Share

Pesan Mengganggu

Aвтор: NawankWulan
last update Последнее обновление: 2025-07-21 00:17:10

Mentari menyinari bumi dengan hangat. Cahayanya menembus celah-celah daun jendela. Senja membuka gorden dan membuka jendela kamarnya. Semalam dia begadang karena Lintang demam. Bakda subuh dia baru terlelap setelah rewel semalaman. Langit pun selalu menemaninya, membantunya menggendong Lintang agar lebih tenang.

"Kamu capek kan, Sayang? Istirahat dulu biar aku yang gendong Lintang."

Ucapan Langit beberapa jam lalu kembali terngiang di benak Senja. Dia menatap sosok lelaki yang tidur di ranjang karena kelelahan. Diusapnya pelan kening Langit lalu mengecupnya.

Senja tersenyum, menatap wajah suaminya yang tetap tampan meski terlelap. Tatapan Senja beralih di box bayi yang tak jauh dari tempat tidurnya. Di sanalah buah hatinya terlelap.

"Terima kasih, Mas. Kamu tak hanya menjadi suami siaga, tapi juga seorang lelaki yang sudah siap dengan status barumu sebagai ayah," ujar Senja lirih.

Senja beranjak dari tepi ranjang lalu turun ke lantai bawah. Dia ingin membuat roti panggang dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
SMS dari siapa itu kok tegang
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Pesan Mengganggu

    Mentari menyinari bumi dengan hangat. Cahayanya menembus celah-celah daun jendela. Senja membuka gorden dan membuka jendela kamarnya. Semalam dia begadang karena Lintang demam. Bakda subuh dia baru terlelap setelah rewel semalaman. Langit pun selalu menemaninya, membantunya menggendong Lintang agar lebih tenang. "Kamu capek kan, Sayang? Istirahat dulu biar aku yang gendong Lintang." Ucapan Langit beberapa jam lalu kembali terngiang di benak Senja. Dia menatap sosok lelaki yang tidur di ranjang karena kelelahan. Diusapnya pelan kening Langit lalu mengecupnya. Senja tersenyum, menatap wajah suaminya yang tetap tampan meski terlelap. Tatapan Senja beralih di box bayi yang tak jauh dari tempat tidurnya. Di sanalah buah hatinya terlelap. "Terima kasih, Mas. Kamu tak hanya menjadi suami siaga, tapi juga seorang lelaki yang sudah siap dengan status barumu sebagai ayah," ujar Senja lirih. Senja beranjak dari tepi ranjang lalu turun ke lantai bawah. Dia ingin membuat roti panggang dengan

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Kado Spesial

    [Ja, kenapa kamu ngasih gelang sama kalung begini? Mana mahal banget harganya] Pesan dari Ririn masuk ke aplikasi hijau milik Senja. Senja tersenyum lalu mengetikkan balasan. Senja tahu bagaimana keadaan sahabatnya itu, namun dia hanya mendengarkan cerita Ririn dan tak ingin mencampuri masalah rumah tangga sahabatnya terlalu jauh. Senja sengaja memberi perhiasan karena Ririn sudah membantu dan menemaninya pasca melahirkan. Dia hanya berharap perhiasan itu bisa digunakan Ririn jika keadaan mendesak. Bahkan surat pembeliannya pun sengaja dimasukkan ke kotak itu. Jika kelak Ririn akan menjual barang pemberiannya, Senja tak masalah. Justru dia sengaja memberikan itu untuk tabungan Ririn jika sewaktu-waktu dibutuhkan. [Lebih mahal waktu dan kesabaran kamu ngerawat aku, Rin. Pokoknya aku berterima kasih banget kamu sudah datang tiap hari ke rumah selama dua bulan belakangan ini. Aku merasa ada teman saat Mas Langit sibuk dengan pekerjaannya bahkan saat dia keluar kota. Pakai ya? Kalau me

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Skakmat

    "Bukannya tiap hari kamu masakin ibu cuma tempe, tahu, bayam, kangkung? Kalau aku pulang lembur juga masakannya sudah habis. Makanya, aku beli makan dari luar karena tahu kalau sampai rumah semua sudah habis."Ririn menghela napas. Dia benar-benar kaget mendengar ucapan suaminya yang dia yakini semua akibat fitnah mertuanya. "Duit sejuta dari kamu itu kalau dibilang cukup ya nggak cukup, Mas. Apalagi kalau makannya minta yang enak-enak. Itu sejuta kan bukan cuma buat dapur, tapi masih kepotong wifi, listrik, air, uang sampah, uang sosial dan lainnya. Coba bayangkan, kamu sekali makan misal beli nasi goreng atau bakmi aja udah dua puluh ribuan. Sementara kamu kasih jatah aku sebulan buat tiga orang dewasa, masih kepotong biaya ini itu. Sisanya berapa coba? Bisa makan sama tempe, tahu, sayur saja sudah beruntung. Sesekali aku juga masakin ayam, ikan dan lainnya kok, tapi nggak bisa sering-seringlah. Kalau keseringan duitnya nggak cukup. Kalau hutang di warung, nanti kamu protes pula."

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cekcok

    "Mau telepon, Ram? Angkat aja nggak apa-apa." Langit mempersilakan, namun Rama menggeleng. "Kamu kok aneh begitu, Mas? Kenapa?" tanya Ririn lagi. Dia kembali mengernyit, menatap suaminya yang mendadak salah tingkah. "Nggak, Sayang. Kayanya tadi salah sambung. Nomor itu sudah tiga kali ini menerorku.""Kenapa nggak diblokir aja sekalian kalau memang cuma teror?" tanya Ririn lagi. "Iya nanti aku blok." Obrolan selesai. Ririn tak mau berdebat lagi karena menghargai Langit yang mengajak mereka makan di cafe baru itu. Langit hanya ingin mengucapkan terima kasih karena beberapa hari belakangan Ririn selalu menemani Senja di rumah. Senja yang baru saja melahirkan memang butuh sosok sahabat yang bisa diajak bercanda di saat suaminya ke luar kota dan Ririn selalu hadir untuknya. Sebuah keberkahan tersendiri bagi Senja memiliki sahabat sebaik Ririn. Oleh karena itulah, dia meminta suaminya untuk mentraktir Ririn dan Rama di cafe. Cafe baru yang ternyata milik Awan. "Ini hadiah dari Senja,

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Gelagat Aneh

    "Awan? Kamu di sini?" tanya Langit saat melihat laki-laki yang sempat menyukai istrinya itu sudah berdiri di depannya. Awan mengangguk pelan lalu menoleh pada perempuan yang duduk di depan Langit. Dia Ririn, sahabat Senja yang kini tersenyum ramah. "Gimana kabarnya, Lang?" tanya Awan sembari mengulurkan tangan. Langit pun menyambutnya. Kedua lelaki itu saling jabat tangan lalu menepuk-nepuk lengan pelan. "Semua baik. Alhamdulillah. Kamu sendiri?" tanya Langit balik. Awan manggut-manggut lalu kembali tersenyum. "Ohya, kenalkan ini Ririn, sahabatnya Senja. Itu suaminya, Rama," tunjuk Langit pada lelaki yang baru keluar dari toilet. Awan menoleh lalu kembali sedikit membungkukkan badan saat Rama beradu pandang dengannya. Mereka pun bersalaman. "Duduk, Wan. Sekalian makan bareng." Langit menarik kursi di sampingnya yang tak berpenghuni. Beberapa pesanan Langit pun datang. Namun, Awan masih berdiri di samping meja sembari meminta pelayan untuk membersihkan meja yang sedikit kotor.

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Binar Semesta

    Terik mentari menyinari bumi yang agak gersang. Sudah berminggu-minggu tak ada rintik hujan yang membasahi bumi. Hawa panas menyengat, ditambah kemacetan semakin mengular. Awan baru saja kembali dari kampungnya di perbatasan kota. Kini mulai dengan segala aktivitasnya di ibukota, dengan segala kemacetan yang ada, kesendiriannya dan kesibukannya di kantor. "Kenapa macet banget sih? Apa ada kecelakaan di depan sana?" gumam Awan sembari melirik arloji di tangan kirinya. Beberapa kali jemarinya mengetuk-ngetuk gagang stir. Berkali-kali pula dia menggumam sendiri karena cukup lama menunggu kendaraan di depannya melaju. Bukannya langsung melesat menembus kemacetan, yang ada justru semakin jalan perlahan seperti siput. "Ada kecelakaan di sana!" Teriak seorang penjaja minuman. Awan menghela napas panjang. Pantas saja semakin macet karena dugaannya memang benar. Sebuah truk terbalik, di depannya ada mobil berwarna putih yang ringsek. Dua kendaraan roda dua pun ikut parkir di sebelahnya deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status