Share

Senja Turun Tangan

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-06-01 23:04:31

"Aku sudah bilang sama Langit sebelum kejadian itu terjadi. Lepaskan saja proyek yang mangkrak itu. Jual tanahnya karena di sana memang cukup rawan, tapi Langit menolak." Ucapan Erwin kembali menyesaki benak Senja.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" lirih Senja lagi.

Tak membuang waktu, dia segera mengirimkan pesan pada Bayu. Senja menanyakan alamat lengkap proyek yang mangkrak itu. Mau tak mau, Senja ingin menyelidikinya sendiri diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun.

[Buat apa Mbak Senja menanyakan alamat proyek itu?]

Bayu sepertinya curiga, tapi Senja punya alasan yang cukup pas.

[Nggak apa-apa, Mas. Kebetulan aku punya teman di daerah sana, barangkali dia nggak sengaja ketemu Mas Langit di sana kan? Siapa tahu gitu. Namanya juga usaha, Mas. Nggak ada salahnya kan? InsyaAllah teman-teman saya bisa dipercaya, nggak akan menyebarluaskan berita kehilangan itu ke media sosial atau ke polisi demi keselamatan Mas Langit seperti yang Mas katakan itu. Bisa jadi Mas Langit dibawa ke daerah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Titik Terang

    "Penginapan yang mangkrak itu progresnya gimana, Ron?" tanya Awan tiba-tiba. Dia memang jarang di rumah, bahkan baru dua minggu belakangan ada tugas ke luar kota. Jadi, tak terlalu tahu soal kabar di kampungnya. "Kapan hari pemuda dari kota datang, Mas. Dia menawarkan banyak hal pada kami agar menyetujui pembangunan penginapan itu kembali, tapi kami menolak. Mas Awan tahu sendirilah bagaimana orang-orang kota dan berduit itu menipu kita di masa lalu. Mereka memanfaatkan kepolosan warga untuk meraih keuntungan besar-besaran dalam bisnisnya. Kita nggak akan tertipu lagi, Mas. Pokoknya kita sepakat untuk menghentikan proyek nggak jelas itu. Kalau perlu memaksa orang kota itu untuk menjual tanahnya kembali dengan harga lebih." Roni, kepala pemuda itu menjelaskan. Senja nyaris tersedak mendengar cerita itu. Dia mengendap-endap sampai di bawah kaca jendela untuk mendengarkan obrolan mereka. Senja yakin jika pemuda yang mereka ceritakan saat ini adalah Langit, suaminya. "Dua kali desa kit

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Pemuda Bertato

    "Kamu siapa?" Suara bariton itu cukup mengagetkan Senja. Dia membalikkan badan lalu buru-buru menutupi lengannya yang tersingkap selepas wudhu itu dengan hijab panjangnya. Awan, anak sulung Ratri tercekat seketika. Dadanya berdebar saat tak sengaja bersitatap dengan perempuan yang segera menundukkan wajahnya itu. "Senja. Saya Senja. Penghuni baru di kamar nomor dua itu," balas Senja begitu gugup saat dia baru saja selesai mengambil wudhu. "Oh, kerja di mana?" Senja menggeleng pelan. "Saya nggak kerja, Mas. Kebetulan cari sahabat SMA saya dulu yang tinggal di daerah sini. Besok mulai pencarian lagi," balas Senja tanpa mendongak. Dia masih menundukkan pandangannya, berbeda dengan Awan yang masih terus menatap wanita di depannya. Wanita yang menurutnya sangat berbeda. "Aku, Awan. Kalau butuh bantuan atau mau tanya sesuatu silakan saja." Senja mengangguk lalu buru-buru pergi dan masuk ke kamarnya. Setelah itu dia menutup pintu lalu menguncinya rapat. Senja benar-benar tak tenang, t

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Info Baru

    Jarum jam nyaris menunjuk angka dua siang. Senja kembali menemui pemilik warung untuk membayar makan dan minumnya, sekalian membayar biaya kost di sana. "Ini kamarnya, Neng. Tak terlalu sempit untuk seorang diri." Wanita itu mempersilakan Senja masuk dan beristirahat di kasur dengan sprei berwarna merah muda itu. "Bi, maaf kalau saya kembali merepotkan. Apa bibi punya sajadah? Saya belum sholat dzuhur," ujar Senja dengan senyum tipis. "Ada, Neng. Bibi ambilkan ya. Taruh sini saja buat alas Neng sholat. Ohya, mukenanya nggak sekalian?" Senja menggeleng pelan. "Pakai ini saja, Bi. Sudah menutup aurat, saya juga punya kaos kaki ganti di dalam tas." Wanita yang bernama Ratri itu pun mengangguk lalu pamit ke rumahnya yang berjarak lima langkah dari kamar kost Senja itu. Tak selang lama, Ratri kembali dengan sajadah berwarna coklat di tangannya. "Neng, wudhunya di kran ujung itu ya?" tunjuk Ratri lagi. Senja mengangguk lalu pamit untuk mengambil wudhu. Setelah selesai empat rakaat, S

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Rencana Pertama

    "Cari siapa, Mbak?" tanya seorang ibu muda yang sedang menyapu halaman rumahnya. Senja sengaja seperti orang kebingungan yang sedang mencari alamat seseorang. Dia menoleh ke kanan kiri sesekali melihat ke layar handphonenya. "Maaf kalau mengganggu ya, Mbak. Hmm ... apa di sini ada yang namanya Ririn? Ririn Kusuma. Dulu sekolah di SMA depan gang sana," ujar Senja mulai dramanya. Padahal jelas Ririn sekolah di tempat yang sama dengannya, di tengah hiruk pikuknya ibukota. "Ini fotonya, Mbak. Foto kami saat SMA dulu. Kebetulan kami bersahabat dekat, cuma saya harus pindah ke Jakarta." Senja kembali meyakinkan dengan memperlihatkan foto lawasnya dengan Ririn. Wanita muda itu sempat berpikir sejenak lalu menggeleng pelan. "Kurang tahu sih, Mbak. Soalnya saya juga pendatang. Baru pindah ke sini ikut suami setahun lalu. Coba tanya ke bibi itu. Mungkin tahu soal sahabat Mbak." Senja mengikuti wanita itu untuk bertanya pada tetangga depan rumahnya. "Bi, apa di sini ada yang namanya Ririn

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Senja Turun Tangan

    "Aku sudah bilang sama Langit sebelum kejadian itu terjadi. Lepaskan saja proyek yang mangkrak itu. Jual tanahnya karena di sana memang cukup rawan, tapi Langit menolak." Ucapan Erwin kembali menyesaki benak Senja. "Apa yang sebenarnya terjadi?" lirih Senja lagi. Tak membuang waktu, dia segera mengirimkan pesan pada Bayu. Senja menanyakan alamat lengkap proyek yang mangkrak itu. Mau tak mau, Senja ingin menyelidikinya sendiri diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun. [Buat apa Mbak Senja menanyakan alamat proyek itu?] Bayu sepertinya curiga, tapi Senja punya alasan yang cukup pas. [Nggak apa-apa, Mas. Kebetulan aku punya teman di daerah sana, barangkali dia nggak sengaja ketemu Mas Langit di sana kan? Siapa tahu gitu. Namanya juga usaha, Mas. Nggak ada salahnya kan? InsyaAllah teman-teman saya bisa dipercaya, nggak akan menyebarluaskan berita kehilangan itu ke media sosial atau ke polisi demi keselamatan Mas Langit seperti yang Mas katakan itu. Bisa jadi Mas Langit dibawa ke daerah

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Gara-gara Proyek

    "Papa dan Om Erwin bekerja sama untuk menemukan Mas Langit? Benar kecurigaan Senja tadi, kalau papa sudah mengingat semuanya kan?" Senja menatap bergantian dua lelaki yang kini wajahnya sedikit memucat itu. "Papa memang bekerja sama dengan Om Erwin untuk menemukan suamimu, tapi papa belum mengingat semuanya. Papa masih berusaha mengingatnya." Dimas mengangguk pelan, mencoba meyakinkan. "Papa bersyukur kamu berusaha membantu papa mengingat masa lalu itu, menceritakan tentang foto-foto papa dengan almarhum mama dan masa kecil Langit, tapi sampai sekarang memang belum sepenuhnya ingat. Tapi kamu tenang saja, papa sekarang sudah tahu jika kamu memang setulus dan sebaik itu. Pantas saja Langit begitu mencintaimu, Senja. Kamu memang pantas diperjuangkan dan mendapatkan cintanya yang begitu besar. Tak peduli darimana kamu berasal, bagaimana keluargamu dan lain sebagainya, papa sudah merestui kalian berdua." Entah bagaimana perasaan Senja kali ini. Dadanya justru kembali terasa sesak mende

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status