Tiga bulan, waktu berlalu begitu saja. Artinya, saat ini kandungan Dhilla sudah menginjak usia tujuh bulan. Dhilla masih bekerja di toko bunga Semerbak, bersyukur lama-lama, teman-teman kerjanya mulai memaklumi Dhilla yang halim di luar nikah, meskipun ada satu atau dua karyawan yang masih sering ketus dan sinis, namun Dhilla tidak masalah.
Perut buncit perempuan belia itu, sudah tidak bisa disembunyikan lagi. terlebih hamil bayi kembar, perutnya akan lebih besar, daripada saat hamil biasa. Untuk keseharian bekerja, Dhilla lebih sering memakai long dress dibalut cardigan rajut, sehingga tidak terlalu menonjolkan perut buncitnya.Dhilla juga sudah mendaftarkan diri, di sebuah universitas swasta di Jogja, dengan jurusan hukum. Sementara Sabrina, gadis itu mengambil jurusan kedokteran di universitas yang sama dengan Dhilla. Selain itu, Sabrina juga bekerja part time di klinik teman kakaknya sebagai admin.Saat ini, jam istirahat Dhilla tiba, bumil yang satu itu, Tenga duSaat kamu terpuruk, sering kali kamu berpikir andai saja bisa memutar ulang waktu, maka kamu akan kembali ke saat-saat dimana kebahagiaan menanti. Namun, kamu sadar, semua tidak mungkin bisa terasa sama, karena apa yang telah berlalu, tidak bisa diulang. Apa yang telah hilang, tidak mungkin bisa dikembalikan kembali.Seperti saat ini, Abimanyu yang sedang duduk di kursi kebesarannya, merasa berkali-kali dadanya tercubit keras, setelah mendengar sebuah fakta yang membuat hatinya di selubungi awan panas, dan bisa kapan saja material yang ada didalamnya menyembur keluar.Rasa kecewa, adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari, karena saat menghindari rasa kecewa itu, sama saja kamu menghindari kehidupan. Kecewa adalah kondisi dimana kamu merasakan hal yang tidak mengenakan, menjengkelkan disertai ada rasa kemarahan karena apa yang diinginkan tidak sesuai realita yang terjadi.Pun, dengan yang dirasakan Abimanyu saat ini. Selain rasa penyesalan dan amarah, pria mena
Dhilla mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping kiri. Merasa tidak nyaman, ia kembali terlentang. Entah sudah keberapa kali perempuan hamil itu mengubah posisi tidur. Sesekali, ia mengigit bibir bagian bawah, saat merasakan nyeri menjalar dari pinggang bawah, hingga ke sekeujur tubuhnya. Sudah satu jam lamanya, nyeri itu mengusik tidurnya, padahal malam sudah menunjukkan dini hari, dan besok ia masih harus bekerja.Meskipun, bulan ini adalah perkiraan dirinya akan melahirkan, namun Dhilla tetap masih bekerja. Perkiraan lahir Dhilla, masih dua minggu lagi, jadi ia berencana mengambil cuti satu minggu sebelum tanggal perkiraan lahiran. Sementara, kuliah Dhilla masih akan dimulai tiga bulan lagi, jadi masih ada waktu untuk memulihkan tubuhnya setelah melahirkan.“Akhhhh!!” Ringisan kecil lolos dari mulutnya, ketika nyeri itu semakin menjadi-jadi. Pun, perutnya terasa kencang, Dhilla berusaha mendekap perutnya yang sudah membuncit itu, berusaha mel
“Ibu?”Mata Dhilla terbelalak saat mengetahui wanita setengah baya yang seharusnya saat ini masih berada di rumah sakit di Surakarta, karena memang sekarang jadwal praktiknya. Namun, saat in wanita itu justru ada di sampingnya, dan menggenggam tangannya erat, “Kok, ibu bisa tau saya di sini?” Tanya Dhilla, padahal kemarin dokter yang masih cantik diusianya itu, bilang ada jadwal operasi.“Dokter Kemal yang kasih tau,” Jawab dokter cntik spesialis BTKV, yang tidak lain dan tidak bukan adalah dokter Salwa, “Tadi pagi, setelah menyelesaikan operasi, dokter Kemal memberi tau ibu, dan ibu langsung kembali ke Jogja, dan mengambil cuti. Kenapa kamu nggak kasih tau ibu, sih? Kamu ke rumah sakit sendirian?”“Kan Ibu lagi tugas, saya juga nggak mau ngerepotin ibu, karena ibu sudah banyak bantu saya selama di Jogja. Saya, ke sini naik taksi kim, Bu.” Kelakarnya, melepaskan gurat-gurat khawatir yang tampak di
Pandangan dokter Salwa terfokus pada dua bayi laki-laki, dan perempuan yang tertidur lelap di dalam boxsnya. Ia merapat ke dinding kaca yang menjadi pembatas, menempelkan kedua telapak tangannya di sana, seakan-akan bisa menyentuh kedua makhluk kecil itu secara langsung. Senyum yang tersungging di bibirnya semakin merekah tatkala melihat salah satu dari bayi mungil itu menggeliat, seolah tidak nyaman dengan kain pembarut yang membalut tubuh mungilnya.“Terimakasih, ya, Mal. Kamu sudah mengazani anak-anak, Dhilla,” Dokter Salwa berkata dengan tulus.Dokter paruh baya yang masih mengenakan scrub suitsnya itu tersenyum, lalu mengusap punggung dokter Salwa dengan lembut, “Pasti berat bagi Dhilla berjuang sendiri, hamil dan melahirkan mereka,”Dokter Salwa hanya mengangguk-ngangguk sebagai respon, kemudian kembali memandang kedua bayi mungil itu. Beruntung, cucu-cucunya diletakkan di dekat dinding pembatas. Jadi, ia bisa melihat mereka dengan
Bayi perempuan mungil itu menggeliat dengan lidah yang terjulur ketika Sabrina mencolek-colek pipinya yang agak gembil. Mata sipitnya menatap lelat Sabrina yang terus menyunggingkan senyum semringah, seolah-olah bahagia karena berhasil mengusik ketenangan bayi perempuan itu.Sabrina tersenyum ketika manik mata mungil memikat itu nampak bersinar karena pantulan cahaya lampu. Indah, satu kata yang terucap saat melihat iris dengan warna yang sedikit rumit, bagi orang Indonesia pada umumnya. Seperti halnya dibutuhkan banyak goresan kuas untuk menghasilkan sebuah warna mata Hazel, melibatkan dinamika sejumlah elemen sehingga menghasilkan warna mata Hazel yang begitu memikat.Dhilla sendiri tidak menyangka, jika salah satu anaknya akan menuruni mata indah itu dari Abimanyu. Sebagian hatinya senang, namun tidak menampik jika sebagian hatinya juga sedih. Karena itu, artinya ia akan melihat bayangan Abimanyu pada putrinya dan akan semakin sulit melupakan laki-laki tampa
Dalam hidup pasti terdapat beberapa hal dan kejadian yang mau tidak mau harus kita terima secara ikhlas dan berlapang dada. Pada saat sedang menghadapinya, hal tersebut memang sering kali terasa berat dan tidak tertahankan. Namun, sebagai manusia kita harus berusaha untuk menjalaninya, ketimbang terpuruk dan menjadi hidup tidak terarah.Dhilla sendiri tidak menyangka, hubungan dengan Abimanyu akan berakhir dengan dirinya hamil, mengandung dan melahirkan bayi kembar. Meski dirinya selalu baik-baik saja, atau pun mencoba baik-baik saja, namun tidak dipungkiri bahwa kadang kala, rasa belum bisa menerima kenyataan dan selalu merasa terpuruk pun kerap kali menghampiri.Setelah Dhilla hamil, memang semua aspek kehidupannya sangat berpengaruh bahkan berubah, apalagi Dhilla yang belum siap dari segi mental dan psikisnya. Waktu, hubungan dengan orang lain, bahkan mimpi dan cita-citanya jadi taruhannya.Dhilla yang semula bercita-cita melanjutkan ke sekolah kedinasa
Enam bulan kemudian……..Dengan dagu bertumpu pada sisi boks bayi, Dhilla menatap lekat kedua putra pitrinya yang masih terbuai mimpi. Sesekali, ia menepuk pelan perut mereka agar tertidur semakin lelap. Senyumnya seketika merekah saat melihat Nasywa tersenyum dengan mata yang masih terpejam, “Mimpi apa kamu, Nak? Sampai senyum-senyum gitu?” Tanyanya yang hanya disambut hening. Ia mengusap pelan pipi tembem anaknya itu, “Kalian, kelihatan damai banget kalau lagi tidur. Mama harap, kalian akan terus begini, meski masalah yang kita hadapi akan jauh lebih berat. Kelak saat kalian dewasa, jangan merasa menyesal karena dihadirkan sama Mama dan Papa. Terlebih, kalian jangan merasa menyesal karena dilahirkan dari ibu seperti Mama, ya, Nak. Semoga, kalian bisa memahami keputusan yang Mama ambil sekarang. Mama akan berusaha menjadi ibu dan Ayah yang baik untuk kalian, “Ucapnya seraya menahan air mata yang sedari tadi ingin mendesak keluar.
Kita tidak mungkin bisa selalu benar di dalam hidup ini. Terkadang, kita mengambil keputusan yang salah. Tidak mengapa, melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Memiliki sesuatu yang salah adalah normal, karena kita adalah manusia. Kita tidak sempurna dan kita harus menerima fakta itu. Kita bisa saja terluka dan menangis karena pilihan yang sudah kita ambil. Tidak mengapa, luka bisa sembuh dan tangis pilu bisa mengering. Yang harus kita lakukan adalah tidak lagi tenggelam dalam semua kesalahan itu dan memperbaiki semua yang rusak. Kita bisa kembali bangkit dan bukan mustahil untuk kita menemukan kebahagiaan kembali, kita pantas bahagia.Waktu berlalu dengan begitu cepat, saat hidup terasa begitu bahagia. Bahkan, kita sampai lupa untuk meminta agar sangkala berhenti sejenak karena terlalu menikmati semua keindahan yang mengelilingi.Dhilla menatap satu persatu orang yang berada di meja makan bersamanya. Hidupnya begitu lengkap, meskipun masih ada satu hal yang ia inginkan