Share

Part 2. Janjian.

Tiin, tiiiin, tiiiin. Terdengar suara klakson begitu memekakan telinga

"Ini pasti Renata, menekan klakson seenaknya hanya agar kedatangannya diketahui olehku," gerutu Bianca sambil mengusap ujung matanya yang tergores saat memakai eyeliner tadi. 

"Biiii … dimana kamu?" panggilnya. 

"Kan, sudah kubilang, dia biang kerok dari tan-tin suara klakson itu," ucapnya bicara dengan gambarnya sendiri yang memantul dari cermin riasnya.

"Kebiasaan kamu ya, Ren, aku jadi kaget dan mataku ketusuk eyeliner, nih!" sungutnya.

"Ops … haha segitunya banget, Bi?" ucapnya tanpa dosa.

"Nih, ya, di komplek sini yang sering mencet klakson itu tukang jualan lele! Jadi, Elu! Sama aja kaya tukang lele, Ren!" gerutunya, kesal dengan kebiasaan Renata yang tak beradab itu.

"Gue lupa, Bi," sanggahnya.

Bianca hanya mendengus, malas berdebat lagi soal klakson dengan sahabatnya itu. Padahal sudah beberapa kali ia pesankan, agar jangan pencet-pencet klakson kalau ke rumahnya. Karena letak rumahnya dengan para tetangga, berdempetan tanpa jarak. Jadi saat ada yang mengklakson di rumahnya, maka hampir satu blok akan mendengar suaranya.

Sementara Renata malah anteng dengan ponselnya.

"Gimana?" tanya Bianca sambil menjatuhkan bokongnya disamping Renata.

"Nih … liat sendiri," sahutnya, menyodorkan gawai yang menyala ke arah Bianca.

Secepat kilat gadis itu menyambar ponsel yang di sodorkan oleh sahabatnya dan matanya seketika melotot.

"B*jing*n!?"

Mukanya mendadak panas rasanya, giginya pun bergemeletuk menahan kemarahan yang memuncak membaca screenshot chatting antara Doni dan Lia di ponsel milik sahabatnya.

Seandainya saja Renata mengizinkannya pada sore itu, untuk menghampiri Doni dan Lia, sudah habis di libasnya kedua manusia pengkhianat itu. Yang tanpa sengaja dilihat Bianca di sebuah cafe ternama di kota ini.

Mata Bianca semakin terbelalak saat menggeser satu persatu foto yang berada di ponsel Renata. Dan terkejut saat melihat beberapa foto Lia dan keluarganya.

"Gil*! Sungguh perempuan ini!" Bianca hanya mampu menahan nafas.

"Ren, bener-bener biadab ni perempuan," ucapnya lagi sambil melirik ke arah Renata yang hanya menggendikan bahunya.

"Aku menyadap WhatsAppnya Mas Doni, dan seperti yang kamu baca. Ternyata seperti itu kelakuannya selama ini." ucapnya sambil pandangan nya menerawang keluar. Ada luka yang mendalam di sorot matanya.

Lalu tiba-tiba Renata tergugu dan tangisnya pun pecah dihadapan sahabatnya. Ia tak lagi bisa menyembunyikan kesedihan dan luka batinnya.

Bianca merengkuh tubuh yang tengah bergetar hebat itu. "menangis 'lah, jangan kau tahan lagi … tumpahkan semua sesak didadamu," Lalu Renata menangis sesenggukan di pelukan Bianca.

Tangisan Renata begitu menyayat hati, pengkhianatan Doni berhasil menghancurkan perasaannya, bukan saja harga dirinya, kehormatannya juga nama baiknya akan hancur dalam sekali tepak saja. Mungkin dia khawatir akan jadi cemoohan orang banyak, karena tidak becus menjadi seorang istri sehingga suaminya mencari persinggahan yang lain. Karena perselingkuhan hanya terjadi jika di rumahnya tidak terasa nyaman. Begitulah pembelaan dari beberapa perusak rumah tangga orang. 

"Maaf," cicitnya sambil menjauh dari pelukan Bianca, yang juga sembab karena menangis, hati Bianca tak kuasa menahan iba, saat mendengar tangisan Renata bagai anak kehilangan ibunya, pilu sekali.

"Gue gak nyangka, Doni sebajingan ini, Ren," ucapnya sambil lekat memandangi wajah Renata.

"Mungkin ini takdirku," lirih Renata.

"Aku sungguh tak habis pikir, apa yang dicari suamimu itu? Secara fisik, kamu jelas menang dan sangat jauh sekali kalau dibandingkan dengan wanita bogel itu, yang serba tertutup. Kamu jauh lebih cantik, dengan kelebihan body goals, meski perutmu buncit karena hamil anak b*jing*n itu! Namun tak mengurangi kecantikanmu," cerocos Bianca dengan kesal.

Renata hanya diam tak menyahuti apa yang Bianca ucapkan. Tatapannya kosong memandang ke arah dinding.

Secara finansial juga Renata sudah jelas. Pemilik butik yang menjual barang-barang branded juga barang impor. Butik Renata selalu ramai pengunjung, karena barang yang dijual tidak sama dengan butik lain. Maka tak ayal lagi seluruh sosialita seantero kota ini pasti mereka sudah pernah ke butiknya Renata. Barang yang dijual Renata adalah hasil belanjaan Bianca dari luar negri, jadi tidak ada istilah barang KW di butiknya. 

Setiap ada jadwal terbang, Bianca pasti membelanjakan kebutuhan butiknya Renata, karena Renata juga bukan orang tidak tau diri, dia akan membayar sesuai harga beli dan membagi 40% dari keuntungan barang untuk setiap barang yang berhasil di jualnya.

Disini jelas, Bianca diuntungkan, selain bisa shopping sepuas hati juga bisa dapat untung. Karena barang yang ia beli bisa dijual kembali.

"Kamu sudah makan?" tanya Bianca memecah keheningan.

Renata hanya menggeleng dia menyandarkan punggung nya yang disandarkan di sopa dengan mata terpejam.

"Kamu cape banget kayaknya, hari ini kita di rumah saja ya, Ren," ucapnya sungguh ia prihatin dengan keadaan Renata saat ini.

Renata hanya mengangguk, sekujur tubuhnya terasa lemas, seolah tak bertulang. Mungkin shock dengan kenyataan yang diberikan Doni, lelaki yang dia cintai dengan segenap jiwa raganya kini berhasil menghancurkan impian yang dirangkainya sejak kecil.

Memiliki keluarga bahagia adalah impian Renata. Bahkan dulu Renata sangat selektif dalam memilih pasangan, bukan mencari yang ganteng atau mapan melainkan yang bisa memberinya perhatian, karena Renata anak yatim-piatu sejak usia dini. Renata tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ke sekolah diantar ibunya.

Doni Wiguna adalah lelaki yang lembut dan manis itulah penilaian Renata sehingga dia menjatuhkan pilihan nya pada lelaki berbadan jangkung itu. Tak ada ragu saat Renata memutuskan untuk menikah dengannya, yang ada dalam pikirannya adalah indahnya cinta dalam rumah tangga.

———

Mata Doni nyalang menatap pigura bergambar dirinya dengan Renata saat kencan pertama di kota Bandung. Renata tersenyum malu saat ia menatap nya. Gambar itu, Renata yang membidik nya bagus dan penuh makna bahagia dari senyum kedua insan yang sedang di mabuk asmara.

Namun kini, ia telah mengkhianati istri tercintanya. Wanita yang dulu dikejarnya jauh-jauh dari Jakarta. Sampai mengalami pecah ban tengah malam di jalan tol. Doni tersenyum sendiri mengingat kilas balik bagaimana ia memperjuangkan Renata dulu. Meski Renata sudah ada di Jakarta waktu itu, tapi jika disinggung perihal pacar, ia selalu menjawab tidak akan pacaran, kecuali lelaki itu datang ke rumah keluarganya di Bandung untuk meminangnya terlebih dahulu. 

Doni mengenal Renata saat Renata jadi nasabahnya di bank, tempat ia bekerja dulu. seorang perempuan cantik dengan body goals seperti Kim Kardashian. Ia terpesona pada pandangan pertama pada Renata.

Renata wanita kelahiran kota Bandung dan mengadu nasib di jakarta. Takdir mempertemukan mereka saat ia sudah setahun merantau dan membuka usahanya. Karena seringnya wanita itu ke Bank dimana Doni masih bekerja sebagai teller Bank. Sehingga Doni hapal jam berapa Renata akan datang untuk menyetor uangnya. Sampai pada akhirnya mereka mulai akrab dan saling jatuh cinta.

Namun kini entah mengapa Renata seperti membosankan baginya, hubungan dengan Renata dianggapnya datar tanpa konflik, karena Renata tipe perempuan yang tak banyak menuntut, apalagi Renata seorang pemilik butik. Tentunya tidak akan kekurangan uang, jika dibandingkan dengan gaji Doni yang hanya sebagai manager Bank, jauh sekali dengan pendapat butik milik Renata.

Ting ….

Lampu di ponselnya berkedip menandakan ada pesan masuk, dalam hitungan detik, Doni nyambar ponsel yang berada di belakangnya yang sedang di cas.

 ["Mas, Aku di luar sekarang.] pesan pemberitahuan dari Lia. 

Seketika bibir lelaki itu tersenyum bahagia membaca pesan dari Lia. Ia dengan segera membalas pesan dari wanita berhijab lebar itu.

[Udah makan siang?]

[Belum, baru keluar kampus]

[Aku jemput sekarang?]

[Boleh, saya tunggu ditempat biasa]

Doni langsung menyambar kunci mobilnya dan keluar ruangan.

"San, saya keluar makan siang dulu," ucapnya pada Santi salah satu rekan kerjanya. 

Setelah melaju dijalan raya, seketika kelebat bayangan Renata terbesit dalam pikirannya. Hingga ia mengerem mendadak lalu menepikan mobilnya ke pinggir. Setelah beberapa orang memakinya.

"Mau m*ti ya?"

"Masih belajar? jangan bawa mobil ke jalan raya donk."

"Resek kau!?"

"Sial*n!?"

Dan masih banyak lagi sumpah serapah dari pengemudi di belakangnya, banyak yang kaget karena Doni mengerem mendadak.

Lelaki itu menghembuskan nafasnya dengan kasar, saat mendengar umpatan demi umpatan yang dilontarkan pengemudi lainnya padanya.

Tapi rencana pertemuan dengan Lia mampu menetralkan emosinya seketika, Doni langsung tancap gas kembali menuju ke kampus tempat Lia menunggunya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
FRIDA WOMSIWOR
suami tak setia.....
goodnovel comment avatar
Sssst
klo emang merasa tdk dibutuhkan karena istri terlalu mandiri ya dibicarakan dong bukannya malah cari yg lain .. Bodoh..
goodnovel comment avatar
Sssst
Emang dasarnya berengsek dan ga bersyukur aja loe Don.. ga ada konflik RT malah bagus jd tidak perlu mikirin masalah dgn begitu kalo suami otaknya bener bisa focus dalam membangun kebahagiaan aja..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status