Share

Penasaran pada Devan

Author: Popyani
last update Last Updated: 2024-01-10 10:42:39

Untungnya, Devan tak berkomentar lebih banyak dan memutuskan menghormati keputusan Rania.

Mereka pun akhirnya beristirahat, hingga kini sinar mentari mulai masuk lewat jendela kamar.

Silau, Rania pun terpaksa bangun dari tidurnya.

Dia merenggangkan otot-otot yang terasa kaku meski rasa malas yang masih mendera. Lalu, istri Devan itu pun turun dari atas ranjang dan mendapati hari sudahg pagi.

"Di mana, dia?" gumam Rania seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Sedari tadi, dirinya tak menemukan sosok Devan sama sekali.

Jadi, dengan ragu, gadis itu membuka pintu kamar pria itu.

Menjelajahi setiap sudut kamar dengan kedua matanya, dirinya masih tak menemukan Devan sama sekali.

"Bahkan di kamarpun dia tidak ada. Apakah, dia sudam pergi kerja?" gumam Rania, yang bertanya pada dirinya sendiri.

Ditutupnya kembali pintu kamar, dan berbalik.

Namun, seketika tubuh Rania meremang--saat mendapati Devan yang menjulang di depannya.

Hampir saja Rania menabrak tubuh telanjang itu, dan dengan segera dirinya memberi jarak. Mimik wajah Rania merona, wajahnya pun terasa panas. Devan terlihat sangat seksi di depan matanya. Pria itu hanya bertelanjang dada, terlihat sangat seksi dengan bulu-bulu halus yang tumbu disekitar dadanya.

Tanpa sadar Rania menelan salivanya.

"Dia sangat tampan, dan juga seksi. Kenapa, aku baru menyadarinya?" batin Rania frustasi.

"Apa yang kamu lakukan? Buat apa kamu melihat-lihat kamarku?!" tanya Devan, dengan nada suaranya yang terdengar tidak suka.

Bukannya menjawab pertanyaan yang Devan layangkan Rania justru masih setia membawa pandangannya pada dada Devan. Hingga, lambaian tangan pria itu membuat Rania tercengang.

Rania mengerjap. Gadis itu telah kembali pada dunianya,"I--iya? sahut Rania, dengan nada suaranya yang putus-putus akibat rasa gugupnya.

"Aku bertanya padamu. Apa yang kamu lakukan tadi? Apakah, kamu sudah melupakan surat perjanjian kita?!"hardik Devan dengan nada penuh penekanan.

Pias, dan juga gugup, seketika memenuihi wajah Rania. Tenggorokannya mendadak kering, Rania seolah kehilangan kata-katanya.

"Aku---" Rania bingung harus mengatakan apa. Lidahnya pun terasa sangat keluh.

"Aku sudah menyelamatkanmu dari pernikahan dengan juragan Jarwo, dan tidak membawa hal ini pada pihak kepolisian. Dan, setelah satu tahun pernikahan-kita akan bercerai. Aku harap kamu tidak akan melupakan hal itu!" ucap Devan, dengan menekan setiap kosa katanya.

"Maaf. Aku mengira kau tidak ada. Jadi---." Rania menunduk takut sebab kini Devan menatapnya dengan tajam. Namun, gadis itu tak mampu menyelesaikan semua ucapannya sebab Devan menyelah lebih cepat.

"Yang jelas jangan pernah masuk ke dalam kamarku. Karena di dalam surat perjanjian kau dan aku tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing!" tegas Devan, dengan nada suaranya yang masih sama.

"Maaf," lirih Rania, dengan wajah yang masih setia dia tundukkan. Hingga, sedetik kemudian dirinya tersentak saat suara pintu kamar yang tertutup sangat kuat.

"Kenapa dia semarah itu? Dan, apakah aku tadi tidak salah lihat? Dia hanya seorang kuli bangunan. Namun dia memiliki laptope. Bahkan laptopenya pun bermerek apple yang digigit setengah. Bukankah kalau laptope dengan merek seperti itu harganya sangat mahal?" gumam Rania dengan rasa penasaran yang seketika timbul di dalam dirinya.

Dengan wajah bingungnya perlahan Rania berbalik, dan mendapati pintu kamar yang telah tertutup rapat. Tak berselang lama terdengar Devan yang sedang melakukan panggilan telepone. Penasaran dengan apa yang pria itu bicarakan Rania menempelkan daun telinganya pada badan pintu. Suaranya terdengar tidak jelas di telinga Rania--gadis itu lebih menempelkan gendang telinganya.

"Dia, bicara sama siapa? Sepertinya terdengar sangat serius?" gumam Rania, dengan rasa penasaran yang semakin saja mendalam. Hingga, suara ketukkan membuat pandangan gadis itu teralihkan.

"Iya, sebentar!" sahut Rania, dengan setengah teriakkan dan segera membawa langkah kakinya menuju pintu ke luar. Seketika Rania shyok, begitu mendapati siapa yang kini berdiri di depannya.

"Juragan Jarwo?" gumam Rania lirih, dengan raut wajah yang telah berubah pias. Gadis itu menelan susah payah ludahnya akibat perasaan takut yang telah menyelimuti.

Seringai licik menyelimuti wajah sangar juragan Jarwo bagaimana pria bertubuh tambun itu mendapati kagetnya Rania akan kedatangannya.

"Sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah bisa lari dari saya, Rania! Saya akan tetap mengejar kamu, sekalipun kamu lari hingga keujung dunia manapun!" ujar Juragan Jarwo pelan, namun penuh penekanan.

"Sa--Saya sama sekali tidak berniat lari. Percayalah," ujar Rania lirih, seraya menampilkan tatapan memohonnya.

"Katakan. Kapan kamu membayar utang saya?!"

"Utang?"beo Rania, dengan tatapan kosongnya pada juragan Jarwo.

"Iya hutang. Dan, saya rasa kamu tidak melupakannya!"

"Pak, bisakah Bapak memberikan saya keringanan, waktu? Saya belum bisa membayarnya sekarang. Uang 50 puluh juta itu tidaklah sedikit. Dan, saya harap Bapak mengerti."

Emosi yang sudah ada di dalam diri jugaran Jarwo semakin saja membarah setelah mendengar kalimat yang baru saja mengalir dari mulut Rania. Mencengkram erat pergelangan tangan gadis itu membuat Rania seketika meringis kesakitan, akan rasa sakit yang teramat sangat pada pergelangan tangannya. Bahkan, telah ada genangan airmata yang telah menumpuk pada kedua bolamatanya.

"Memberikan kamu waktu?" geram juragan Jarwo, dengan semakin mempererat cengkraman tangannya, dan itu berhasil membuat Rania semakin saja kesakitan.

"Pak, lepas--, ini sakit. Dan, saya janji bagaimanapun akan tetap membayar hutang-hutang Bapak."

"Membayarnya? Hahaha.... Saya tidak peduli! Yang jelas, kamu harus ikut saya!" geram juragan Jarwo.

Pria itu langsung menarik paksa tangan Rania agar ke luar dari dalam rumahnya.

***

Di sisi lain, Devan tengah melakukan panggilan telepone dengan salah satu orang kepercayaannya. Suara jeritan dan raung dari Rania membuat pria itu terkejut.

"Dion, aku tutup teleponenya. Nanti baru kita sambung lagi. Dan, ingat! Pantau terus keadaan di sana!" pinta Devan, dengan nada penuh penekanan.

"Baik Tuan muda!" sahut Dion, dan memutuskan sambungan teleponenya.

Meletakkan gawai berlogo apple di atas ranjangnya, Devan segera membawa langkah kakinya ke luar dari dalam kamar. Dia harus mencari Rania segera.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ibu Sigit
kalo buat cerita .. jng malu" kan wanita.. moso lihat devan smp kaya gitu..
goodnovel comment avatar
Nahoralik Kalabua
seru!! ceritanya lumayan bagus
goodnovel comment avatar
Budi Nuraini
lanjutkan jngn buat penàsaran isi crtnya......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Akhir Kisah Rania dan Devan

    5 bulan kemudian Oeek---- Oeek---- Suara tangisan bayi menggema di dalam ruangan operasi, dan suara tangisan bayi yang terdengar, membuat sosok-sosok dewasa itu seketika mengucapkan rasa syukur. "Selamat ya, Deni, akhir nya kamu sudah menjadi ayah," ujar Devan, menghampiri Deni dan memeluk sebentar pria itu. "Terima kasih Tuan," ujar Deni, dengan senyum lepas di wajah--kebahagiaan nyata terlihat di wajah pria itu, di mana binar bahagia nyata terlihat di bola mata nya. "Deni----," panggil Rania beberapa menit kemudian. Datang nya sosok Rania, mengembangkan senyum di wajah Deni, namun ada nya air mata yang dia temukan pada kelopak mata kakak angkat nya, membuat Deni pun tak mampu membendung kesedihan itu lagi. Bagi Deni, Rania adalah sosok kakak yang baik untuk nya. Melangkah menghampiri, Deni segera memeluk tubuh wanita itu saat sudah berada dekat dengan nya. "Kau, sudah menjadi seorang, ayah, Deni, selamat!" ujar Rania dengan lirih, sudah ada butir kristal yang mene

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Rania dan Sarah yang Saling Menerima

    Kaget, dengan bola mata yang membeliak penuh. Namun, menyadari bagaimana sambutan nya dengan segera Rania, mengembalikan mimik wajah nya. "Maaf," ujar Rania dengan kikuk, wanita itu nampak salah tingkah merasa tidak enak hati pada Sarah. Sarah yang menunduk, seketika mendongak--iris hitam nya, begitu dalam dan tajam, menatap manik hitam Rania. Masih menatap, Sarah akhir nya bersuara. "Apakah, kau tidak akan memaafkan aku?" tanya Sarah dengan lirih, ada mendung yang sudah menyelimuti wajah cantik wanita itu bagaimana mendapati sambutan Rania akan permintaan maaf dari nya. Wajah Rania mendadak kaku, terperangah--sebab merasa Sarah sudah salah sangkah pada nya," Oh, bukan begitu maksudku, kau salah sangkah! Aku, sudah memaafkan mu, sejak kau mengijinkan Papa, dan Mamaku untuk kembali bersatu " jelas Rania. "Benarkah?" ujar Sarah dengan senyum yang mengembang di wajah, wanita yang sedang mengandung 4 bulan itu terlihat sumringah, bola mata nya pun berbinar bahagia. "Yaa!"

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah yang Menerima Deni

    Dua Minggu kemudian Duduk berdampingan, namun walaupun duduk bersama, Sarah, maupun Deni tak ada yang saling berbicara. Ntah, apa yang ada dalam pikiran kedua nya, namun kedua sosok itu lebih memilih untuk diam. Suasana canggung begitu terasa. Ingin berbicara, namun--Deni bingung harus memulai nya dari mana. Sarah terus saja mendiam kan nya. Alhasil, Deni tetap dengan diam nya--dengan sesekali melirik kan pandangan nya pada Sarah. Mendapati Sarah yang meremas jari-jari nya, pria itu hanya bisa mendesahkan napas nya berat. "Aku seperti melihat orang lain. Padahal Sarah yang aku kenal, adalah sosok yang arogant, dan suka, banyak bicara!" gumam Deni dalam hati, dengan diam-diam menatap pada Sarah. Hening--- Hening--- Sampai kapan--mereka saling, diam? Setidak nya itu lah yang ada di dalam pikiran Deni saat ini. Tak, mampu menahan diri itu lagi--Deni memilih untuk bersuara terlebih dahulu. "Kenapa, kau tidak memberitahukan padaku--kalau kau, sedang mengandung?" ujar Deni

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Kehamilan Sarah yang terbongkar

    Malam hari "Rania----." Suara panggilan membuat lamunan panjang Rania membelah, wanita berambut indah itu seketika memindai pandangan nya pada asal suara. "Dev---,"gumam nya, saat mendapati kedatangan sang suami. Sebagai seseorang yang sangat mengenal baik Rania, tentu Devan tahu-seperti apa istri nya itu. Air muka yang Rania tunjukkan saat ini, Devan yakin ada sesuatu yang begitu membebani istri nya itu saat ini. "Kamu, baik-baik saja'kan?" tanya Devan. Menutup pintu ruangan, pria itu menyeretkan langkah berat nya menuju Rania. Rania tak langsung menyambut pertanyaan yang Devan layangkan. Pertanyaan yang pria itu berikan, kembali menyadarkan Rania atas kenyataan yang dia ketahui hari ini. Diam, iris hitam Rania begitu lekat, dan dalam, menatap manik hitam Devan. "Tidak! Aku tidak boleh memberitahukan hal ini pada Devan." Rania bermonolog dalam hati, wanita itu sedang berperang dengan suara hati nya sendiri. "Aku baik-baik saja!" sahut Rania, memutuskan pandangan-ber

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Deni Bercerita Pada Rania

    Sarah telah kembali berada di dalam mobil. Namun, bukan nya langsung pergi meninggalkan area depan restorant, Desicner perhiasan itu justru masih setia tetap berada di sana. Begitu malu saat Rania melihat tanda merah di leher nya, membuat Sarah menenggelamkan wajah nya sedalam mungkin di antara bundaran setir, dengan tak henti-henti nya menggerutu. "Sebel! Sebel! Bagaimana, bisa aku seceroboh ini?!" gerutu Sarah, sembari memukul-mukul kuat bundaran setir. Puas meluapkan kekesalan nya, Sarah mendongak, dan wanita itu mendapati Rania yang melintasi depan mobil nya. Mendapati Rania yang tersenyum--Sarah yakin kalau saudara tiri nya itu tengah menertawakan diri nya. Masih setia memandang Rania, hingga berakhir diri nya mendapati Ibu satu anak itu yang berlalu dengan sebuah mobil mewah. Lama memandang, Sarah memutuskan pandangan setelah teringat rencana nya yang akan berziarah ke makam sang Bunda. Menghidupkan mesin mobil, dan berlalu pergi meninggalkan depan restorant. **** *****

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah yang Mengijinkan Papa Akio dan Mama Ani Kembali Bersama

    Beberapa hari ini Devan merasa ada yang berbeda dengan Deni. Orang kepercayaan, juga adik ipar nya. Menurut Devan sedang tidak baik-baik saja. Deni yang selalu smart, dan selalu terlihat gentle, akhir-akhir ini nampak tidak bersemangat. Terus memandang, Devan yang selama ini memendam rasa penasaran nya akhir nya bertanya. "Bolehkah, aku bertanya sesuatu?" tanya Devan, dengan nada suara yang terdengar ragu. Deni yang tengah memandang wajah ponsel, seketika menengadah--pria itu menatap Devan dengan lekat-lekat. Devan tak langsung melontarkan pertanyaan. Di tatap nya wajah Deni lamat-lamat, lingkaran hitam pada kelopak mata, wajah yang kusut, seperti nya pria itu akhir-akhir ini kurang beristirahat. "Apakah, kau sedang ada masalah? Sebab yang aku perhatikan beberapa hari ini kau nampak murung. Mata mu pun nampak menghitam. Bukankah, aku jarang memberikan kau pekerjaan yang membuat kau lembur. Atau jangan-jangan, kau sering menghabiskan waktu di Klup malam bersama para wani

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Satu Malam Bersama Deni

    Beberapa menit kemudian "Apa, menginap di sini?!" sahut Deni. Bola mata nya membeliak, kaget juga sedikit shyok setelah mendengar keinginan Sarah barusan. "I-ya," sahut Sarah dengan ragu, sambutan Deni menciptakan mimik wajah yang berubah pada wanita itu. Sarah nampak menahan malu. "Nggak!" Deni menolak dengan tegas, dan penolakan keras dari pria itu menciptakan kekecewaan, juga sedih di wajah Sarah. Namun, hanya sesaat saja. Seketika wanita cantik berdarah Jepang Indonesia itu, kembali memohon pada Deni. Memegang tangan pria itu dengan erat-erat, dan menatap nya dengan memohon. "Den, aku mohon-kali ini saja. Aku sedang benar-benar membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah. Kematian Mama, dan hubungan ku dan Papa yang merenggang, membuat aku merasakan rumahku seperti di neraka," pinta Sarah. Memasang wajah memelas nya, Sarah menatap Deni dengan bola mata berair. "Bukankah, kau memiliki teman? Jika kau tidak nyaman berada di rumah mu, kau bisa pergi menginap di rumah mer

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah Mendatangi Deni

    Waktu telah berada di pukul 11 malam. Di saat banyak penghuni bumi sudah menjemput alam mimpi nya, hal serupa tak berlaku bagi Sarah. Walaupun telah dilanda rasa kantuk yang teramat sangat--namun Desicner cantik itu tak kunjung dapat tidur. Bangkit dari tidur nya, Sarah mengacak-ngacak rambut nya frustasi. "Kenapa, aku terus memikirkan omongan Rania, terus-sih?!" gerutu Sarah, dengan wajah frustasi nya. Karena tak dapat kunjung tidur, berakhir Sarah memutuskan untuk pergi ke dapur. Dia akan mengambil beberapa cemilan ringan, dan juga minuman soda, guna untuk menemani nya menonton film. Kedua kaki Sarah telah memijak di lantai dasar. Akan melangkah menuju arah dapur, namun hal itu Sarah urungkan saat dari jauh lebih tak sengaja wanita berkulit putih itu mendapati keberadaan papa Akio. "Papa," gumam Sarah, dengan pandangan tak terputus dari papa Akio, di mana pria paruh baya itu tengah berdiri di depan jendela kaca besar, sembari melemparkan pandangan nya ke arah luar. Lama me

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Dilema nya Sarah

    Beberapa menit menempuh perjalanan dengan kendaraan roda empat nya Sarah akhir nya kembali tiba di rumah nya. Namun, saat mobil milik nya telah terparkir wanita cantik itu tak langsung berlalu dari dalam mobil. Masih setia berada di kursi nya, dengan pandangan yang menerawang begitu jauh. Seperti ada sesuatu yang begitu membebani pikiran nya. Sekian detik berada di sana, Sarah akhir nya berlalu dari dalam mobil. Menyeretkan langkah kaki nya ke dalam rumah, Sarah mendapati suasana rumah yang dalam keadaan lengang. Menelusuri setiap sudut ruangan, Sarah nampak seperti tengah mencari sesuatu. Hingga, terdengar suara langkah kaki, dan dia mendapati kedatangan salah satu pelayan rumah. "Bibi----," panggil Sarah dengan setengah teriakkan, dan itu membuat pelayan tua itu menghentikan langkah kaki nya, dan menghampiri nya. "Nona," ujar nya dengan sopan. "Di mana, Papa?" tanya Sarah dengan nada suara nya yang terdengar menuntut. "Tuan Besar sedang berada di taman samping rumah," j

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status