Home / Romansa / Status WA Mantan Suami / Rasa yang Menguap

Share

Rasa yang Menguap

last update Last Updated: 2022-02-17 20:24:19

Status W* Mantan Suami (6)

______________________________

 

 

"Brengsek!"

 

 

Samar-samar aku mendengar Mas Ari mengumpat. Dengan dada berdebar, aku berjalan semakin menjauh. Rasanya seperti mimpi ketika aku benar-benar berani melawan mereka. Tanpa terasa air mataku mengalir. Bukan karena sedih, melainkan perasaan yang begitu lega karena bisa bangkit setelah berbulan-bulan aku hampir gila karena perlakuan mereka.

 

 

 

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

 

 

"Ar ... ada masalah penting. Bisa kita ngobrol berdua?" 

 

 

Mbak Risa datang saat aku dan Mas Ari berseteru. Suamiku menghentikan amarahnya begitu melihat istri kakaknya itu mendekat dengan raut wajah yang tak bisa kujelaskan. Semacam takut ... cemas ... berkali-kali dia mengecek ponsel di genggaman.

 

 

 

"Kita ngobrol di depan," pinta Mas Ari. 

 

 

Mbak Risa mengangguk. Dia berjalan lebih dulu menuju teras sementara Mas Ari mewanti-wanti agar aku tidak menguping pembicaraan mereka.

 

 

 

"Pergi ke dapur, buatkan Mbak Risa minum. Awas kalau kamu nguping! Kupotong telingamu!" ancam Mas Ari.

 

 

Aku bangkit. Tanpa banyak bicara lagi berpura-pura melenggang menuju dapur. Dengan cekatan aku membuat minuman untuk mereka berdua. 

 

 

Bodoh?

 

 

Memang! Aku memang bodoh karena tidak bisa berbuat apa-apa melihat Mas Ari dan Mbak Risa terlibat obrolan serius. Mulut mereka sama-sama terkunci saat aku datang menyuguhkan minuman dingin di atas meja.

 

 

"Tunggu apa lagi, sana pergi!" Mbak Risa berbisik dan mengibaskan tangannya di udara seolah aku adalah pembantu di rumah ini.

 

 

Kutatap tajam matanya yang nampak sedikit berair. Tapi sayang, Mas Ari gegas menarik tanganku kasar dan mendorong tubuhku untuk masuk ke dalam rumah.

 

 

"Pergi ke kamar! Jangan ikut campur urusan orang lain!"

 

 

"Mas! Aku ini istrimu. Aku juga berhak tau apa yang sedang kalian bicarakan."

 

 

"Aku tidak ingin berdebat, Hana! Pergi!" teriaknya lantang.

 

 

Aku melangkah dan bersembunyi di balik tembok penyekat antara ruang tamu dan ruang keluarga. Kuintip dari balik gorden, Mas Ari sudah tidak terlihat. Mungkin dia kembali ke teras menemui Mbak Risa. Aku m ngendap-ndendap mendekati pintu dan bersembunyi di baliknya.

 

 

"Mas Adrian mau pulang, Ar, hari Minggu besok," lirih Mbak Risa.

 

 

"Terus masalahnya dimana, Mbak? Ya wajar dong dia pulang kan istri dan ibunya di rumah."

 

 

"Kok kamu ngomongnya gitu sih! Emang nggak cemburu sama kakakmu kalau dia pulang?"

 

 

Deg!

 

 

Hatiku nyeri. Tapi yang kubisa hanya menahan tangis.

 

 

"Mau gimana lagi, Mbak? Kamu mau aku dan Kak Adrian gelut gitu?"

 

 

"Bukannya gitu, Ar. Tapi kalau dia minta jatah ...."

 

 

Suara Mbak Risa mengambang di udara. Kuintip dari balik gorden, Mar Ari menarik tangan Mbak Risa dan hendak membawanya masuk ke dalam rumah. Aku berlari dan bersembunyi di balik tembok dapur. 

 

 

 

Hatiku hancur ... remuk, saat kulihat dengan kedua mataku sendiri kebejatan mereka. Mas Ari mendesak tubuh Mbak Risa ke tembok dan dia mulai menciumnya dengan beringas.

 

 

 

Kuremas baju yang melekat di dada. Hari ini ... rasa cintaku pada Mas Ari benar-benar hilang. Ternyata apa yang dia katakan tadi tidak sepenuhnya bohong. Mas Ari menikahiku hanya karena ingin menutupi hubungannya dengan Mbak Risa.

 

 

"Jangan bicara jatah di depanku. Aku tidak yakin bisa mengendalikan diri. Mengerti?!"

 

 

Mbak Risa mengangguk dan menenggelamkan wajahnya di dada suamiku. Kakiku seketika lemas. Aku ambruk di lantai dapur dengan menahan nyeri di hati sementara air mata tidak henti-hentinya mengalir deras.

 

 

Kuabaikan rasa takut. Aku berjalan menghampiri mereka dan menampar pipi Mbak Risa saat itu juga.

 

 

"Wanita murahan!" desisku marah. Bisa-bisanya dia bermain api dengan suamiku, adik suaminya sendiri.

 

 

"Apa-apaan kamu, Han?" bentak Mas Ari.

 

 

"Apa-apaan kamu bilang, Mas? Kalian berciuman ganas di rumahku dan kamu bilang apa-apaan, hah?!"

 

 

 

Plak!

 

 

Mas Ari balik menamparku hingga ujung bibir kurasakan sedikit asin. Kuusap dengan ibu jari dan benar saja, ada darah yang menjejak di sana.

 

 

Kutatap dua manusia laknat itu bergantian. Aku berlari menuju rumah Ibu. Dia harus tau kelakuan anak dan menantu kesayangannya.

 

 

Tatapan para tetangga padaku tidak lagi kupedulikan. Bahkan air mata yang sejak tadi mengalir juga kuabaikan.

 

 

Jdor

Jdor

Jdor

 

 

"Bu, buka pintunya!" Aku berteriak seperti orang kesetanan. 

 

 

Kulihat Mas Ari dan Mbak Risa berlari mengejarku hingga di depan rumah Ibu. Mata tetangga mengawasi membuat Mas Ari tidak leluasa memarahiku. 

 

 

Bagus, dengan begini aku bisa mengadukan mereka pada ibu.

 

 

"Bisa lebih sopan kalau datang? Wanita kampung sepertimu memang tidak tau malu! Datang ke rumah mertua nggak punya sopan santun," cibir Ibu membuat seringai tipis di bibir Mbak Risa.

 

 

Kukesampingkan sakitnya hinaan Ibu. Yang terpenting, wanita tua ini harus tau kelakuan mereka.

 

 

"Jangan menghinaku jika ternyata anak dan menantu kesayangan Ibu lebih tidak tau malu lagi, bisa-bisanya mereka berciuman di rumahku, apa mereka berdua sudah gila?!" ujarku lantang.

 

 

Ketiga orang di depanku membulatkan matanya.

 

 

Plak

Plak

 

 

Bersambung

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Status WA Mantan Suami   Tanda Merah di Tubuh Risa

    Status WA Mantan Suami (11)___________________________"Lama banget! Ayo, udah telat nih!"Aku mengekor di belakang Kenan. Dia masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Aku yang hendak membuka pintu belakang sontak berjingkat saat lelaki dingin itu berbicara, "Emang aku sopir? Duduk depan!" pintanya.Aku menurut, daripada gagal mendapat pekerjaan bagus. Kulihat Bu Wira tersenyum dan melambaikan tangannya pada Kenan sebelum akhirnya mobil yang kami tumpangi benar-benar menjauhi rumah megah mereka.Ckitt!Jdug!Keningku terkantuk dasbor mobil saat Kenan

  • Status WA Mantan Suami   Kenan

    Status WA Mantan Suami (10)_________________________"Tempe sama tahu terus, Han. Nggak bosen?" ujar Mbak Juli saat melihat tanganku memilih tempe di depannya."Enggak, Mbak. Memang bisanya beli ini," sahutku datar."Duh, Han. Hati-hati Ari berpaling loh. Kamu nggak bisa banget ngatur uang bulanan ya?" selidiknya.Aku menghela napas kasar, "Kenapa sibuk ngurusin saya, Mbak? Emang Mbak Juli tau berapa banyak suami saya ngasih uang belanja. Enggak kan?" ucapku dengan suara bergetar.Mbak Juli mencebik, terlihat dari kejauhan Ibu

  • Status WA Mantan Suami   Tawaran Pekerjaan

    Status WA Mantan Suami (9)_________________________Sejak pukul lima pagi aku sudah datang di tempat Bu Wira. Ada sekitar tiga karyawan lain yang sudah datang lebih dulu. Mang Husen, Kang Jono, Yu Srina, dan aku. Kita berjualan di komplek yang berbeda."Apa diantara kalian ada yang mau menggantikan Hana berjualan di komplek ini?" tanya Bu Wira pada ketiga karyawan yang lain.Mereka saling pandang, lalu bersamaan menggelengkan kepala. Aku mendesah lirih, sudah kutebak jika salah satu dari mereka tidak akan ada yang mau menggantikan berkeliling di komplek tempatku berjualan. Mereka memilih berkelil

  • Status WA Mantan Suami   Hati yang Mulai Mati

    Status WA Mantan Suami (8)__________________________Aku terkekeh, "Aku takut? Rasa takut itu bahkan telah menguap bersama dengan luka-luka yang sudah dia ciptakan," ujarku.Bu Wira mengusap lenganku lembut. Setelah sadar, aku menutup mulut dan mengusap sudut mata yang sedikit berair."Duh, maaf, Bu, Mas Kevin. Tadi ... anu ... kelepasan. Malah curhat."Keduanya tertawa melihat kegugupan yang kutunjukkan. Baru kali ini aku melihat Kevin tertawa dan bersikap seperti pria baik-baik, padahal sejauh yang kudengar, dia adalah sosok yang suka bermain perempuan. Entah benar atau tidak, aku ti

  • Status WA Mantan Suami   Bertemu Kenan

    Status WA Mantan Suami (7)_____________________________"Setoran kamu kenapa banyak minusnya, Han? Apa ada masalah hari ini?" tanya Bu Wira lembut.Aku menunduk, memainkan sepuluh jemari dengan gelisah. Kebaikan hati Bu Wira selalu bisa membuatku merasa tidak enak hati jika terjadi masalah dalam pekerjaanku. Seperti sekarang ini ... uang penjualan sayur harus kurang karena aku tidak bisa menutup kerugian."Ma-maaf, Bu. Ijinkan saya ganti kekurangannya besok ya, Bu, kebetulan tadi saya nggak bawa uang. Sekali lagi maafkan saya," ucapku takut. Bagaimana jika Bu Wira merasa aku tidak becus dalam berjualan? Atau dia justru berpikir aku sudah menilap uangnya?

  • Status WA Mantan Suami   Rasa yang Menguap

    Status W* Mantan Suami (6) ______________________________ "Brengsek!" Samar-samar aku mendengar Mas Ari mengumpat. Dengan dada berdebar, aku berjalan semakin menjauh. Rasanya seperti mimpi ketika aku benar-benar berani melawan mereka. Tanpa terasa air mataku mengalir. Bukan karena sedih, melainkan perasaan yang begitu lega karena bisa bangkit setelah berbulan-bulan aku hampir gila karena perlakuan mereka. 🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status