Share

BAB 31 Korupsi

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 18:38:59

"Ada kasus korupsi di bisnis papa yang mangkrak itu. Kemungkinan besar Adi terlibat."

"Maksudnya, Mas?" Senja nyaris tersedak mendengar cerita suaminya. Dia semakin bingung kenapa mantan tunangannya itu bisa terlibat korupsi di perusahan mertuanya.

"Mas Adi terlibat korupsi di kantor papanya Mas?" Senja masih tak percaya.

"Iya, Sayang. Papaku, papamu juga sekarang."

"Eh iya, papa." Senja tersenyum malu-malu. Langit pun kembali mengusap puncak kepala istrinya dengan gemas.

"Memangnya kamu nggak tahu kalau dia kerja di kantor papa?" Senja menggeleng pelan. Selama ini dia memang tak pernah tanya calon-calon kerja di mana. Yang dia tahu hanya kerja sebagai staf di kantor, itu saja.

"Kamu memang sepolos itu. Sudah, jangan berpikir macam-macam. Biar aku saja yang menyelesaikan semuanya. Yang penting sekarang kamu sudah tahu cerita sebenarnya. Jangan berpikir aneh-aneh lagi ya?" Langit menatap istrinya lekat, sementara Senja hanya mengangguk lalu menunduk.

Setelah itu, Langit mulai men
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Pamit Pulang

    [Rin, gimana kabarnya? Kamu baik-baik saja kan? Semalam aku mimpiin kamu, Rin. Makanya, pagi-pagi begini sudah ganggu. Maaf yaa] Pesan dari Senja baru saja masuk ke aplikasi hijau milik Ririn. Ririn mengambil benda pipih itu di meja riasnya. Senyum tipis terlukis di kedua sudut bibirnya saat membaca pesan itu. Senja. Hanya dia teman Ririn selama ini. Hanya dia pula tempatnya berkeluh kesah karena Ririn tak berani cerita apapun tentang kehidupannya berumah tangga pada sang ibu. Ririn tak ingin membebani ibunya dengan masalah rumah tangganya. Sebisa mungkin, di depan ibunya Ririn berusaha baik-baik saja dan terlihat bahagia. Meski dalam hati lukanya semakin lama semakin menganga. Baginya, yang penting ibunya tak tahu bagaimana rasa sakitnya selama ini agar hipertensinya tak kambuh-kambuh lagi. [Alhamdulillah baik, Ja. Aku sehat kok. Cuma ya begitulah, kamu tahu sendiri bagaimana suami dan mertuaku. Makin lama makin menjadi. Tapi, nggak apa-apa. Mungkin memang seperti inilah takdirku.

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Membalas Hinaan

    Hari terus berganti. Rumah tangga Rama dan Ririn semakin lama bukannya semakin membaik justru semakin buruk. Bahkan Rama terlihat mulai sering pulang telat dengan alasan lembur. Ririn yang mulai jengah dengan pernikahannya sendiri pun tak terlalu merisaukan hal itu. Dia fokus dengan rencananya sendiri untuk menyiapkan diri dan menyiapkan dana sebelum benar-benar pergi. "Suami kalau sering pulang telat dan lebih senang di kantor daripada di rumah, artinya dia nggak nyaman dengan keadaan rumah. Alasannya pasti karena istrinya nggak bisa memberikan kenyamanan saat dia berada di rumah. Makanya, dia cari kenyamanan di tempat lain." Rukayah kembali menyindir saat Ririn sibuk membuat bubur kacang hijau di dapur. Tak peduli dengan sindiran ibu mertuanya, Ririn tetap dengan kesibukannya sendiri. Dia menganggap ocehan itu tak ada daripada sakit hati setiap hari. "Jangan salahkan suami kalau kepincut perempuan lain di luar sana. Istrinya di rumah saja nggak bisa kasih kenyamanan buat dia." R

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Menjadi Diri Sendiri

    "Sial! Bisa-bisanya dia mengancamku begitu! Makin kurang ajar dia!" oceh Rama setelah melihat istrinya pergi. "Kamu kenapa, Ram? Mukamu nggak enak dipandang begitu," tanya Rukayah saat kembali ke rumah. Dia baru saja membeli ikan dan kangkung dari tukang sayur di seberang jalan. "Ririn, Bu. Ngancam cerai segala kalau memang ibu pengin cucu." Rama menghela napas panjang sembari memakai sepatu pantofelnya. "Bagus dong, Ram. Lagian ngapain sih kamu masih mempertahankan perempuan mandul sepertinya? Nggak ada dia di rumah ini juga nggak masalah. Ibu justru senang karena nggak ada lagi yang bikin hipertensi," balas Rukayah dengan senyum lebar. "Nggak semudah itu, Bu. Kalau dia beneran pergi, memangnya siapa yang bakal jagain ibu? Siapa yang bakal beberes rumah dan mengurus semua keperluanku?" Rukayah menoleh lalu duduk di teras rumah bersama anak lelakinya itu. "Jangan bodoh kamu, Ram! Kalau Ririn pergi, kamu bisa menikah lagi dengan perempuan yang lebih subur. Dia bisa menggantikan R

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Balasan Telak

    Mentari mulai menyinari bumi dengan hangat. Orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berangkat sekolah, pergi bekerja, beberes rumah dan ada pula yang baru beranjak dari ranjang. Itu pula yang dilakukan Ririn lagi ini. Dia sengaja membuat mertua dan suaminya heboh sebab sejak shalat subuh, Ririn tak lagi keluar kamar. Berulang kali suaminya menggoyang tubuhnya agar lekas bangun dan membuat sarapan seperti biasanya, berulang kali pula Ririn pura-pura tidur. Dia bilang kurang enak badan dan butuh istirahat. Melihat ulah menantunya pagi ini, Rukayah meradang. Beragam ocehan sudah dia keluarkan sejak pagi, bahkan sudah sampai menyeberang ke rumah tetangga segala. Tapi, hal itu tak membuat Ririn sakit hati seperti biasanya. Dia sudah mulai membiarkan kebiasaan mertuanya itu dan menganggap ocehannya angin lalu belaka. Mulai sekarang, Ririn ingin membahagiakan diri sendiri dan tak terlalu peduli dengan mertua dan suaminya, sebab mereka yang lebih dulu membuatnya terluka

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Rencana Busuk

    "Sudah tiga tahun lebih loh, Ram. Istrimu belum hamil juga. Ibu malu sama tetangga. Mereka sudah pada gendong cucu, sementara ibu? Istrimu aja nggak hamil-hamil sampai sekarang. Jangan-jangan dia mandul!" Saat ini, Ririn sudah berada di kamarnya. Namun, dia belum memejamkan mata sedari tadi. Pikirannya tak tenang, entah karena apa. Dia hanya guling-guling di kasur sembari menunggu suaminya masuk kamar. Sayangnya, sampai jam sebelas malam, Rama masih di ruang tengah bersama ibunya. "Aku juga kepikiran soal itu, Bu. Tapi mau gimana lagi? Kalau program hamil ke dokter gitu biayanya mahal. Lagipula Ririn sudah di rumah. Dia nggak sibuk kerja. Harusnya kondisinya lebih fit dong." Rama membalas. "Ibu nggak nyalahin kamu, Ram. Ibu justru kesal sama istrimu itu. Sudah enak nggak kerja kaya perempuan-perempuan lain di luar sana, tapi ternyata percuma. Sampai sekarang dia belum hamil juga. Bahkan tiap hari bikin tensi ibu naik. Mungkin istrimu senang kalau lihat ibu mati," balas Rukayah deng

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Lelah

    Bakda subuh, Ririn sudah berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Setelah ayam goreng dan sayur asemnya selesai, Ririn membuat sambal. Semua sudah terhidang di meja makan. Hanya ada tiga potong ayam goreng di piring, sesuai dengan jumlah penghuni rumah itu. Semua memang harus diperhitungkan karena nyatanya Ririn tak mendapatkan tambahan uang belanja. Sering kali dia memakai uang pribadinya sebagai reseller dagangan tetangganya untuk menambal kebutuhan dapur. Hal itu dia lakukan agar tak memiliki hutang di warung. Demi nama baik suaminya yang konon sebagai pekerja kantoran dengan gaji besar. Ririn tak ingin nama baik suaminya menjadi buruk di mata para tetangga. Berusaha menyembunyikan rasa sakit dan aib rumah tangganya sendiri. Hanya saja, akhir-akhir ini dia mulai lelah. "Bukannya nyapu atau ngepel malah duduk di sini. Lihat rumah tetangga, semuanya bersih. Nggak kaya rumah kita, ada penghuni tapi kaya rumah kosong. Banyak debu dan kotorannya!" tukas ibu mertua begitu sinis saat m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status