Share

Saling Memahami dan Memaafkan

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-08 18:49:13

"Maafkan saya, Mbak. Saya nggak bermaksud merebut Mas Erwin dari Mbak Erina dan Luna. Saat itu saya memang benar-benar kalut dan nggak tahu harus minta tolong sama siapa. Ibu saya sakit gagal ginjal dan harus cuci darah tiap minggunya. Biayanya tak sedikit. Kebetulan saat itu Mas Erwin menawarkan pinjaman uang, lama-lama begitu perhatian sampai akhirnya saya terlena dan mau dinikahi secara siri. Mas Erwin bilang sangat mendambakan anak laki-laki, makanya ingin menikah lagi berharap saya bisa membantu mewujudkan impiannya itu. Maaf, Mbak. Bukan bermaksud membela diri, tapi semua itu memang terjadi karena kesalahan kami berdua. Bukan hanya salah saya saja."

Lenny, istri kedua Erwin memberanikan diri menemui Luna dan Erina di rumah sakit. Wanita itu tak tahu lagi harus cerita dan bertukar pikir dengan siapa sejak suaminya di penjara. Lenny tak memiliki tabungan lebih karena selama ini semua kebutuhannya sudah dicukupi Erwin. Dia terima beres saja.

Lenny tak ingin banyak menuntut karena
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
rahman yono
banyak bngt yaa saingannya senja, & rata2 memandang remeh cuma karna berpakaian muslimah. ga di dunia nyata ga dunia cerpen ga jauh beda, fyuhh
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
laaannjjuut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Kado Spesial

    [Ja, kenapa kamu ngasih gelang sama kalung begini? Mana mahal banget harganya] Pesan dari Ririn masuk ke aplikasi hijau milik Senja. Senja tersenyum lalu mengetikkan balasan. Senja tahu bagaimana keadaan sahabatnya itu, namun dia hanya mendengarkan cerita Ririn dan tak ingin mencampuri masalah rumah tangga sahabatnya terlalu jauh. Senja sengaja memberi perhiasan karena Ririn sudah membantu dan menemaninya pasca melahirkan. Dia hanya berharap perhiasan itu bisa digunakan Ririn jika keadaan mendesak. Bahkan surat pembeliannya pun sengaja dimasukkan ke kotak itu. Jika kelak Ririn akan menjual barang pemberiannya, Senja tak masalah. Justru dia sengaja memberikan itu untuk tabungan Ririn jika sewaktu-waktu dibutuhkan. [Lebih mahal waktu dan kesabaran kamu ngerawat aku, Rin. Pokoknya aku berterima kasih banget kamu sudah datang tiap hari ke rumah selama dua bulan belakangan ini. Aku merasa ada teman saat Mas Langit sibuk dengan pekerjaannya bahkan saat dia keluar kota. Pakai ya? Kalau me

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Skakmat

    "Bukannya tiap hari kamu masakin ibu cuma tempe, tahu, bayam, kangkung? Kalau aku pulang lembur juga masakannya sudah habis. Makanya, aku beli makan dari luar karena tahu kalau sampai rumah semua sudah habis."Ririn menghela napas. Dia benar-benar kaget mendengar ucapan suaminya yang dia yakini semua akibat fitnah mertuanya. "Duit sejuta dari kamu itu kalau dibilang cukup ya nggak cukup, Mas. Apalagi kalau makannya minta yang enak-enak. Itu sejuta kan bukan cuma buat dapur, tapi masih kepotong wifi, listrik, air, uang sampah, uang sosial dan lainnya. Coba bayangkan, kamu sekali makan misal beli nasi goreng atau bakmi aja udah dua puluh ribuan. Sementara kamu kasih jatah aku sebulan buat tiga orang dewasa, masih kepotong biaya ini itu. Sisanya berapa coba? Bisa makan sama tempe, tahu, sayur saja sudah beruntung. Sesekali aku juga masakin ayam, ikan dan lainnya kok, tapi nggak bisa sering-seringlah. Kalau keseringan duitnya nggak cukup. Kalau hutang di warung, nanti kamu protes pula."

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cekcok

    "Mau telepon, Ram? Angkat aja nggak apa-apa." Langit mempersilakan, namun Rama menggeleng. "Kamu kok aneh begitu, Mas? Kenapa?" tanya Ririn lagi. Dia kembali mengernyit, menatap suaminya yang mendadak salah tingkah. "Nggak, Sayang. Kayanya tadi salah sambung. Nomor itu sudah tiga kali ini menerorku.""Kenapa nggak diblokir aja sekalian kalau memang cuma teror?" tanya Ririn lagi. "Iya nanti aku blok." Obrolan selesai. Ririn tak mau berdebat lagi karena menghargai Langit yang mengajak mereka makan di cafe baru itu. Langit hanya ingin mengucapkan terima kasih karena beberapa hari belakangan Ririn selalu menemani Senja di rumah. Senja yang baru saja melahirkan memang butuh sosok sahabat yang bisa diajak bercanda di saat suaminya ke luar kota dan Ririn selalu hadir untuknya. Sebuah keberkahan tersendiri bagi Senja memiliki sahabat sebaik Ririn. Oleh karena itulah, dia meminta suaminya untuk mentraktir Ririn dan Rama di cafe. Cafe baru yang ternyata milik Awan. "Ini hadiah dari Senja,

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Gelagat Aneh

    "Awan? Kamu di sini?" tanya Langit saat melihat laki-laki yang sempat menyukai istrinya itu sudah berdiri di depannya. Awan mengangguk pelan lalu menoleh pada perempuan yang duduk di depan Langit. Dia Ririn, sahabat Senja yang kini tersenyum ramah. "Gimana kabarnya, Lang?" tanya Awan sembari mengulurkan tangan. Langit pun menyambutnya. Kedua lelaki itu saling jabat tangan lalu menepuk-nepuk lengan pelan. "Semua baik. Alhamdulillah. Kamu sendiri?" tanya Langit balik. Awan manggut-manggut lalu kembali tersenyum. "Ohya, kenalkan ini Ririn, sahabatnya Senja. Itu suaminya, Rama," tunjuk Langit pada lelaki yang baru keluar dari toilet. Awan menoleh lalu kembali sedikit membungkukkan badan saat Rama beradu pandang dengannya. Mereka pun bersalaman. "Duduk, Wan. Sekalian makan bareng." Langit menarik kursi di sampingnya yang tak berpenghuni. Beberapa pesanan Langit pun datang. Namun, Awan masih berdiri di samping meja sembari meminta pelayan untuk membersihkan meja yang sedikit kotor.

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Binar Semesta

    Terik mentari menyinari bumi yang agak gersang. Sudah berminggu-minggu tak ada rintik hujan yang membasahi bumi. Hawa panas menyengat, ditambah kemacetan semakin mengular. Awan baru saja kembali dari kampungnya di perbatasan kota. Kini mulai dengan segala aktivitasnya di ibukota, dengan segala kemacetan yang ada, kesendiriannya dan kesibukannya di kantor. "Kenapa macet banget sih? Apa ada kecelakaan di depan sana?" gumam Awan sembari melirik arloji di tangan kirinya. Beberapa kali jemarinya mengetuk-ngetuk gagang stir. Berkali-kali pula dia menggumam sendiri karena cukup lama menunggu kendaraan di depannya melaju. Bukannya langsung melesat menembus kemacetan, yang ada justru semakin jalan perlahan seperti siput. "Ada kecelakaan di sana!" Teriak seorang penjaja minuman. Awan menghela napas panjang. Pantas saja semakin macet karena dugaannya memang benar. Sebuah truk terbalik, di depannya ada mobil berwarna putih yang ringsek. Dua kendaraan roda dua pun ikut parkir di sebelahnya deng

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cahaya Senja

    "Habis dari panti asuhan Cahaya Senja ini kita lanjut kemana, Mas?" tanya Senja saat kembali masuk ke mobil kesayangan suaminya itu. Wanita bergamis ungu itu melambaikan tangannya ke tiga pengurus panti dan sepuluh anak yang kurang beruntung itu.Panti asuhan Cahaya Senja memang baru dibangun dan diresmikan. Oleh karena itulah belum cukup banyak anak panti di sana. Baru sepuluh anak saja yang berusia di bawah sepuluh tahun."Pokoknya ikut saja, Sayang." Langit membalas santai."Kenapa ini arah ke kantor kamu, Mas? Katanya mau makan siang? Kenapa malah muter-muter," ujar Senja lagi.Dia begitu penasaran, tapi Langit hanya tersenyum tipis. Langit tetap bungkam dan tak ingin membocorkan kejutannya."Memang ke arah kantor kita, Sayang. Pokoknya nanti kita bisa deketan tiap hari." Senja mengernyit lalu menoleh pada Langit yang kini manggut-mqnggut sembari tersenyum. Senja semakin penasaran apa maksud suaminya itu."Isshh, apaan sih, Mas? Penasaran banget." Senja merajuk. Dia mengerucutkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status