"Alex, apakah kamu memiliki perempuan lain?“ tanya Freya sedikit menuduh.
Pandangan Alex teralihkan dari berkas yang menumpuk di hadapannya. Sejak mereka menikah, Alex kerap kali membawa pulang pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan di perusahaan. Freya selalu memaklumi keadaan tersebut, dia mengira pekerjaan Alex sangat banyak sehingga membuatnya membawa beberapa berkas tersebut ke rumah. Namun, kini ia berpikir bahwa itu hanya satu sarana yang suaminya gunakan agar tak perlu memperhatikan istrinya.Alex menaikkan alisnya, ia menatap Freya tajam. “Kau ini bicara apa?" Ia bertanya balik karena tak memahami pertanyaan Freya yang tiba-tiba itu."Jawab saja, pertanyaanku, Alex. Aku ingin mengetahui jawabannya langsung dari mulutmu,” ucap Freya dengan penuh ketenangan. “Tidak! Aku tidak memiliki wanita lain! Kamu ini berbicara apa, Freya? Sudahlah jangan berpikir macam-macam aku tidak mungkin selingkuh darimu!” kilah Alex yang kesal ditanya seperti itu. Freya tidak mempercayai begitu saja ucapan Alex. Wanita itu terus membayangkan sikap Alex yang selama ini diterimanya. “Kalau begitu, mengapa kamu selalu bersikap dingin padaku? Kita memang tidur bersama seperti pasangan suami istri pada umumnya, tapi mengapa di kesempatan lain kamu selalu cuek?” tanya Freya yang tidak puas dengan jawaban Alex.Alex terdiam sejenak sebelum menjawab. “Kamu tahu bukan? Kita menikah karena perjodohan, bukan karena aku mencintaimu, Freya. Kita tidur bersama, itu sudah menjadi kewajibanku, dan kewajibanmu juga, bukankah kau sendiri juga menikmatinya? Sudah sewajarnya seorang suami tidur dengan istrinya, memangnya kamu mau aku tidur dengan perempuan lain? Yang jelas, aku tidak selingkuh darimu, Freya! Jauhkan pikiran jahatmu itu!” tungkas Alex dengan nada tegas. Dia tidak menyukai tuduhan yang dilontarkan oleh Freya. Hari Freya bagaikan ditusuk duri ketika mendengar perkataan suaminya. Secara tidak langsung, Alex mengatakan kalau dia hanya membutuhkan Freya untuk menyalurkan hasratnya tanpa pernah bisa mencintainya. Dia hanya memiliki tubuh Alex, tetapi tidak dengan hati suaminya.“Lalu, siapa Claudia? Mengapa kamu menyebutnya bahkan saat kita bercinta? Apa dia wanita idamanmu?” Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Freya. Dia belum puas bila tidak menuntaskan rasa penasarannya terhadap wanita yang bernama Claudia itu.“Sudah kukatakan kamu salah mendengarnya Freya. Claudia itu bukan siapa-siapa. Kamu pasti salah mendengar perkataanku! Sudahlah! Jangan membicarakan hal yang tidak penting!” tegas Alex yang kemudian berdiri hendak meninggalkan ruang kerja. Keinginannya untuk melanjutkan pekerjaannya sirna karena berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh Freya.“Mungkin pembicaraan ini tidak penting bagimu, tetapi ini sangat penting bagiku. Kali ini aku bertanya, siapa wanita yang ada dalam foto ini? Dia wanita idamanmu, bukan?” duga Freya sambil mengeluarkan foto yang ditemukannya dan menyerahkannya kepada Alex. Freya masih membuat suara rendah meski dadanya dipenuhi emosi karena mendengar jawaban dari Alex. Alex terkejut melihat foto yang diberikan oleh Freya. “Dari mana kamu mendapatkan foto ini? Kamu menggeledah kamar kerjaku?” tukas Alex geram. “Tidak penting dari mana aku mendapatkannya. Sekarang, jawab pertanyaanku. Siapa wanita yang ada dalam foto itu? Apakah dia wanita yang kamu cintai? Wanita yang membuatmu tidak pernah menghargai semua usahaku sebagai istri,” ungkap Freya dengan mata yang sedikit memerah. Dia sudah tidak dapat menahan dirinya lagi. Hatinya terus berdebar menunggu jawaban dari Alex.Alex yang mendengar tuduhan dari Freya juga tersulut emosi. “Iya, betul! Dia adalah Claudia — mantan kekasihku — dia merupakan wanita yang kucintai, bahkan, aku masih mencintainya. Puas kamu!” ungkap Alex dengan mata mendelik. Dia muak terus disudutkan dengan pertanyaan tentang Claudia. “Kalau kamu masih mencintai kekasihmu, mengapa kamu menikahiku? Seharusnya, kamu menolak perjodohan ini, Alex. Padahal, aku sudah berharap banyak pada pernikahan kita,” racau Freya sambil menangis. Wanita itu memegang dadanya yang terasa sangat sakit mendengar jawaban Alex. Hancur sudah pertahanannya, dia sudah muak dengan sikap suaminya yang tak segera menjawabnya dengan tegas.Alex semakin kesal dengan sikap Freya, dia malah membandingkan Freya dan Claudia. “Tentu saja aku masih mencintainya, dia cantik, anggun, dan memiliki semua kriteria wanita idamanku. Aku belum bisa melupakannya. Lagipula menolak perjodohan ini tidak bisa aku lakukan. Kamu tahu sendiri keinginan kakekku,” timpal Alex seenaknya. Freya yang dibandingkan dengan Claudia seketika menghentikan tangisannya. Dia berusaha menenangkan dirinya dahulu. Alex hanya diam tidak melakukan apa pun untuk menghentikan tangisan istrinya. Setelah, beberapa saat Freya terdiam, dia meyakinkan hatinya untuk mengatakan hal yang ada di benaknya. "Sudah cukup sampai di sini saja pernikahan kita. Alex, mari kita bercerai!” ajak Freya dengan keyakinan dalam dirinya.Dia telah memantapkan diri untuk mengatakan hal ini. Bila memang selama ini suaminya tidak pernah mencintainya, berarti sudah seharusnya dia menyerah dengan pernikahan mereka. Alex membulatkan matanya, dia agak terkejut dengan perkataan yang diucapkan Freya. Namun, tak sedikitpun timbul rasa simpati di hati Alex terhadap Freya yang menghapus air mata di pipinya. “Apa kau yakin, Freya? Kamu pikir bercerai itu perkara mudah? Bagaimana dengan kakek kita? Mereka pasti menentang hal Ini.” Alex mengejek niat Freya. “Ya, aku yakin. Untuk apa kita melanjutkan pernikahan ini bila tidak ada cinta di dalamnya? Kau bahkan memilih untuk tetap mencintai mantanmu. Aku tidak hanya menginginkan ragamu Alex, aku juga menginginkan hatimu. Aku sendiri yang akan menyampaikannya kepada Kakek, pasti mereka memahami keputusan yang kita ambil,” cakap Freya tanpa ragu. Tidak ada lagi tangisan. Freya menegakkan wajahnya, dia tidak ingin terlihat sedih dengan akhir pernikahannya. Meski Alex masih memandangnya dengan tatapan merendahkan, Freya tidak ingin terlihat lemah.Alex menghela napasnya sejenak. “Baiklah, aku akan mengurus perceraian kita. Dengan catatan, kamu yang harus mengatakannya kepada Kakek. Perceraian ini adalah keinginanmu, jadi kamu kalau ada yang mereka salahkan, itu adalah kamu, bukan aku." Pria itu lepas tangan, tak peduli, toh ia tak pernah mencintai Freya.Freya mengangguk yakin. “Baiklah, kita menyepakati hal ini. Berikan aku waktu untuk membereskan barangku. Aku akan pergi besok dari rumah ini.” Lantas ia bangkit dari duduknya. “Apa maksudmu dengan pergi dari rumah ini?” tanya Alex tajam. Freya menatap balik suaminya, wanita itu mengerutkan keningnya. “Tentu saja, aku harus pergi dari rumah ini karena kita akan segera bercerai. Toh tidak ada gunanya lagi aku di sini. Aku tak mau membelenggu pria yang mencintai wanita lain,” sahut Freya dengan suara menantang.‘Sebenarnya, aku pergi dari rumah ini karena ingin melupakan semua tentangmu, Alex. Aku tidak ingin terus memikirkanmu bila tetap berada di dekatmu.’ Batin Freya mengucapkan hal yang berlawanan dari mulutnya.Wanita itu pergi meninggalkan pria berhati dingin itu. Dia tidak peduli dengan keadaan istrinya, bila Freya memang menginginkan perceraian, maka dia akan mengabulkannya. Di luar ruangan Freya menumpahkan tangisannya. Freya tidak menyesali ucapannya pada Alex ketika meminta cerai dari pria itu. Namun, hati Freya sangat sedih saat Alex dengan mudahnya meluluskan permintaannya. “Tidak adakah sedikit perasaan padaku? Aku, istrimu yang sah, yang telah berjuang selama dua tahun akan selalu kalah dengan masa lalumu?” rintih Freya sambil terus menangis.Malam itu, Freya langsung memasukkan barang-barangnya ke sebuah koper. Dia tidak ingin menunda kepergiannya. Wanita itu sudah cukup muak mencintai orang yang tidak pernah menoleh sedikit pun pada dirinya. Selesai memasukkan baju-bajunya dan beberapa barang di koper, Freya membaringkan tubuhnya di ranjangnya. Dia memikirkan ke mana dia harus pergi setelah meninggalkan rumah ini. “Tidak mungkin aku kembali ke rumah Kakek. Kakek bisa langsung jantungan kalau dia tahu kami akan bercerai,” gumamnya sendirian.Saat Freya sedang sibuk berpikir, Alex memasuki kamar mereka. Pria itu menatap koper yang berada di sudut ruangan. “Kamu benar akan pergi dari rumah ini? Biar aku saja yang pergi, kamu tidak akan memiliki tujuan bila meninggalkan rumah ini,” usul Alex mencoba berbaik hati.Freya mencibir dalam hati. 'Sekarang saja kamu pura-pura baik,' cemooh batinnya muak.Wanita itu bangun, kemudian duduk di ranjang mereka. “Kamu tidak perlu memikirkanku, urus saja perceraian kita secepatnya. Tidak usah sok jadi pahlawan,” tukasnya dingin. Freya bangkit dari duduknya dan hendak ke luar kamar.Dengan sigap tangan pria itu memegang lengan Freya. “Kamu mau ke mana? Kalau kau mau pergi besok pagi saja, ini sudah malam!” larangnya. Bagi Alex tak baik seorang wanita pergi sendiri di malam hari buta.Freya menatap malas pada Alex, dia sudah cukup lelah dengan obrolan mereka hari ini. Dengan sinis ia menjawab, “Memang apa pedulimu, Alex? Suka-suka aku, dong! Toh sebentar lagi kita hanya mantan!”Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap