Share

Part 6. Hidup Berdua

“Saya rasa, hubungan kami tidak akan sampai di tahap itu, Pak,” jawab Vier mendengar ucapan bosnya yang sekarang menyandang status sebagai ayah mertuanya. “Setelah kontrak kami selesai, maka kami akan tetap berpisah,” tegas Vier lagi. Seandainya dia masih single, mungkin saja dia bisa mempertimbangkan untuk tetap bersama dengan Violet. Namun sayang, dia harus mampu menjaga hati seseorang agar tidak tersakiti terlalu dalam. 

Rizal mengangguk menyadari sikap Vier. Lelaki itu memang sudah bersama dengan kekasihnya dalam waktu yang cukup lama. Rizal mungkin juga berpikir jika cinta Vier kepada kekasihnya cukup besar. Dan seharusnya dia memang tak mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu. Tapi, berharap boleh, kan?

“Saya minta maaf. Anggap saja saya tidak pernah mengatakan itu,” kata Rizal mengalah. Dia tak boleh terlihat berharap dengan asistennya itu. Vier pun hanya bisa mengangguk sebelum pergi meninggalkan ruangan bosnya untuk kembali ke meja kerjanya. Meskipun Vier sudah menjadi menantu di keluarga Rizal, tapi dia masih tetap asisten Rizal. Pernikahannya dengan Violet tidak akan mengubah apa pun dalam karirnya. Begitulah pikir Vier. 

Pulang dari kantor, Violet mengajak bicara Vier tentang rencana yang sudah dipikirkan seharian ini. Violet sedang memikirkan tentang kenyamanan Vier setelah bersama dengannya. 

“Abang nyaman berada di rumah ini?” tanya Violet sebagai awalan, “aku punya usul yang barangkali akan membuat Abang lebih nyaman,” imbuhnya. 

“Bagaimana?” tanya Vier.

“Pindah rumah.” Violet mengatakan itu dengan keyakinan yang cukup tinggi. “Aku punya rencana untuk pindah dari rumah ke apartemen. Dengan begitu, kita bisa leluasa di tempat baru.” 

Vier tampak berpikir sebelum dia bertanya, “Kamu yakin Pak Rizal akan mengizinkan? Atau bahkan Ibu?” 

“Kalau memang Abang mau, aku yang akan mengatakan kepada Papa. Yang terpenting sekarang adalah kesediaan Abang.” Violet memikirkan ini bukan tanpa alasan. Tapi semata agar Vier bisa leluasa bersama dengan Hara. Karena di dalam surat kontrak yang sudah ditanda tangani, ada poin yang menyatakan jika Vier tidak boleh bertemu dengan kekasihnya selama Vier masih terikat kontrak. Tentu saja itu poin tambahan dari Rizal. Tapi Violet tentu tidak akan sekejam itu. 

Vier kini tampak berpikir. Apakah ini akan menjadi jalan keluar yang baik atau tidak. Tapi, lelaki itu pada akhirnya mengangguk. “Kalau begitu baiklah, aku bersedia,” putusnya pada akhirnya. 

Hal itu membuat Violet segera bertindak. Dia menemui orang tuanya dan mengatakan jika mereka akan pindah ke apartemen dan menjalani kehidupan rumah tangga berdua. 

“Kenapa harus pindah?” tanya ibu Violet terlihat tak setuju, “kalian bisa tinggal di sini dan tidak ada yang akan mengganggu.” 

“Bukan seperti itu, Ma,” sanggah Violet, “aku tahu pernikahan ini tidak akan lama. Tapi aku juga ingin merasakan bagaimana tinggal berdua bersama dengan suami. Toh dulu rencananya aku juga akan keluar rumah setelah menikah dengan Evan. Jadi aku pikir, tidak ada salahnya aku melakukan itu juga.” 

“Tentu saja itu berbeda, Violet.” Ibu Violet lagi-lagi menolak. “Pernikahanmu sekarang hanyalah pernikahan kontrak. Kalian tidak benar-benar terikat.” 

“Mama tenang saja. Aku tahu apa yang akan aku lakukan.” Seperti saat dia meminta ayahnya mencarikan pengganti calon suami, sekarang pun keputusan itu seolah sudah benar-benar tidak bisa diganggu gugat. Violet membuat kedua orang tuanya pusing karena keputusan-keputusan yang diambil secara mendadak. 

“Kamu yakin dengan keputusan ini, Violet?” tanya sang ayah. 

“Yakin, Pa. Aku dan Bang Vier akan segera pindah ke apartemen.” 

“Boleh saya berbicara?” Vier yang sejak tadi hanya diam, akhirnya bersuara. Ketiga orang yang ada di hadapannya itu menatap ke arahnya secara serentak. Ayah Violet memberikan kode agar lelaki itu segera berbicara. “Kalau memang kita perlu pindah, maka pindahlah ke rumahku, Violet.” Untuk beberapa saat, Violet dan kedua orang tuanya hanya bisa terdiam tanpa kata. Violet sedikit terkejut dan mengernyitkan dahinya tajam. 

“Bagaimanapun, sekarang kamu adalah istriku. Tanggung jawabku. Meskipun pernikahan ini hanya akan berjalan enam bulan, tapi kamu tetaplah istriku sampai waktu tiba untuk mengakhiri. Tinggalah di rumahku.” 

Inilah yang disukai Rizal dari Vier. Lelaki itu tahu bagaimana dia harus bersikap. Meskipun pernikahan itu bisa dikatakan hanya sebuah permainan, dia paham tugasnya sebagai seorang suami. 

Rizal mengangguk. “Itu akan lebih baik. Kalau memang kamu ingin tinggal berdua dengan suami kamu, maka tinggalkan di rumah Vier.” Rizal menyetujui usul Vier. Sedangkan Violet masih tampah berpikir. Bukan apa-apa, seharusnya Vier yang ikut bersamanya, bukan? Kenapa menjadi berbalik? Begitulah batin Violet. 

“Violet!” panggil sang ayah, “kamu bersedia?” Violet tidak memiliki pilihan lain selain harus mengikuti Vier. Maka dia segera mengangguk dan mencoba menerima semuanya. Untuk saat ini, dia juga harus menghormati permintaan Vier. Meskipun itu berat untuk dilakukan. 

“Mama tetap tidak setuju.” Ibu Violet bersikeras melarang. “Kenapa harus pindah kalau kalian bisa hidup di sini bersama kami?” Ada kekhawatiran yang menggantung di hati ibu Violet sehingga perempuan itu tak bisa membiarkan putrinya keluar dari rumah dan hanya hidup dengan Vier. 

“Mama, aku akan sering pulang. Jangan khawatir,” bujuk Violet kepada ibunya. Bukan perkara mudah mengambil keputusan seperti ini. Violet juga merasa tidak nyaman pada awalnya, tapi sekali lagi. Dia juga harus membuat orang yang membantunya hidup dengan nyaman. 

“Tapi, kan ...!”

“Sudah, Ma. Papa setuju.” Rizal memotong ucapan istrinya sebelum selesai menyelesaikannya. Bagi Rizal, ini adalah kesempatan untuk Violet dan Vier bisa bersama. Dia hanya tidak tahu, Violet mengusulkan itu agar kehidupan pribadinya dengan Vier tidak diketahui oleh siapa pun. Bahkan kedua orang tuanya. 

“Vier, tolong jaga Violet. Bagaimanapun bentuk hubungan kalian, tetaplah menjalin hubungan baik.” pesan Rizal kepada menantu 6 bulannya itu. Dan mendapatkan anggukan Vier setelahnya. 

Pasangan kontrak 6 bulan itu memutuskan pindah ke rumah Vier dua hari setelahnya. Mereka akan menempati rumah itu berdua selama mereka masih terikat pernikahan. Meskipun rumah Vier jauh lebih kecil dari rumah miliknya, tapi Violet menerimanya tanpa komentar. 

“Ini kamarmu.” Vier membukakan pintu kamar yang akan ditempati oleh Violet. Kamar itu berada tepat di depan kamar Vier. Violet melihat ke dalam sebelum mengangguk. 

“Dan itu kamarku, kalau kamu membutuhkan sesuatu, panggil saja.” Violet lagi-lagi mengangguk. Mendorong kopernya masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintu kamarnya. Tatapannya mengarah pada seluruh ruangan untuk kemudian mendesah pasrah. 

Ini adalah konsekuensi yang harus diterimanya. Mulai hari ini, dia harus bisa menyesuaikan kehidupannya dengan Vier. 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status