Share

Part 5. Melampaui Batas

Setelah ucapan Violet tersebut terlontar, bukan hanya Hara yang terkejut, tapi Vier pun sama. Bagaimana bisa, perempuan yang sudah mengambil kekasih orang lain masih berbicara begitu sombong. Ya, karena dia adalah Violet. Perempuan yang tidak bersedia kalah dari siapa pun. 

“Saya bersedia datang menemui Anda adalah untuk mengatakan dua poin penting. Meminta maaf dan berterima kasih. Saya bukan orang tak tahu diri yang akan bertindak seenaknya ketika ada orang berbaik hati membantu saya. Tapi tampaknya saya harus menarik kembali niat saya untuk melakukannya. Bukan saya yang melewati batas tapi Anda yang sudah mengatakan sesuatu yang tidak saya sukai,” jawab Violet dengan nada santai. 

Vier paham betul jika Violet adalah perempuan yang tidak bisa disinggung dalam bentuk apa pun. Lelaki itu juga sudah mengatakan kepada kekasihnya bagaimana tabiat Violet agar Hara tidak mengatakan sesuatu yang bisa menyentil amarah Violet. Sayangnya, mungkin karena hati perempuan itu sedang tersakiti, maka dia tak bisa menahan ucapannya.

“Saya sudah mengatakan kepada Vier tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di antara kami selama kami bersama,” imbuh Violet, “jadi seharusnya Anda tidak perlu mengajari saya bagaimana saya harus bertindak.” 

“Jadi Anda merasa tersakiti sekarang?” tanya Hara sinis, “bukan Anda yang seharusnya merasa tersakiti, melainkan saya.” Hara tak segera melanjutkan. Menenggak minumannya hanya untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Karena berbicara dengan Violet sepertinya membuatnya kehilangan banyak tenaga. “Dengarkan saya, Ibu Violet. Yang Anda lakukan ini adalah sesuatu hal yang sangat menyakitkan buat saya. Bagaimana kalau semua ini saya beberkan ke media? Bukankah Anda akan malu? Bukan hanya itu, Anda pasti tidak akan bersikap sombong seperti ini.” 

“Anda bisa melakukannya.” Violet menantang. “Tapi Anda juga harus tahu, saya tidak akan pernah tinggal diam. Saya akan membalasnya seratus kali lipat dengan apa yang Anda lakukan. Mencari informasi tentang keluarga Anda bukan sesuatu yang sulit bagi saya. Tertarik melakukannya?” 

“Sudah!” Vier yang sejak tadi hanya menjadi pihak pendengar dari perdebatan antara Hara dan Violet itu menengahi. Mereka berdua akan terus saling beradu argumen jika tidak dihentikan. “Ibu, kita kembali saja ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan. Dan Hara, kamu juga kembalilah ke kantor. Aku akan menghubungimu nanti.” Semakin lama mereka saling berhadapan, maka akan ada banyak ucapan buruk dari keduanya yang saling terlontar. Memisahkan mereka sekarang akan lebih baik. 

“Kamu akan benar-benar meninggalkanku?” Hara menarik tangan Vier yang ada di atas meja. “Seharusnya di saat seperti ini, kamu memberikan banyak waktumu untukku sebagai penebus kesalahan.” Hara kini sudah menangis, membuat Vier harus menarik nafasnya panjang. Violet yang tak sudi melihat drama yang tercipta di depannya itu berdiri. 

“Saya akan tunggu di mobil.” Menyahut kunci mobil Vier yang tergeletak di atas meja, Violet berlalu begitu saja. Perasaannya kesal luar biasa. Pertemuan yang seharusnya digunakan dirinya untuk mengakui kesalahannya itu pada akhirnya berakhir dengan perdebatan. 

Setelah kepergian Violet, Hara segera menatap Vier dengan tatapan yang sangat tidak bersahabat. Meskipun air mata semakin lama semakin deras keluar dari netranya, amarah masih memancar dari tatapan perempuan itu. 

“Kamu dengar, kan apa yang dikatakan oleh perempuan itu? Dia itu perempuan jahat. Bisa saja ini adalah tak-tiknya untuk menekan kamu agar kamu bisa bersama dengannya.” 

“Hara, tolong tenanglah.”

“Bagaimana aku bisa tenang, Vier!” Hara membentak kekasihnya dengan suara tinggi sampai membuat orang-orang yang ada di sekeliling meja mereka menatap ke arahnya. Tidak. Vier tidak malu karena mereka menjadi pusat perhatian. Tapi baginya, ini sangat menjengkelkan. 

“Kamu tidak percaya denganku?” tanya Vier. Mereka sudah menjalani hubungan ini cukup lama. Dia tak pernah melakukan hal-hal yang tidak-tidak selama ini. Jadi seharusnya, Hara bisa mempercayainya sampai akhir. 

“Aku percaya denganmu. Tapi tidak dengan bosmu itu,” ungkap Hara. Tidak ada satu wanita pun yang akan merasa baik-baik saja ketika kekasihnya yang sudah dijaga begitu lama pada akhirnya menikah dengan perempuan lain. Pernikahan itu memang hanya sebuah kontrak yang akan berakhir sesuai isi kontrak tersebut. Tapi selama waktu kontrak, apa saja bisa terjadi. Kekhawatiran itu merambat di dalam otak Hara. Tangis tak bisa berhenti untuk mengalir.

“Yang terpenting sekarang adalah aku. Aku akan menjaga hatiku buat kamu.” Vier menarik tangan kekasihnya. “Hara. Kita sudah saling mengenal begitu lama. Kamu tahu aku tidak akan melakukan sesuatu di luar batas.” Vier mencoba terus meyakinkan kekasihnya tersebut dengan lembut dan sabar. “Sekarang aku pergi dulu.” Vier akan bangkit ketika Hara lagi-lagi mencegahnya.

“Tapi kamu nggak mau berjanji sama aku untuk tidak jatuh cinta sama dia.” Vier terpaku sejenak. Cinta dan janji. Vier tak bisa memprediksi atau memperkirakan bagaimana keadaan hatinya kedepannya. Ini bukan matematika yang memiliki rumus pasti. Hati bisa berubah. “Kamu hanya mengatakan untuk menjaga hatimu.” Hara menatap Vier. “Hampir sebelas tahun, tapi kamu tidak pernah mengatakan cinta kepadaku.”

“Bukankah yang terpenting aku bersama denganmu? Aku ada di sisimu? Apakah itu tidak cukup?” Vier menunduk untuk menatap Hara. Vier tahu kekasihnya sedang dalam masa krisis. Krisis percaya diri dan menjadi sensitif. “Tenangkan dulu hatimu. Aku akan menelponmu nanti. Aku pergi sekarang.” Vier mengelus puncak kepala Hara dengan lembut sebelum benar-benar pergi meninggalkan kekasihnya. 

Vier masuk ke dalam mobilnya dan Violet sudah berada di sana menunggu. Tidak ada hal apa pun yang dikatakan oleh Vier. Dia tahu Violet tak suka basa-basi. Mereka hanya menikmati kebekuan selama berada di perjalanan menuju kantor. 

Violet keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam gedung kantornya setelah sampai. Bahkan tanpa pamit kepada Vier. Ketukan sepatunya terdengar mengalun dalam keheningan. Beberapa orang yang bersisipan dengannya menyapa dan hanya dijawab dengan anggukan kaku. Sedangkan Vier, dia masih berada di dalam mobil mencoba untuk tetap tenang dengan segala masalah yang merundungnya. Kepalanya terasa berdenyut nyeri. Belum lagi orang-orang di kantor yang melihatnya terlihat menilainya. Bagaimana tidak jika dia tiba-tiba menikah dan menjadi suami bosnya. 

“Saya tahu mungkin kamu sekarang tertekan dengan pernikahan ini, Vier. Tapi saya minta tolong kepadamu agar kamu bisa bertahan.” Saat Vier baru saja sampai ke dalam ruangan, Rizal sudah menghadangnya agar mereka bisa berbicara berdua. Setelah acara pernikahan itu, Rizal dan Vier belum sempat berbicara. “Violet adalah harta kami yang paling berharga. Setidaknya kalau kamu sekarang yang berada di sisinya dan kemudian di masa yang akan datang, keadaan berbalik dan kalian saling memiliki rasa, saya akan dengan senang hati memberikan harta kami itu untukmu.”

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
11 th pacaran atau kredit rumah??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status