Share

Bertemu Kenan

Status W* Mantan Suami (7)

 

 

_____________________________

 

 

"Setoran kamu kenapa banyak minusnya, Han? Apa ada masalah hari ini?" tanya Bu Wira lembut.

 

 

 

Aku menunduk, memainkan sepuluh jemari dengan gelisah. Kebaikan hati Bu Wira selalu bisa membuatku merasa tidak enak hati jika terjadi masalah dalam pekerjaanku. Seperti sekarang ini ... uang penjualan sayur harus kurang karena aku tidak bisa menutup kerugian. 

 

 

 

"Ma-maaf, Bu. Ijinkan saya ganti kekurangannya besok ya, Bu, kebetulan tadi saya nggak bawa uang. Sekali lagi maafkan saya," ucapku takut. Bagaimana jika Bu Wira merasa aku tidak becus dalam berjualan? Atau dia justru berpikir aku sudah menilap uangnya? 

 

 

 

Suasana rumah Bu Wira sedikit lenggang mengingat aku selalu menjadi karyawan terakhir yang menyetorkan hasil berjualan. Saat wanita di depanku hendak membuka mulutnya untuk berbicara, seorang pria keluar dengan membawa ikan bakar di atas piring.

 

 

"Nih, Ma. Cobain, pasti enak!" 

 

 

Mataku melebar, tapi pria di depanku justru seolah tidak mengenalku. Dia membuang muka saat mata kami bersiborok, lalu menyuapi Bu Wira dengan penuh kasih sayang. 

 

 

"Enak kan?"

 

 

Bu Wira mengangguk dan tersenyum tipis. Dia mengibaskan tangannya di udara seperti memberi perintah agar pria itu pergi.

 

 

"Eh, tunggu, Ken! Biar Hana coba juga masakan kamu." Aku menganga tidak percaya. Bu Wira memintaku mencicipi makanan dari pria tidak punya sopan santun itu?

 

 

Sekarang aku mengerti mengapa para Ibu-ibu tadi hanya tertawa saat pria ini meminta dua kilo ikan gurame padaku, ternyata mereka sudah tau jika dia anak Bu Wira. Buktinya dia panggil Bu Wira dengan sebutan "Ma" itu artinya dia saudara Kevin. Tapi tetap saja bagiku tindakannya tadi sangat tidak sopan. Tanpa menjelaskan siapa dirinya, dia main kabur gitu aja setelah dapat apa yang dia inginkan.

 

 

 

"Sa ... saya, Bu?" Aku menunjuk diriku sendiri.

 

 

"Iya. Kenan ini punya bisnis Cafe, Han. Coba cicipi masakan dia, kamu pasti jatuh cinta," seloroh Bu Wira seraya tersenyum.

 

 

Jatuh cinta?

 

 

Aku mengedikkan bahu, menggelengkan kepala mengusir pikiran buruk dari perkataan Bu Wira barusan.

 

 

"Ayo!" pinta Bu Wira lagi.

 

 

Aku melihat ikan bakar di atas piring yang sedang dibawa oleh Kenan. Sepertinya memang menggoda. 

 

 

Lama aku hanya mengamati tanpa berani mencoba, hingga tiba-tiba ...

 

 

"Ayo buka mulut!" pinta Kenan datar.

 

 

 

Sret!

 

 

Aku mengambil piring dengan kasar, "Aku bisa sendiri!"

 

 

Kuambil sedikit daging ikan di atas piring dan memasukkannya ke dalam mulut. Astaga ... ini benar-benar enak, hingga tanpa sadar aku tersenyum puas setelah merasakan betapa nikmat olahan tangan Kenan.

 

 

"Enak kan, Han?" 

 

 

"E ... enak, Bu."

 

 

Kenan bangkit, dia meletakkan piring di atas meja, "Aku tadi ambil gurame di tempat dia, Ma. Biar aku ganti kerugiannya."

 

 

Setelah mengatakan demikian dia pergi. Tanpa meminta maaf dan tidak menoleh lagi ke arahku juga Bu Wira. Woah ... benar-benar laki-laki dingin. Wajahnya saja jarang tersenyum, sangat berbeda dengan Bu Wira.

 

 

"Han ... Hana?"

 

 

"Eh, i-iya, Bu. Gimana?"

 

 

Bu Wira tertawa lebar. Dia mengangsurkan upahku hari ini dengan penuh. Tujuh puluh ribu. Meskipun sedikit dongkol dengan kelakuan Kenan, setidaknya gajiku utuh.

 

 

"Maaf, Bu. Apa saya boleh pindah komplek? Saya sedikit kurang nyaman berjualan di komplek mantan suami saya."

 

 

Bu Wira menoleh. Dia mengerutkan kening melihatku. "Apa mantan suamimu masih sering mengganggu, Han?" 

 

 

Aku mengangguk samar, "Dia pikir pekerjaan saya begitu hina, Bu. Itu sebabnya saat bertemu saya di jalan, dia tidak segan-segan untuk menghina saya saat itu juga."

 

 

"Lemah! Apa kamu takut sama mantan suamimu?"

 

 

Kami berdua menoleh, mendapati sesosok pria yang sudah duduk diantara kami.

 

 

 

Bersambung

 

 

Duh, siapa lagi yang ikut nimbrung? Kenan ... atau Kevin?

 

 

 

 

 

 

    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status