Share

BANYAK DRAMA

Author: Suciuldr
last update Last Updated: 2023-09-03 19:50:02

"Ada apa?"

"Kau ... tidak ikhlas?"

Kedua mata Mathew menyipit mendengar sahutan sang istri. Pertanyaan apa, dijawab apa. Tanpa merubah posisi Mathew melipat kedua tangannya di dada. Sudah lima menit dia berdiri setelah mendapar pesan, tapi sampai detik ini Sheilla belum buka suara mau apa.

"Kalau aku mau sesuatu, kau bisa wujudkan? Permintaan simple, kau pasti bisa." Sheilla menaik-naikan alisnya menatap Mathew. Anggap saja saat ini Sheilla tengah menguji kesabaran sang suami.

Tubuh Mathew membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan Sheilla. Dari jarak yang lumayan dekat Mathew bisa melihat binar kecil di mata indah itu. Entah dari mana usulnya, seulas senyuman tipis tercetak di wajah Mathew.

"Bahkan kau belum menjawab pertanyaanku, Sheilla Watson."

"Pertanyaan? Pertanyaan apa?"

"Kau benar-benar hamil?"

Seketika Sheilla bungkam mendengarnya. astaga, ternyata sejak tadi otak suamunya tidak langsung menangkap pembahasan? Wajah Mathew yang semakin dekat, refleks membuat tangan Sheilla sigap menahan. Setelah menjauhkan tubuuh Mathew, Sheilla turun dari atas kasur menuju lemari. Dirasa barang cariannya dapat, wanita itu kembali mendekati Mathew.

Wajah datar tanpa senyuman, kedua tangan berada di belakang, jangan lupa pula jantung Sheilla kini berdisko walaupun dia sudah tahu reaksi suaminya akan seperti apa.. Sekilas Sheilla melirik ke arah kanan, ternyata di sana masih ada Rubby dengan wajah tak kalah penasaran.

Tinggi badan yang kontras, membuat Sheilla harus mendogak menatap wajah tampan di depnnya. Entah Elena ngidam apa waktu hamil, tetapi ketampanan Mathew harus disandingkan dengan tingkah menyebalkannya.

"Bagaimana dengan ini? Lalu ini?" Tiga test pack bergaris dua, ditambah selembar kertas hasil pemeriksaan rumah sakit terpampang nyata di wajah Mathew. Sheilla juga baru sadar kenapa tubuhnya tidak enak saat di Swiss lalu aftaer pulang dari sana.

Hamil.

Iya, kehamilan yang merubah semuanya.

Empat benda di depan wajahnya Mathew rampas, alu dia melihatnya seksama. Pada akhirnya, semua jelas nyata adanya. Daisy tidak berbohong, Sheilla memang sedang hamill. Rubby yang mendengar itu ikut kaget, namun dia sadar posisi lalu pergi dari kamar.

Kehamilan memang kado spesial untuk asangan suami istri dan Rubby paham itu.

"Ingat kata-kataku, jaga anakku dengan baik, dengarkan perintahku, jangan sekali-kali kau melanggar." Mathew berbisik, lalu mengecup singkat pipi Sheilla. Tubuh pria itu kembali menegak, akan tetapi di tak ada niat untuk pergi.

Sekilas Mathew melirik ke arah nakas, ada pizza serta pasta yang sudah pasti pesanan istrinya. Tanpa banyak bertanya, Mathew mengambil satu potong pizza lalu memakannya santai. Melihat itu Sheilla hendak protes, tetapi dia mengurungkan niat.

"Jadi, ada apa kau memanggilku? Bukankah ada Bibi? Mau minta apa dariku? Mau melakukannya sekarang?"

"Otakmu! Astaga, aku rasa di dalam otakmu terlalu banyak sampah, Math! Apa tidak bisa bahas hal lain selain ranjang?!" sentak Sheilla dengan menggebu.

Mathew terkekeh. Ternyata kesenangannya dalam hal menggoda Sheilla masih menjadi candu.

"Malam ini temani aku ya? Ada undangan dari kolega atas rampungnya projeck yang beliau jalankan."

"Kalau aku tidak mau?"

Tatapan keduanya kembali beradu. Seperti biasa, Sheilla tetap kembali kesetelan pabrik jiwa menantangnya.

"Aku tidak butuh persetujuan atau jawabanmu." Setelah mengatakan itu Mathew berdiri, meninggalkan Sheilla yang kini sedang mencak-mencak.

Undangan itu memang mendadak, dan Mathew tidak bisa menolak demi menjaga nama baiknya.

"Math!"

Saat hendak menutup pintu, tubuh Mathew kembali berputar ke belakang. Lagi-lagi kekehan Mathew tak bisa dihindarkan terlebih saat dia melihat Sheilla mengangkat tangan menyerupai bentuk love. Setelah itu, tubuh mungilnya masuk ke dalam selimut putih yang tebal.

Tidak ada sahutan, sebisa mungkin Mathew menahan diri agar tidak berbelok masuk lagi. Bukan apa-apa, di bawah sana Victor masih ada.

***

Sudah beberapa hari ini media online maupun offline sedang ramai kasus perceraian. Mungkin untuk warga biasa tidak akan heboh, pasalnya yang kini bercerai adalah Alexander—salah satu pengusaha ternama di kota New York.

Bosan melihat berita, Daisy mematikan saluran televisi serta melempar asal ponselnya. Pada akhirnya, pernikahan hancur yang selama ini dia coba genggam, menemui titik akhir. Perceraian itu terjadi setelah Sheilla—putri satu-satunya memilih pilihan yang Alexander berikan.

Entah harus merasa lega atau sedih, yang jelas perasaan Daisy teramat gamang.

Setelah resmi bercerai, Daisy memilih tinggal di apartemen pribadinya. Sebetulnya Sheilla sempat mengajak tinggal bersama, akan tetapi Daisy menolak.

"Semoga saja bukan boomerang untuk siapapun," guman Daisy. Berhubung hari ini dia tidak ke kantor, maka dari itu menghabiskan waktu di apartemeb sendirian adalah pilihan.

Kedua mata Daisy terpejam, ingatannya seketika terlempar pada kejadian lusa kemarin. Rasa kaget, syok, tidak sangka, semua beradu jadi satu. Bagaimana tidak kaget, saat dia kesal karena Sheilla terus mengeluh, lalu dinyatakan positif hamil dari mulut dokter.

Putri kecilnya akan menjadi ibu.

Lebih dari itu, Daisy juga sempat memikirkan kemungkinan yang akan terjadi nanti. Apa anak manja seperti Sheilla sudah mampu memikul status sebagai ibu muda?

Saat sedang asik membayangkan, suara notifikasi ponsel terdengar. Daisy kembali mendudukan tubuhnya lalu mengambil ponsel yang tadi dia taruh di sisi sebelah kanan.

Chat from : Sheilla.

Sheilla : 'Mama!'

Sheilla : 'Kenapa Mama beritahu Mathew? Bukankah aku sudah bilang akan beritahu sendiri?'

Isi pesan yang sudah bisa diduga.

Daisy menghela napas, dia juga tak langsung membalas. Anaknya ini ada saja tingkahnya. Toh yang dia beritahu sudah selayaknya tahu karena berstatus suami. Sambil memandangi isi pesan otak Daisy terus berfikir balasan apa yang sekiranya bisa Sheilla terima.

Baru saja jari-jarinya ingin mengetik balasan, nama Sheilla sudah kembali terpampang. Kali ini bukan pesan, melainkan video call. Tanpa menunggu lama Daisy mengangkat panggilan tersebut.

'Kenapa Mama lama mengangkatnya? Apa pesanku tidak masuk?'

"Masuk."

'Lalu? Kenapa Mama memberitahu lebih dulu?'

Mendengr itu Daisy berdecak. Jika situasinya seperti ini tentu Daisy ikut gemas, ingin rasanya meraup wajah cemberut itu menggunakan telapak tangannya yang kini gatal.

"Memang kenapa? Mathew itu suamimu, dia wajib tahu. Memang apa gunanya kamu menutupi? Dengan tahunya Mathew, dia bisa mengawasimu ekstra."

Kesantaian Daisy dalam berucap sangat berbeda dengan Sheilla di sebrang sana. Walaupun terhalang jarak, Daisy bisa menyimpulkan jika putrinya sudah badmood bahkan ingin mencak-mencak. Tak apa, Daisy membiarkan.

'Mama, are you okay?'

"Jangan fikirkan Mama, fikirkan saja hidupmu. Sudah menjadi istri orang, akan segera menjadi ibu. Dengarkan dan turuti apa perimtah yang Mathew berikan."

Tepat di ujung sana Sheilla mengerutkan kening. Dengarkan dan turuti? Beruntung pria itu tidak ada, otomatis tidak mendengar. Andai Mathew mendengar, pasti wajahnya sudah menyebalkan.

'Jaga dirimu dari Ayah, Sheil.'

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   HARI MEMBAHAGIAKAN (END)

    "Menjauh dan pergi dari hadapan saya.""Kasih saya waktu untuk bic–""NOW!"Bentakan tak terbantahkan itu menggema di ruang tamu. Akan tetapi walaupun begitu nyali Mathew tidak menciut. Walaupun hatinya sangat berat untuk ke sini dan bertemu Alexander, semua ini Mathew lakukan demi Sheilla yang akan melahirkan sore hari ini."Sheilla, putri anda, dia akan melahirkan sore ini. Persalinan normalnya batal karena ada beberapa kendala, maka dari itu dia harus melakukan caesar demi keselamatannya dan juga kedua anak kami. Sheilla ingin dan berharap anda datang. Setidaknya temuilah dia sebentar," ujar Mathew dengan penuh kesabaran. Untuk saat ini dia harus menghilangkan keegoisannya.Mendengar permintaan Mathew barusan Alexander tertawa. Masih dengan tatapan remehnya dia menjawab, "putri? Apa telinga saya tidak salah mendengar? Sejak dia ke luar dari rumah ini, dia resmi bukan putri saya! Dia sendiri yang mengambil keputusan itu, dan dia pula yang harus bertanggung jawab."Masih keras kepala

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   KONTRAKSI PALSU

    Hari masih terbilang masih pagi. Bagaimana tidak, matahari belum sepenuhnya terbit menyinari bumi. Tapi seperti biasa, Sheilla sudah terbangun karena tidurnya tidak nyenyak. Bahkan semalam Sheilla hanya bisa tidur satu jam paling lama. Posisi tidur yang serba salah, perut sakit, semua beradu menjadi satu. Andai bisa berteriak, mungkin mulutnya sudah menyuarakan kata nyarah puluhan kali.Sheilla menghembuskan napasnya perlahan. Sebelum beranjak dari tempat tidur wanita itu mengamati wajah suaminya yang masih terlelap. Mathew terlihat sangat damai, semalam juga dia ditemani pria itu begadang karena tidak bisa tidur. Maka dari itu Sheilla tidak ada niat membangunkan, biarkan saja suaminya tidur. Tangan Sheilla terulur mengusap pipi Mathew."Maaf ya kalau selama ini aku selalu ngerepotin. Makasih kamu masih mau memperjuangkan aku. Aku sadar belum bisa jadi istri yang baik, tapi akan selalu aku usahakan. Begitupun nanti, aku akan belajar jadi ibu yang baik untuk anak kita," ujar Sheilla pe

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   SEBENTAR LAGI

    Setelah tiga hari berada di rumah sakit kini Sheilla sudah diperbolehkan untuk pulang. Selama di rumah sakit, Mathew lah yang setia menunggu serta merawat dengan tulus. Sheilla sendiri sampai detik ini masih bingung. Bingung ingin merespon apa. Mathew memang tidak membahas apapun soal kejadian di rumah ayahnya, tetapi tetap saja ada yang mengganjal.Infusan sudah dilepas, baju sudah ganti, kini Sheilla tinggal menunggu Mathew yang sedang mengurus administrasi serta mengambil obat. Sheilla turun dari tempat tidur, kakinya melangkah menuju jendela. Dari atas Sheilla bisa melihat kendaraan berlalu-lalang."Sudah bukan waktunya berfikir soal masalah kemarin. Itu sudah berlalu, sekarang fikirkan saja anak kita. Kau akan segera melahirkan, jadi jangan banyak fikiran. Aku di sini, bersamamu, selamanya. Iya, selamanya. Sudah aku bilang, apapun yang sudah menjadi milikku akan kembali pada tuannya. Sudahlah, lupakan ayahmu."Tubuh Sheilla berputar, dia menatap pria yang kini berdiri tepat ri de

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   SUMBER SEGALA MASALAH

    "Jadi maksudnya ... ini semua?"Rasa kaget kini menyelimuti hati Daisy. Bukan hanya Daisy, tetapi Elena juga. Keduanya baru saja mendengar rekaman dari ponsel Mathew. Dalam rekaman itu sangat jelas disebut kaau dalang dari kekisruhan ini adalah Alexander."Iya, mantan suami anda.""Math, kamu serius?" Elena meraih tangan Mathew, menunggu jawaban detail dari mulut putranya sendiri.Bukan lagi rekaman, kini Mathew mengeluarkan kertas dari dalam sakunya. Kertas itu dia berikan kepada Elena agar kedua wanita di dekatnya membuka sendiri tanpa perlu dia jelaskan. Mathew sudah teramat lelah dengan semua drama ini, ingin rasanya dia cepat-cepat mengakhiri."Tapi saat ini Sheilla sedang menginap di rumah ayahnya. Mathew, kamu bisa hari ini juga jemput Sheilla. Mama akan dampingi kamu untuk ke sana. Ternyata semuanya benar. Ini semua ulah Alexander." Daisy berdecak tidak percaya. Padahal selama sebulan kebelakangan dia sudah menilai beda mantan suaminya itu.Akan tetapi semua dugaan baik Daisy

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   GAME OVER!

    “Alexander!”“Alexander siapa yang kau maksud? Di dunia ini banyak nama Alexander. Maka dar—”“Alexander Harrvad Watson! Dia yang menyuruh saya untuk melakukan ini semua. Dia juga yang menyuruh serta membayar kalau saya berhasil menaruh bayi itu di depan rumah anda. Sungguh, apa yang saya katakana benar adanya. Tuan Alexander juga yang menyuruh saya pergi dari kota ini sebelum anda mencari tahu.”Mendengar itu Mathew sempat terdiam sesaat. Bukan kaget, justru yang ada di dalam hati Mathew diisi oleh kemarahan. Ternyata dugaannya beberapa hari ini benar adanya. Awalnya Mathew mengira dalang dibalik ini semua adalah Freya, tapi setelah berfikir ulang kecurigaan Mathew tertuju pada Alexander. Dan sial, ternyata semua benar adanya.“Sialan!” umpat Mathew.Semua informasi yang dia tunggu-tunggu sudah didapat. Tanpa mengatakan apapun Mathew berdiri meninggalkan wanita yang masih tersungkur di lantai. Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan dia papasan dengan Arvel. Hanya dengan saling tata

  • Suami CEO-ku Yang Posesif   BENDERA PERANG

    “Sialan!”BRAK!Umpatan yang dibarengi gebrakan meja membuat Arvel dan juga Calvin terlonjak kaget. Boleh saja keduanya kaget, pasalnya mereka sedang fokus menatap layar laptop yang menampilkan beberapa video. Calvin melirik Arvel, pria itu yang tahu kode sang sahabat langsung mendelikkan bahu. Toh dia juga sama-sama tidak tahu.“Lagi-lagi mengibarkan bendera perang,” ujar Mathew lagi.Arvel beranjak dari kursi menghampiri Mathew. Tepukan kecil dia sematkan di pundak sahabatnya itu. “Ada apa lagi, Math? Semua hampir rampung, sabar sedikit apa tidak bisa?”Tanpa menjawab Mathew memberikan ponselnya kepada Arvel agar pria itu melihatnya sendiri. Sambil menunggu apa respon Arvel, Mathew menghabiskan minuman sodanya yang tinggal setengah. Rasa tidak sabar kini bersemayam di dalam hati Mathew. Ingin rasanya dia segera menutaskan masalah yang ada lalu membawa Sheilla ke dalam dekapannya.“Siapa yang menaikkan berita ini, Math? Kenapa bisa tercium media?” tanya Arvel tanpa mengalikan tatapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status