Share

Bab 6 Lelaki Arogan

Akhirnya Laura mengantar Bella ke rumah sakit tanpa suaminya. Kini Laura memandangi wajah Bella yang masih belum sadarkan diri. Ia menatap kasihan pada wajah yang nampak pucat tersebut. Ia menjadi merasa bersalah karena telah bersikap tak baik pada Bella tadi.

Wajah khawatir Laura berubah menjadi sumringah, setelah melihat Bella perlahan sadar dan membuka mata. "Syukurlah kalau kamu udah sadar," ucapnya dengan tulus.

Entah mengapa senyuman Laura kembali menular kepada Bella. Sejenak rasa sakit dan deritanya juga turut menghilang hanya dengan mendengar ucapan yang tulus tersebut. Semua itu menjadi kekuatan baru untuknya.

"Kenapa saya bisa berada di sini Bu Laura?" tanya Bella.

"Tadi kamu pingsan. Pembantu di rumah yang kasih tau aku. Terus ya aku bawa kamu ke sini sama supir," jawab Laura.

Saat Bella ingin duduk kepalanya kembali pusing. Sontak Bella meringis menahan sakit sambil reflek memijat kepalanya. Mata Laura membelalak karena terkejut.

"Astaga Bella. Kamu jangan buru-buru bangun. Kamu belum benar-benar sembuh," cegah Laura.

Laura kemudian meraih tangan Bella dan menggenggamnya. "Kamu yang sabar ya. Ini nggak akan lama kok. Waktu aku hamil muda dulu juga kondisinya lemah seperti kamu," ucap Laura mencoba memberikan semangat.

Bella mengangguk kecil. "Iya Bu."

"Tapi kapan saya boleh pulang?" tanya Bella penasaran. Ia selalu merasa tak nyaman jika harus berlama-lama di rumah sakit.

"Kalau kondisimu sudah membaik kamu boleh pulang hari ini kata dokter," jawab Laura. "Tapi kamu jangan khawatir. Aku nanti akan suruh Jona ke sini buat jagain kamu ya," ucap Laura.

Justru itu yang Bella khawatirkan. Ia tak ingin bertemu dengan Jona. Apa yang bisa lelaki arogan itu lakukan untuknya? Lebih baik tak ada.

Bella buru-buru mencegahnya. "Tidak usah Bu. Saya bisa pulang sendiri kok."

"Kemandirian kamu nggak berlaku saat kamu lagi sakit Bel. Udah kamu pokoknya nurut aja sama aku," paksa Laura. Bella diam dan tak berani membantah.

**

Dan benar saja. Saat dokter menyatakan Bella sudah boleh pulang, Jona datang. Semua itu atas perintah Laura. Dan Jona terpaksa menurut agar tak mendapatkan masalah dengan Ronald.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga," sambut Laura saat Jona mendekat ke arah mereka.

Berbeda dengan raut wajah Bella yang masam, Jona memilih memaksakan senyumnya. Terlihat kaku dan benar-benar tak sedap dipandang.

"Tuh kan Jona datang. Dia cuek-cuek gitu sebenarnya pasti sayang sama kamu, Bella," puji Laura. Ia bersikap seperti itu karena sudah berdamai dengan dirinya sendiri. Dia juga mensupport Bella agar tak stres dan berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayinya Bella. Bagi pekerjaan Laura juga sebenarnya. Karena Bella mempunyai peranan penting dalam karir Laura.

"Apa kita bisa pulang sekarang Bu?" tanya Jona kepada Laura.

"Iya bisa. Kita tadi cuma nungguin kamu datang kok," jawab Laura. Bukan kita, tetapi hanya Laura yang mengharap Jona datang. Karena Bella tak menginginkannya.

Melihat Bella menuruni brankar sendirian kemudian Laura memarahi Jona. "Astaga Jona. Kenapa kamu malah diam dan ngelihatin doang? Bantuin itu Bella."

Jona terkejut dan reflek mengiyakan perintah dari Laura. "I–iya, Bu."

Jona akhirnya membantu Bella turun dari brankar. Ia juga membantu Bella berjalan sampai ke parkiran. Daripada terus menerus dimarahi dan diceramahi Laura. Meskipun ia melakukannya dengan grusa grusu, membuat Laura akhirnya menaruh curiga.

"Kalian ini aneh. Katanya mau menikah tapi kok kayak kucing sama tikus. Kelihatan nggak akur," tegur Laura saat sudah dalam mobil di perjalanan menuju ke kost Bella.

Kini terpaksa Bella yang memberikan klarifikasi palsu mengenai hubungannya dengan Jona. "Awalnya kami baik-baik aja Bu. Hanya saja saat ini saya masih marah dengan Jona."

Jona awalnya berangan-angan ingin pura-pura membujuknya seperti di sinetron. Tetapi ia memilih enggan melakukan hal yang dinilainya menjijikkan itu. Akhirnya dia hanya bisa diam.

"Astaga. Kamu pasti membohongi Bella sampai dia jadi seperti ini ya?" semprot Laura.

Ia bahkan memukul-mukul lengan Jona karena gemas.

"Maafkan saya Bu," ucap Jona dengan tersenyum kecut. Kalau saja Laura bukan istri bosnya, Jona pasti akan memakinya habis-habisan.

"Minta maafnya sama Bella bukan sama aku. Itu dia lagi mengandung anak kamu lho," sahut Laura. Pernyataan Laura membuat mata Bella dan Jona mendelik.

"Sudah biarkan saja Bu. Saya udah terbiasa kok," sambar Bella.

"Tuh kan. Kamu beruntung lho punya calon istri yang sabar kayak Bella," ucap Laura.

Asyik berbincang-bincang tanpa sadar mobil Laura kini sudah sampai di kost Bella. Jona menyuruh Laura untuk langsung pulang saja dan berkata dia yang akan mengurus Bella.

"Ibu Laura bisa langsung pulang saja. Saya bisa mengurus Bella sendiri Bu," ucap Jona.

"Mana bisa aku mempercayaimu begitu saja. Udah biarin aku turun dan bantuin Bella," tolak Laura.

Karena merasa sudah membaik, Bella juga turut membujuk Laura. "Jona benar Bu. Saya sudah baik-baik saja kok."

"Ya sudah kalau begitu tolong jagain Bella ya Jona," ucap Laura sambil mengelus lengan Bella dengan lembut dan tersenyum.

"Iya, Bu," jawab Jona.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya," pamit Laura.

"Baik.Bu. terimakasih atas bantuannya, dan hati-hati di jalan," sahut Bella. Jona juga mengatakan kalimat yang hampir sama tentu saja.

Laura mengangguk. Kemudian ia masuk ke dalam mobil. Laura melambaikan tangan kepada Bella dan Jona, saat mobilnya melaju pelan meninggalkan kost Bella.

"Dramanya udah selesai. Aku mau pulang," pamit Jona dengan ketua.

"Aku nggak peduli," sahut Bella tak kalah ketus. Namun setelah mengatakan itu badan Bella kembali lemas dan hampir pingsan.

Jona menolehkan kepalanya sedikit. "Aku nggak punya waktu buat ngurusin tingkah manjamu," ucapnya. Setelah itu ia berlalu meninggalkan Bella, meskipun tahu Bella saat ini dalam kondisi yang sulit.

"Pria macam apa yang akan aku nikahi Tuhan," keluh Bella sambil menangis. Samar-samar ia menyaksikan kepergian Jona yang tak berperasaan. Kemudian dengan sisa tenaga yang dimiliki ia berjalan menuju ke pintu utama kost.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status