Home / Rumah Tangga / Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan / BAB 54 Dikira Cupu Ternyata Suhu

Share

BAB 54 Dikira Cupu Ternyata Suhu

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-05-18 21:49:37

"Kamu dimana, Sayang? Bayu bilang kamu tiba-tiba menghilang setelah shalat maghrib di masjid mall." Langit begitu panik setelah mendengar kabar buruk dari bodyguardnya. Bayu bilang dia kehilangan jejak istri bosnya itu setelah keluar dari toilet masjid.

Senja melangkah pelan keluar mall menuju pangkalan ojek di seberang jalan. Hari ini Senja memang pamit ke mall karena ingin membeli kebutuhan dapur dan peralatan mandi yang sudah menipis. Selain itu, dia juga ingin membeli kado untuk memperingati hari lahir bapaknya esok.

Awalnya Langit tak mengizinkan karena dia masih di Surabaya dan tak bisa mengantar istrinya. Namun, helaan napas panjang Senja yang sedikit kecewa itu membuat Langit membatalkan larangannya. Akhirnya dia mengizinkan Senja pergi asalkan lekas pulang dan tak melewati jam tujuh malam.

"Kamu sudah pulang? Naik apa? Bayu kehilangan jejakmu, Sayang." Langit kembali bicara. Dari suaranya, terdengar jelas kegugupan di sana.

"Hmm ... kamu sengaja minta Mas Bayu buat ngawas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Tuti Sumiyati
keren banget senja masa kini
goodnovel comment avatar
Bautista
haha ko jd lucu cerita nya. perbanyak donk update nya sehari bisa kali 5-10 bab. semangat!!
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
kereeenn senja ^^
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Tentang Masa Lalu

    Sejak kemarin, Ririn sengaja tak mengaktifkan handphonenya. Dia ingin hidup tenang di rumah ibunya tanpa ada drama dari suami dan mertuanya. Sudah lama tak bertemu sang ibu, Ririn hanya ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengannya. Cerita banyak hal termasuk masa kecilnya dulu. "Masih ada. Sampai sekarang nggak ilang ya, Rin," ujar Susanti saat melihat tanda biru di lengan kiri dekat sikunya. Tanda lahir berbentuk bulat agak besar. "Katanya tanda lahir emang nggak bisa hilang, Bu," balas Ririn sembari mengusap pelan lengannya. Dia pun ikut mengamati tanda lahirnya yang terbuka saat melipat lengan gamisnya. "Katanya sih begitu. Nggak apa-apa. Barang kali nanti ini salah satu jalanmu untuk bertemu dengan keluarga kandungmu," lirih Susanti dengan mata berkaca. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang lalu mengerjap pelan. Ada sesak yang berusaha dia sembunyikan tiap kali mengingat tentang status anak perempuannya. Iya, meski dia sangat menyayangi Ririn, tapi Susanti tak pernah

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Pesan Balasan

    [Kamu jadi pulang, Rin?! Berapa hari di rumah?]Pesan dari Rama muncul di handphone Ririn saat dia masih asyik ngobrol dengan ibunya. Sudah dua bulan tak pulang ke rumah penuh kenangan itu membuat Ririn dan sang ibu begitu intens melepas rindu. Mereka terlihat asyik bercengkerama di ruang keluarga sedari tadi. Rumah Susanti-- ibunya Ririn sebenarnya hanya beda kecamatan saja dengan rumah mertuanya. Hanya saja, akhir-akhir ini dia benar-benar tak bisa berkunjung. Setelah dua bulan sibuk membantu Senja, dia kembali ke rutinitas semula. Menjaga mertuanya yang sakit-sakitan."Siapa yang kirim pesan, Rin? Rama?" tanya Susanti saat Ririn membaca pesan singkat itu. Ririn mendongak, lalu mengangguk pelan. "Sudah lama sekali Rama nggak datang ke sini. Saat kamu pulang dua bulan lalu, dia juga nggak ikut kan? Kenapa? Apa kalian ada masalah?" tebak Susanti sembari menatap lekat anak semata wayangnya itu. Firasat seorang ibu memang cukup tajam. Susanti tahu ada ketidakberesan antara Ririn dan

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Pamit Pulang

    [Rin, gimana kabarnya? Kamu baik-baik saja kan? Semalam aku mimpiin kamu, Rin. Makanya, pagi-pagi begini sudah ganggu. Maaf yaa] Pesan dari Senja baru saja masuk ke aplikasi hijau milik Ririn. Ririn mengambil benda pipih itu di meja riasnya. Senyum tipis terlukis di kedua sudut bibirnya saat membaca pesan itu. Senja. Hanya dia teman Ririn selama ini. Hanya dia pula tempatnya berkeluh kesah karena Ririn tak berani cerita apapun tentang kehidupannya berumah tangga pada sang ibu. Ririn tak ingin membebani ibunya dengan masalah rumah tangganya. Sebisa mungkin, di depan ibunya Ririn berusaha baik-baik saja dan terlihat bahagia. Meski dalam hati lukanya semakin lama semakin menganga. Baginya, yang penting ibunya tak tahu bagaimana rasa sakitnya selama ini agar hipertensinya tak kambuh-kambuh lagi. [Alhamdulillah baik, Ja. Aku sehat kok. Cuma ya begitulah, kamu tahu sendiri bagaimana suami dan mertuaku. Makin lama makin menjadi. Tapi, nggak apa-apa. Mungkin memang seperti inilah takdirku.

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Membalas Hinaan

    Hari terus berganti. Rumah tangga Rama dan Ririn semakin lama bukannya semakin membaik justru semakin buruk. Bahkan Rama terlihat mulai sering pulang telat dengan alasan lembur. Ririn yang mulai jengah dengan pernikahannya sendiri pun tak terlalu merisaukan hal itu. Dia fokus dengan rencananya sendiri untuk menyiapkan diri dan menyiapkan dana sebelum benar-benar pergi. "Suami kalau sering pulang telat dan lebih senang di kantor daripada di rumah, artinya dia nggak nyaman dengan keadaan rumah. Alasannya pasti karena istrinya nggak bisa memberikan kenyamanan saat dia berada di rumah. Makanya, dia cari kenyamanan di tempat lain." Rukayah kembali menyindir saat Ririn sibuk membuat bubur kacang hijau di dapur. Tak peduli dengan sindiran ibu mertuanya, Ririn tetap dengan kesibukannya sendiri. Dia menganggap ocehan itu tak ada daripada sakit hati setiap hari. "Jangan salahkan suami kalau kepincut perempuan lain di luar sana. Istrinya di rumah saja nggak bisa kasih kenyamanan buat dia." R

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Menjadi Diri Sendiri

    "Sial! Bisa-bisanya dia mengancamku begitu! Makin kurang ajar dia!" oceh Rama setelah melihat istrinya pergi. "Kamu kenapa, Ram? Mukamu nggak enak dipandang begitu," tanya Rukayah saat kembali ke rumah. Dia baru saja membeli ikan dan kangkung dari tukang sayur di seberang jalan. "Ririn, Bu. Ngancam cerai segala kalau memang ibu pengin cucu." Rama menghela napas panjang sembari memakai sepatu pantofelnya. "Bagus dong, Ram. Lagian ngapain sih kamu masih mempertahankan perempuan mandul sepertinya? Nggak ada dia di rumah ini juga nggak masalah. Ibu justru senang karena nggak ada lagi yang bikin hipertensi," balas Rukayah dengan senyum lebar. "Nggak semudah itu, Bu. Kalau dia beneran pergi, memangnya siapa yang bakal jagain ibu? Siapa yang bakal beberes rumah dan mengurus semua keperluanku?" Rukayah menoleh lalu duduk di teras rumah bersama anak lelakinya itu. "Jangan bodoh kamu, Ram! Kalau Ririn pergi, kamu bisa menikah lagi dengan perempuan yang lebih subur. Dia bisa menggantikan R

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Balasan Telak

    Mentari mulai menyinari bumi dengan hangat. Orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berangkat sekolah, pergi bekerja, beberes rumah dan ada pula yang baru beranjak dari ranjang. Itu pula yang dilakukan Ririn lagi ini. Dia sengaja membuat mertua dan suaminya heboh sebab sejak shalat subuh, Ririn tak lagi keluar kamar. Berulang kali suaminya menggoyang tubuhnya agar lekas bangun dan membuat sarapan seperti biasanya, berulang kali pula Ririn pura-pura tidur. Dia bilang kurang enak badan dan butuh istirahat. Melihat ulah menantunya pagi ini, Rukayah meradang. Beragam ocehan sudah dia keluarkan sejak pagi, bahkan sudah sampai menyeberang ke rumah tetangga segala. Tapi, hal itu tak membuat Ririn sakit hati seperti biasanya. Dia sudah mulai membiarkan kebiasaan mertuanya itu dan menganggap ocehannya angin lalu belaka. Mulai sekarang, Ririn ingin membahagiakan diri sendiri dan tak terlalu peduli dengan mertua dan suaminya, sebab mereka yang lebih dulu membuatnya terluka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status