mas. Biar enak juga menghitung waktunya." Aku beranjak bangun meninggalnya yang penuh dengan tanda tanya.

 Aku akan diam dan terus bersikap menjadi istri yang baik kalau Mas Hans juga baik, tapi tidak kalau dia berubah. Lihat saja, aku bukan wanita yang akan diam ketika diusik. Terutama oleh suami.

 "Diminum, Mas." Aku langsung memberikan segelas jus alpukat tanpa air biasa. Hanya pakai air es sedikit saja.

 

 "Makasih, ya, tapi kamu harus jawab dulu apa yang kamu lakukan sama Rima?" Ia kembali melayangkan pertanyaan itu dengan raut penasaran.

 Aku memasang tampang sedih. "Mas, aku kan tadi minta Mas untuk menghitung berapa jam aku pergi dari rumah dan kapan aku pulang." Sementara, aku mengentikan aktivitas membereskan belanjaan, memilih diam menemani Mas Hans yang sepertinya sedang berada dalam dilema. 

 Antara ingin mempercayaiku dan memberikan keadilan untuk mantan istri yang mungkin masih ada di dalam hatinya itu. Kalau Mbak Rima berani untuk mengadu, aku harus memberikan pelajaran yang lebih setimpal.

 "Hanya dua jam, sih." jawabnya mulai tenang.

 "Tuh, kan. Orang aku biasanya belanja dua sampai tiga jam, kok. Masa iya dalam dua jam aku sempat bertemu Mbak Rima." jelasku sejelas mungkin.

 "Iya, Kla. Mas juga jawab gitu, tapi dia masih aja gak percaya. Katanya dia mau lapor polisi, jadi Mas tanya kamu baik-baik, Mas gak mau kalau kamu sampai masuk penjara nanti." ucapnya yang terdengar tulus.

 Aku tahu sikap Mas Hans, dia memang pria yang sangat perhatian. Bukan hanya padaku, bahkan kepada kedua orang tuaku yang mulai sakit-sakitan. 

 

 "Ya ampun, Mas. Kamu kan bukan anak kecil yang mudah dibohongi, masa iya percaya apa yang dia bilang." Aku sungguh tidak habis pikir. Meskipun sikap Mas Hans penyayang, tapi kan gak gini juga kali. "Bagaimana kalau ada cerita seorang pembisnis online yang jualannya selalu laris berhasil di tipu habis-habisan oleh mantan istri? Gak lucu, Mas."

 Mas Hans mengangguk mengiyakan. Entahlah, antara bod*h atau emang baik banget. Namun, yang jelas keduanya sangat bahaya untukku.

 Meskipun aku belum punya anak, aku ingin minta Mas Hans untuk merubah beberapa aset atas namaku.

 "Iya juga, ya." Mas Hans terlihat berpikir. Haish.

 Masa apa-apa harus aku bilangin terus. Aku juga mau punya suami yang pengertian yang bisa faham kondisi hatiku.

 "Kok kamu kayaknya gak percaya banget sih sama aku, Mas?"

 Mas Hans langsung menatapku intens. "Enggak mungkinlah, Kla. Mas itu sangat banget sama kamu, makanya gak mau kamu kenapa-kenapa. Termasuk sering berhubungan dengan Rima." ucapnya malah membuatku semakin ragu.

 Bisa saja di antara mereka memang ada hubungan tertentu. Namun, aku gak bisa sembarangan nebak seperti ini sebelum punya bukti. Nanti jatuhnya malah fitnah.

 "Aku mohon mulai saat ini hanya percaya padaku saja, Mas. Itu pun kalau kamu memang benar-benar tulus." Aku berbicara dari hati ke hati.

 "Iya, Kla. Kedepannya Mas akan percaya sama kamu, tapi jangan berbuat yang aneh-aneh, ya." pesannya.

  Baru juga kita berbaikan, Mbak Rima sudah membuat status yang membuatku kembali menggebu. Dia menambahkan sebuah foto dirinya dengan seorang laki-laki yang diblur.

 Sepertinya dia minta dihajar. "Apa ini, Mas? Kamu gak anggap aku ada, ya, hah?" Aku langsung menatap Mas Hans dengan penuh emosi.

 "Mana ada Mas seperti itu, mungkin itu laki-laki lain yang pakai baju sama seperti Mas." jawabnya gelagapan.

 Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status