Vier masih tidak percaya jika dia sekarang berada di kantin kantor bersama Violet dan makan berdua dengan makanan ala kadarnya. Soto. Bukannya Violet tidak pernah makan soto sebelumnya, tapi tentu saja dia biasanya akan makan di tempat yang dianggap lebih pantas dan sangat higienis.Jelas saja, perempuan itu menjadi pusat perhatian. Bahkan penjual di kantin pun tampak terkejut. Tapi justru orang yang mendapatkan tatapan itu tampak tidak peduli sama sekali. “Enak?” tanya Vier. Sejak tadi tidak ada satu pun komentar yang diberikan Violet tentang soto yang sedang dimakannya. “Enam per sepuluh.” Violet mendongak menatap Vier. Wajah perempuan itu tampak tertekan karena makan sesuatu yang kurang menggugah selera. Tapi meskipun begitu, dia sejak tadi terus menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya tampak biasa saja.Hal itu membuat Vier tak tahan untuk tertawa. Melihat wajah tersiksa Violet adalah sesuatu yang sangat lucu baginya. Meskipun tawa itu tak keras, tapi wajah memerah lelaki itu m
“Ibu nggak nginap di sini aja? Udah malam, Bu.” Bibi mencoba menahan Violet pergi agar tetap berada di rumah Vier. “Saya yang akan nginap di apartemen, Bi.” Vier menjawab asal.Setelah makan dengan lahap malam ini, Violet akhirnya memutuskan untuk pulang. Awalnya dia ingin pulang dengan taksi, tapi tentu saja sang suami tidak mengizinkan. Dia akan dikutuk oleh semesta kalau sampai membiarkan istrinya pulang sendirian apalagi menggunakan kendaraan umum. “Kalau begitu saya setuju, Pak.” Bibi tampak tersenyum mendengar ide dari Vier meskipun lelaki itu sama sekali belum mendapatkan jawaban dari Violet. Alih-alih menolak, Violet justru hanya diam. “Kalau begitu, saya pulang dulu ya, Bik,” pamit Violet setelah itu. Meninggalkan rumah Vier dengan Vier sendiri. Dalam perjalanan, tidak ada yang berusaha mengobrol satu sama lain. Violet tenang dalam duduknya dan menikmati sibuknya jalan raya. Matanya terasa mengantuk tak lama setelah itu karena perutnya terisi penuh. Tidak biasanya Violet
Violet mendengar ada yang memanggilnya. Tapi entah kenapa dia merasakan kehangatan yang menyelubunginya ini adalah sesuatu yang sangat nyaman. Selama ini dia tak pernah merasa ada sesuatu senyaman ini. Bahkan ketika berada di bawah selimut saat kedinginan. Bukannya membuka matanya karena suara panggilan, perempuan itu justru mengeratkan tubuhnya pada kehangatan tersebut. “Violet!” Panggilan itu datang lagi dan membuat akhirnya sedikit sadar. Aroma maskulin yang masuk ke dalam hidung Violet, dia seperti pernah menciumnya. Sedikit demi sedikit kesadarannya berangsur pulih. Matanya mengerjap pelan kemudian terbuka dan menyadari dia tidak sedang memeluk sebuah guling. Guling tentu saja tidak bernyawa. Tapi yang dipeluknya justru tampak bergerak seperti bernafas. Violet memundurkan tubuhnya sedikit demi sedikit untuk melihat siapa yang ada di sampingnya.Alih-alih menjerit seperti di adegan film, ingatan tentang semalam segera menghantamnya. Benar, semalam dia-lah yang membawa Vier masuk
Mereka pernah mendengar jika Vier memang sudah memiliki kekasih yang hubungan mereka sudah terjalin cukup lama. Tapi dia tak tahu lebih jauh lagi karena Vier adalah lelaki yang sangat tertutup. Jika bukan urusan kantor, dia bahkan tidak akan membahas apa pun di kantor. Lelaki itu sangat luar biasa dalam pekerjaannya, tapi dia buruk dalam berinteraksi kepada orang lain. Kini, kekasihnya datang untuk ‘menuntut’ karena sudah ditinggalkan menikah. Kesalahan tentu saja diletakkan di pundak Vier dan Violet. Hara adalah perempuan yang mendapatkan ketidakadilan dari dua orang tersebut. “Jadi, apa maumu sekarang?” Violet akhirnya bersuara. Ketenangan yang ditunjukkan Violet sungguh menakutkan. Tidak ada ketakutan yang tampak di wajahnya. “Apa mauku? Kamu gila menanyakan apa mauku? Tentu saja aku meminta kembali Vier dari tanganmu. Kamu sudah mengambilnya dariku.”“Kamu benar, aku pada awalnya meminjam Vier selama enam bulan. Tapi kamu tidak tahu kan kalau kami sudah memutuskan untuk bersama
Setelah kedatangan Hara di perusahaan Violet, membuat semua orang akhirnya tahu hubungan macam apa yang sebenarnya terjadi antara Violet dan Vier. Tapi, karena adegan ciuman yang terjadi itu juga, mereka juga yakin jika Violet dan Vier sudah saling jatuh cinta. Namun hal itu tak membuat masalah selesai. Beruntung mereka tidak mengambil diam-diam video pertengkaran tersebut dan mengunggahnya di internet. Namun, itu bukan berarti ‘musuh-musuh’ Violet tidak mengetahui hal tersebut. Adalah Briana yang mengetahui dari unggahan dari seseorang. Perempuan itu tersenyum kejam seolah hal tersebut dapat menginjak Violet lebih dalam lagi. “Akhirnya dia masuk ke dalam lubang penistaan yang dalam. Jadi, pernikahannya adalah pernikahan kontrak enam bulan?” tawanya menguar merdu dengan suasana hati yang sangat baik.Tangan kanannya sedang membawa gelas berisi wine kemudian dia menyesapnya dengan pelan dan anggun. Wajahnya tampak kemerahan karena pengaruh alkohol. Tapi dia tak akan berhenti meminumn
Ketika seseorang merasakan ketidakadilan dalam hidupnya, mereka akan terus menuntut keadilan itu untuk dirinya. Dia akan berusaha mendapatkannya tidak peduli dia harus jungkir balik untuk melakukannya. Begitupun dengan Hara. Dia merasa Vier memperlakukannya tidak adil karena lelaki itu menikahi Violet di saat lelaki itu menjalin hubungan dengannya.Tentu saja dia tidak akan tinggal diam dengan semua itu. Jika dia tidak bisa bahagia, maka Violet juga tidak boleh bahagia. Seperti itulah kira-kira yang mungkin ada di dalam pikiran Hara. “Lalu bagaimana?” tanya Candy dengan kesal. Bukan dia yang memiliki masalah, tapi dialah yang berpikir keras agar permasalahan ini bisa segera terselesaikan. “Nggak ada cara lain selain menghadapinya.” Violet yang menjawab. “Kamu tahu kan dia sedang merasa tidak adil atas sikap Vier dan dia tidak terima. Intinya adalah itu. Dan, dia terlalu mencintai Vier.” Violet menatap Vier dengan tatapan yang sulit diartikan.Vier tampak tak tahu apa yang harus dika
Vier geram bukan main mendengar suara sumbang Evan yang tidak tahu malu. Dia sudah mencoba untuk tidak terusik dengan kata-kata lelaki itu, tapi Evan sudah kelewatan. Dia adalah suami Violet, bagaimanapun keadaannya, dia adalah lelaki yang menikahi Violet secara sah. Sekarang, dengan lantangnya, Evan mengatakan sesuatu yang tidak beradab? Tentu itu membuat Vier marah.“Pergi dari sini dan jangan tunjukkan wajahmu lagi,” usir Vier dengan tangan kirinya masih mencengkram kerah baju Evan.“Berani sekali kamu melakukan ini padaku? Kamu hanya sekretaris yang tidak berguna. Atau jangan-jangan kamu memang memanfaatkan situasi agar kamu naik tingkat? Astaga, Vier, kamu lucu sekali.”Dan kini Violet lah yang mendekat untuk menampar Evan tepat di wajah kanannya. Violet menjauhkan Vier dari Evan agar dia bisa menghadapi mantan kekasihnya itu dengan caranya sendiri. “Aku tahu kamu memang tidak punya malu, tapi aku tidak tahu kalau kamu juga tidak punya harga diri.” Violet berucap rendah tapi ter
Jangan membangunkan macan tidur jika kamu tidak ingin mendapatkan masalah. Itu cocok diberikan untuk keadaan Violet saat ini. Perempuan itu tidak membuat masalah pada awalnya, tapi mereka yang datang membawa masalah untuknya. Dia masih memiliki banyak kesabaran meskipun ada banyak berita tentang dirinya dan banyak hinaan terlontar kepadanya. Tapi, diamnya Violet bukan karena dia tak berani bertarung. Dia diam untuk mengasah senjatanya agar lebih tajam, sehingga dia bisa memberikan serangan yang mematikan dalam sekali tebas. Inilah yang terjadi sekarang, dua orang yang berani membuat masalah dengannya harus menghadapi keadaan tidak menyenangkan. “Apa ini?” Briana melihat video dan juga foto yang memperlihatkan dirinya masuk ke hotel bersama dengan Evan. Bukan hanya itu, karena video CCTV tidak terlalu jelas bagaimana wajah mereka, dengan foto, mereka terpampang nyata di internet.Briana bergetar melihat itu. Tubuhnya lemah karena kenyataan menamparnya begitu menyakitkan. Briana akan