Share

Part 7. Pagi Dengan Kericuhan

Pagi ini, Violet menyiapkan sarapan untuknya dan Vier. Untuk pertama kalinya setelah menikah, dia memasak untuk suaminya. Setelah ini, dia harus mencari asisten rumah tangga. Violet tak mungkin memiliki waktu sebanyak itu untuk melakukan pekerjaan rumah. 

“Violet masak?” tanya Vier dengan sedikit kekaguman. Vier sudah terlihat rapi dengan pakaian kantornya. Kemeja berwarna navy dengan celana bahan. Tidak ada dasi yang menggantung di kerahnya, atau jas yang memeluk tubuhnya. Ya, Vier hanya seorang asisten pribadi. Bukan bos. 

Terkadang Vier merasa kecil di depan Violet yang adalah seorang bos. Dia bahkan terkadang bingung bagaimana dia harus memperlakukan istri 6 bulannya tersebut. Sedangkan Violet seolah tak memiliki beban apa pun berhadapan dengannya. 

“Iya. Ayo, kita sarapan.” Violet meletakkan dua mangkuk bubur di atas meja makan sebelum ikut duduk di kursi makan. “Hanya ada sisa bahan makanan di dalam kulkas. Jadi hanya ada ini untuk sarapan.” 

Vier mengangguk. “Bukan masalah.” 

Keheningan lantas menyelimuti saat keduanya menikmati sarapan. Seolah mereka sedang menjalani ritual keheningan. Hanya ada dentingan sendok dan mangkuk yang beradu. 

Violet lebih dulu menyelesaikan makannya. Menenggak minumannya, tatapannya mengarah pada Vier.

“Aku akan mencari asisten rumah tangga. Apa Abang setuju?” tanyanya, “aku bukan tidak ingin mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi aku tidak memiliki banyak waktu sebanyak itu untuk melakukannya.” Violet terus terang.

“Kamu bisa mencarinya.” Vier menyetujui. “Kita sudah berbagi rumah sekarang. Lakukan apa saja yang membuatmu nyaman.” 

Bukankah Vier adalah lelaki yang baik? Dia hanya seorang lelaki yang dimanfaatkan untuk menutupi rasa malu keluarga Rizal Bimantara. Tapi, dia sama sekali tak terlihat marah atau sejenisnya. Bahkan tidak memperlakukan Violet dengan buruk. Tidak sama sekali. 

Mereka akan berangkat ke kantor ketika Hara tiba-tiba datang ke rumah Vier. Perempuan itu menatap kekasihnya dengan binar mata yang cerah.

“Vier!” Segera, dia memeluk Vier di depan Violet. Menganggap istri Vier tidak ada di depannya. “Aku tadi hanya iseng mau datang untuk melihat keadaan rumah kamu. Kamu pasti jarang membersihkannya, ‘kan, setelah meninggalkannya? Jadi aku berinisiatif untuk membersihkannya setelah pulang kerja nanti.” 

Senyum Hara melebar sampai telinga. Raut wajahnya secerah mentari pagi. Tampaknya, hatinya dalam keadaan mood yang baik. 

“Aku akan menunggu Abang di mobil. Berikan aku kuncinya.” Violet tak ingin melihat adegan menjijikkan di depannya. Akan lebih baik dia menghindar.

“Tunggu.” Hara mencekal tangan Violet menghentikan langkah perempuan itu. Kunci mobil yang tadinya akan Vier serahkan kepada Violet, kini berada di tangan Hara. “Karena kalian sekarang berada di rumah ini, biarkan aku memberikan sedikit informasi.” Tidak ada raut takut yang tersemat di mata Hara. Dia seolah ingin membuat masalah kepada istri kekasihnya itu.

Violet yang tadinya enggan menatap wajah Hara, kini berbalik untuk menghadapi gadis itu. Raut wajah Violet dingin luar biasa. Tatapan tajamnya mengusik ketenangan Hara. Tapi, Hara mengabaikan. 

“Kami biasa berbagi apa pun. Bahkan rumah ini. Kami sering menghabiskan waktu di sini.” Hara memulai. “Jangan marah kalau aku juga melakukannya lagi setelah ini. Kamu, hanya istri kontraknya, kan?” Senyum Hara lembut seperti senyuman Putri Salju. Dia ber-akting seolah dialah protagonisnya. “Dan, aku akan sering datang ke rumah ini,” lanjutnya dengan nada menegaskan. 

Hara lantas memicingkan matanya setelah mengeluarkan informasi itu. Violet tak segera berbicara. Tapi dia tak bersedia ‘diajak’ oleh Hara di bawah kakinya. 

“Wanita yang bermoral tidak akan melakukan itu,” katanya dengan santai. “Apa pun sebutan hubungan kami, kami tetaplah pasangan suami istri. Kedudukan kita tak sama. Kamu hanya kekasih, tapi akulah yang menikah dengan Vier secara sah. Jadi, jangan mengatakan kalimat sampah di depan wajahku. Itu menjijikkan.” 

Bagaimana bisa Hara ingin menekan Violet sedangkan Violet adalah orang yang ada di atasnya dalam segala hal. Raut wajah Hara gelap seketika. Amarah menguasainya tanpa bisa dicegah. Kekasih Vier itu hampir melayangkan tangannya ke pipi Violet ketika Vier sendiri mencekal tangan Hara.

“Hentikan, Hara,” katanya, “ini masih pagi. Jangan membuat keributan.” 

Merasa tak terima dengan ucapan Vier. Hara melepaskan tangannya dengan kasar. Dia bilang, “Kamu ini kenapa sih, Vier? Kamu sudah mulai jatuh cinta sama dia? Kenapa kamu selalu membela perempuan ini di depanku?” Air mata Hara sudah hampir jatuh dari pelupuk matanya. Namun, dia menahannya. 

“Dia, pelakor ini ….”

“Tutup mulutmu!” Violet memotong ucapan Hara dengan suara dingin dan tajam. “Aku sudah mengatakan aku hanya meminjam kekasihmu untuk waktu 6 bulan. Kita sudah sama-sama tahu dan jangan membuatku marah dengan kata menjijikkan yang kamu berikan kepadaku!” 

“Kamu bilang meminjam? Tapi kamu bahkan mengancamku untuk mendapatkan hatinya.” Hara berteriak kencang di depan wajah Violet. Dua perempuan itu tidak ada yang ingin mengalah. Mereka saling melotot seolah ingin menghancurkan satu sama lain. 

“Tentu saja aku akan melakukannya kalau kamu terus mengusik kehidupan kami,” tantang Violet. “Maka berhentilah. Aku tahu apa yang harus aku lakukan jadi jangan pernah melakukan ini lagi.”

“Kamu berpikir Vier akan menerimamu? Tentu saja tidak. Hanya dalam mimpimu.” 

Violet ingin membalas ucapan Hara, tapi dia menahannya. Tapi tentu saja, Hara menyadari seringaian Violet yang penuh dengan makna. Istri Vier itu masuk kembali ke dalam rumah dan keluar setelah beberapa saat.

“Aku akan ke kantor lebih dulu, Bang,” pamitnya. Dia akan berangkat dengan mobilnya sendiri. “Aku tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni perempuan gila seperti dia,” katanya tajam sambil berlalu dari hadapan sepasang kekasih. Lama-lama Violet muak dengan wajah Hara yang baginya sangat menjengkelkan. 

Teriakan Hara menggema di seluruh penjuru tempat itu. Violet hanya terus berjalan tanpa memedulikan. Bahkan sampai tenggorokan Hara berlubang pun Violet tak akan pernah peduli. Terdengar Vier mencoba berbicara dengan Hara, dan biarlah itu menjadi tanggung jawab Vier kepada kekasihnya. Yang penting bagi Violet adalah segera pergi dari tempat itu. 

Kericuhan ini membuat perasaan Violet terjun bebas. Rasa kesal menggantung di dalam hatinya. Sampai dirinya di kantor, baru saja dia duduk, Raya masuk ke dalam ruangannya dan berkata,

“Ibu, Pak Evan ingin bertemu dengan Anda.”

*** 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elin Marlina
kok violet ngeselin ya, wajar kali hara bgitu, lagian vier mau aj, vier g mikirin gmna hara, publik akan mnganggap hara yg jdi pelakor pdhal yg sbnrnya violet yg mnyebalkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status