Share

Bab 5 Tuduhan Palsu

Perasaan tak nyaman itu kembali muncul. Raut wajah Bella menjadi masam. Akan tetapi saat Laura menyuruhnya untuk masuk. Bella segera menormalkan kembali ekspresi wajahnya. Agar Laura tak sempat mengetahui perubahan mimik wajahnya.

"Kami asyik melepas rindu," ucap Laura pada suaminya. "Ya sudah. Ayo masuk," ajak Laura sambil merangkul Bella.

"Kita sambung lagi di dalam, ayo," ucap Ronald.

Bella menahan emosi dengan mengeraskan rahangnya. Dia sedang berpikir keras. Apa maksud Ronald dengan kata 'kita'

"Dia tak akan ikut bergabung dengan aku dan Bu Laura kan?" Pertanyaan itu kemudian berputar di kepala Bella.

Namun Bella menjadi lega saat Ronald akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamarnya. "Kalian lanjutkan pekerjaan kalian ya. Aku akan ke kamar," pamit Ronald.

"Apa hari ini kamu nggak pergi ke perusahaan?" tanya Laura penasaran.

Ronald menggelengkan kepalanya. "Tamu pentingku nanti mau datang ke sini," jawab Ronald.

Laura semakin penasaran. "Tamu penting siapa. Klien?"

"Bukan," Sahut Ronald dengan singkat. Laura sepertinya masih penasaran dan ingin bertanya. Namun Ronald beruntung karena klien yang ditunggu oleh Laura dan Bella sudah datang. Dan akhirnya Ronald berhasil lolos. Ronald menuju ke kamarnya. Sedangkan Bella dan Laura kini tengah sibuk dengan urusan bisnis dengan kliennya.

**

Dua jam berlalu, Bella, Laura dan kliennya telah selesai dengan urusan pekerjaannya. Kini giliran Ronald melancarkan rencana busuknya. Dia sengaja menyuruh Jona ke rumahnya. Yang nantinya akan dia gunakan untuk menjebak Bella.

"Siapa ya?" tanya Laura. Karena dia tak begitu mengetahui siapa itu Jona. Berbeda dengan Bella yang sudah mengetahuinya lebih dulu.

"Dia adalah Jona. Karyawanku," jawab Ronald sembari menarik kursi dan menempatinya. Ia tak lupa menyuruh Jona untuk duduk.

Laura tak dapat menyembunyikan ekspresi keheranannya. Sementara Bella hampir paham jika ada maksud jahat dari kedatangan Jona kali ini. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Langsung saja. Aku akan jelaskan kenapa aku ngundang Jona ke sini. Jona harus segera menikahi Bella. Karena Jona sudah menghamili Bella," jelas Ronald panjang lebar.

Mata Bella dan Laura melebar sempurna. Laura merasa tercengang mendengar pernyataan dari suaminya. Ia melirik ke arah Bella. Tak menyangka bahwa Bella yang dinilai polos ternyata hamil diluar nikah dengan karyawan suaminya. Padahal tidak seperti itu cerita sebenarnya.

Bella yang terjebak hanya dapat menangis menerima semua tuduhan palsu ini. Ternyata ini rencana busuk Ronald. Bella merasa seperti sedang ditelanjangi.

"Apa itu benar?" tanya Laura melihat ke arah Jona dan Bella secara bergantian.

Jona mengangguk dan mengiyakan. "Benar Bu Laura. Saat ini Bella sedang hamil anak saya," jawabnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Sementara Bella hanya bisa menunduk pasrah. Percuma bilang tidak. Lagipula dia tak punya jawabannya bukan jika tidak membenarkan ucapan Ronald dan Jona. Kini tak ada pilihan lain selain menikah dengan lelaki asing itu. Daripada Laura mengecapnya sebagai wanita yang tercela.

Laura melipat tangannya di depan dada. Ia berbicara dengan ekspresi wajah yang angkuh dan enggan memandang ke arah Bella. "Pantas saja akhir-akhir ini kamu sering sakit-sakitan. Ternyata kamu hamil."

Laura kemudian juga meluapkan kekecewaannya. Menatap ke arah Bella. "Terus terang aku kecewa sama kamu Bel, karena nggak jujur sama aku."

Bella yang tadinya menunduk kemudian menatap ke arah Laura dengan perasaan bersalah. Air matanya tanpa sadar menetes lalu menganak sungai. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya dan mungkin akan berlutut bila perlu. Demi mendapatkan maaf dari Laura. "Maafkan saya Bu Laura," ucap Bella sambil terisak.

Bella benar-benar berlutut di pangkuan Laura. Matanya sekilas menatap ke arah Ronald. Lelaki itu nampak resah karena sadar bersalah. Tak berbeda dengan yang Jona rasakan.

Laura bangkit dari tempat duduknya lalu menatap ke arah Jona. "Sudahlah itu nggak penting. Yang terpenting kapan kalian akan menikah?" tanya Laura.

"Secepatnya Bu. Karena kasihan jika nanti perut Bella semakin membesar," jawab Jona.

Laura mengangguk. "Bagus," sahutnya. "Ya udah. Aku mau pergi ke kamarku. Kalian lanjutkan perbincangan kalian mengenai pernikahan kalian," pamit Laura yang kentara jelas ekspresi kecewanya.

Laura juga mengajak Ronald untuk ikut bersamanya. "Ayo Ayah. Kita ke atas."

Ronald mengangguk dan mengikuti langkah istrinya.

Bella terasa teriris seiring kepergian Laura dan Ronald. Dan hal itu karena dia telah membuat Laura marah. Ia kemudian menatap tajam ke arah Jona.

"Apa kamu puas? Apa yang kamu dapat dari semua ini. Kamu dibayar berapa sampai mau melakukan ini?" Dengan nada pelan namun menohok, Laura meluapkan kekesalannya.

Jona yang kesal bangkit dari tempat duduk dan mendekat ke arah Bella. "Kamu jangan sok suci Bella. Kamu pikir aku senang menikah denganmu?"

"Tidak!" tandas Jona sambil menggelengkan kepalanya. "Seharusnya kamu beruntung karena aku mau menikahimu," ucap Jona sebelum pergi.

Menyisakan sesak di dada Bella. Saat ini dia bahkan tak dapat menangis lagi. Air matanya rasanya kering karena tak mengerti lagi dengan takdir yang harus dijalaninya saat ini.

Bella bangkit dari duduknya dan hendak pergi. Namun saat berhasil berdiri kepalanya mendadak menjadi berputar. Badannya menjadi ringan kemudian jatuh pingsan. Asisten rumah tangga Laura yang memergokinya berteriak histeris.

"Astaga Mbak Bella."

"Tolong… Mbak Bella pingsan!" teriak asisten rumah tangga Laura sambil mengguncang-guncangkan tubuh Bella.

Laura yang juga mendengar teriakan tadi kemudian menuruni tangga dengan panik bersama dengan Ronald. Kemudian ia memanggil supir pribadinya untuk menyiapkan mobil untuk ke rumah sakit.

Sambil menunggu supir pribadinya datang Laura mengedarkan pandangannya. Ia mencari keberadaan Jona. "Di mana Jona?"

"Mungkin dia udah pergi," jawab Ronald.

"Kalau begitu suruh dia menyusul kita ke rumah sakit.

"Dia kan balik ke perusahaan buat kerja Ma," ucap Ronald.

"Lalu kenapa? Ini menyangkut nyawa anak dan calon istrinya," kilah Laura.

Ronald yang lepas tangan memilih meninggalkan Laura dan Bella yang terkapar di lantai. "Terserah kamu ajalah Ma. Aku udah pusing. Urus aja managermu itu sendiri!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status