Share

Perselingkuhan Tania

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-21 17:41:08

Cukup singkat waktu yang Abimana gunakan untuk mengantar Nadia. Saraswati segera menyambut kedatangan cucunya seiring menyapa si pria, "Terimakasih sudah mengantarkan Nadia."

"Sama-sama, tapi besok sepertinya Abi tidak bisa, paling sopir yang akan menjemput," ucap pria ini bersama sopan santun.

Saraswati segera mencegah, "Tidak perlu, kalian sudah terlalu baik, tidak apa, Nadia bisa mengunakan fasilitas umum."

"Tidak apa, saya dan papa hanya ingin memastikan jika Nadia pulang dengan selamat."

Saraswati masih bersikerasa menolak, "Sungguh, tidak perlu."

Abimana tersenyum kecil. "Baiklah kalau seperti itu. Kalau begitu, saya harus segera pergi masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan," pamitnya dengan santun.

"Silakan, hati-hati di jalan dan terimakasih atas kebaikan Nak Abi." Saraswati memasang senyuman tulus.

"Sama-sama." Abimana mulai mengendarai mobilnya seiring memerhatikan Saraswati dan Nadia yang masih berdiri memandangi kepergiannya. "Sebenarnya saya iba melihat nenek dan cucu hidup berdua dengan keadaan pas-pasan, tapi bukan berarti saya harus menjadi heroik dengan menikahi Nadia."

Di sisi lain, Nadia berkata pada neneknya, "Bukan maksud Nadia ikut campur dalam kehidupan Abi, tapi pacarnya selingkuh."

"Masa sih, memangnya kamu tahu dari mana?" Saraswati tidak segera percaya.

"Tadi Nadia melihat wanita bernama Tania di kampus, dia terlihat dekat dengan dosen, lalu Nadia melihat wajahnya lagi di dalam mobil Abi, dia memajang foto wanita itu yang diakuinya sebagai kekasih."

"Sudahlah, biarkan saja. Kamu tidak perlu berkata apapun tentang hal ini. Biarkan Abi tahu dengan sendirinya," nasihat Saraswati karena Wira dan Abimana sudah sangat baik pada mereka. Jadi, rasanya tidak pantas jika harus mencampuri privasi kedua orang itu walau maksudnya dalam hal kebaikan.

"Tidak akanlah nek, buat apa Nadia mengatakannya, nanti malah dikira memfitnah karena mau dinikahi Abi. Ish, malas sekali kalau Nadia dituduh begitu!" Gadis ini segera melangkah menuju ke dalam rumah kemudian beristirahat di kamarnya seiring memikirkan wanita bernama Tania. "Kenapa ya, wanita itu selingkuh dari Abimana, padahal dari luarnya saja Abimana tidak punya kekurangan, apa dia juga bersikap dingin padanya hingga Tania tidak betah?"

Nadia masih bergeming karena pemikirannya tetap tertuju pada kasus perselingkuhan Tania. "Kalau benar karena alasan itu, maka saya sangat bersyukur tidak menikah dengan Abimana. Tania saja tidak tahan padahal hanya sebatas pacaran, apalagi kalau menikah dengan Abi." Nadia dibuat merinding dengan prasangkanya sendiri.

Saraswati menghampiri cucunya. "Sore ini temani nenek ya, nenek ingin melihat tempat-tempat indah di kota ini."

Seketika Nadia dibuat cemas oleh kalimat Saraswati. "Nek, kok tiba-tiba. Jangan tinggalkan Nadia secepat ini ..., nanti Nadia hidup sama siapa?" Pelukannya melingkar erat saat merengek.

"Ish, memangnya kalau nenek ingin melihat tempat indah artinya akan meninggalkan kamu," kekeh Saraswati.

"Nadia takut saja nenek akan meninggalkan Nadia," sendunya karena jika Saraswati meninggalkannya maka Nadia akan hidup sebatang kara, gadis ini tidak yakin mampu bertahan dalam kesepiannya. 

"Mana tega nenek meninggalkan Nadia sendiri, apalagi kalau cucu nenek yang cantik ini belum ada yang meminang," kekeh sayang Saraswati.

Jadi, tiba sore hari Nadia mengajak neneknya berjalan-jalan di tempat indah yang dia tahu. Mereka menikmati waktu berdua diiringi tawa bahagia. Tanpa diduga, untuk kedua kalinya Nadia berpapasan dengan dosen ganteng yang sedang bersama Tania. Pria itu tidak terlalu mengenal Nadia karena mahasiswi yang satu ini berhenti kuliah satu bulan, tapi Nadia segera mengenali sang dosen yang siang tadi menghuni kampus yang sama.

"Mereka memang pasangan selingkuh, Abimana, kamu dibohongi sampai kamu terlihat sangat bodoh," celetuk Nadia dengan volume rendah, tapi tetap sampai pada ruang dengar Saraswati.

"Jangan mencampuri kehidupan Abimana, biarkan saja," nasihat Saraswati untuk kedua kalinya.

"Bukan maksud Nadia, cuma kita kembali dipertemukan. Jadi mulut Nadia gatal deh," kekeh manisnya.

"Yang itu, ya?" tanya Saraswati tanpa menunjuk wanita yang dimaksud, dirinya hanya menggunakan lirikan.

"Iya, nek. Cantik ya, tapi sayang selingkuhi Abimana."

Saraswati segera memerhatikan cucunya. "kamu peduli sama Abimana?"

"Tidak juga sih, mungkin pacarnya sampai selingkuh iya karena tidak nyaman dengan sikap Abimana, tapi kalau dilihat dari segi fisik memang rasanya tidak wajar menyia-nyiakan Abimana seorang pria perfect." Nadia belum terlalu mengenal lawan jenis, tapi dirinya mengakui keindahan tubuh Abimana.

Saraswati menggoda, "Memang sayang sekali, pria seperti Abimana dianggurkan." Tawa ringannya di akhir.

Tanpa sengaja ruang dengar Tania mendengar nama yang familiar, kemudian segera menoleh ke arah nenek dan cucunya. "Apa mereka mengenal Abimana?"

Segera, pria di sisinya menyahut lembut, "Ada apa sayang, siapa yang mengenal Abimana, hm?"

"Gadis itu, sepertinya tadi siang saya melihatnya di kampus," selidik Tania seiring menyipitkan matanya ke arah Nadia. 

Pria yang menjabat sebagai dosen segera memerhatikan. "Entahlah, tapi saya merasa gadis itu memang tidak asing."

"Kamu harus berhati-hati, bisa saja dia mengenal Abimana dan tahu saya kekasihnya Abimana," desis Tania, "ayo pergi dari sini." Segera, keduanya melesat hingga membuat Saraswati dan Nadia kebingungan. Namun, tidak menjadi bahan perhatian.

Malam tiba dengan cepat, Saraswati dan Nadia segera menuju ke arah jalan pulang. Ketika melewati sebuah mall, Tania tampak riang karena Abimana menjemputnya. Si pria melirik ke arah Nadia sebelum cipika-cipiki dengan Tania hingga akhirnya dengan sengaja memanasi Nadia.

"Ish, tidak ada kerjaan!" umpat Nadia.

"Ada apa, siapa yang tidak ada kerjaan? Apa karena nenek menjilati ice cream, padahal sudah tidak pantas?"

"Tidak nek, bukan nenek." Nadia menggaruk pelipisnya seiring tertawa kecil. Gadis itu melewati Abimana dan Tania, sedangkan Saraswati tidak menyadari keberadaan pria yang diharapkan mendampingi cucunya kelak.

***

"Kamu mengenal Abimana?" Tania segera menginterograsi Nadia kala bertemu di kampus saat jam pagi.

"Abimana yang mana ya, kak?" Nadia berpura-pura polos sebelum menimbulkan masalah.

Tania merogoh sebuah foto dari dalam tasnya. "Yang ini, saya lihat kemarin kamu melirik ke arah kekasih saya!"

Nadia memandangi foto Abimana yang tampak keren, tapi hanya beberapa detik saja karena Tania segera memasukannya kembali ke dalam tas. "Kamu mengenalnya, kan?" desak wanita ini.

"Tidak, kok!" lantang Nadia supaya mendapat kepercayaan dari lawan bicaranya karena tidak ingin terlibat dalam kasus cinta segitiga, cinta terlarang dan sejenisnya.

"Kamu mau apa? Akan saya belikan, tapi jangan buka mulut pada Abimana," iming-iming Tania pada mahasiswi elit di hadapannya.

"Saya tidak mengenal Abimana yang kakak maksud. Maaf, saya duluan." Nadia segera berlalu hingga membuat Tania kesal, tapi tidak menyusul si gadis.

"Apa sih, tiba-tiba mau nyogok. Selingkuh ma selingkuh saja, kalau suatu saat ketahuan itu ma resiko!" rutuk Nadia seiring melangkah kesal.

"Siapa yang selingkuh?" tanya Amira yang baru saja muncul dari punggung Nadia.

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Ending

    Kafka adalah keponakan pejabat tersebut, pria hebat ini mengajak keponakan membanggakannya karena prestasi gemilangnya di gedung perusahaan milik saudaranya yaitu ayahnya Kafka. Abimana geram mengetahui kenyataan ini bukan karena merasa tersaingi hanya saja di rapat penting ini dirinya harus berjabat tangan dengan Kafka seiring menatap wajahnya terus-menerus."Senang berkerjasama dengan anda." Kalimat Kafka yang salah satunya disampaikan pada Abimana setelah mengucapkannya pada Wira."Begitupun kami." Abimana tetap bersikap propesional walau keadaan hatinya meledak-ledak. Seusai rapat, pria ini berkata pada ayahnya, "Kafka adalah ayah si bayi, tapi Abi yang direpotkan Tania!""Jadi tadi kamu terlambat karena Tania!" kekesalan Wira segera hadir saat mendengarnya."Iya pa, Tania meminta diantar memeriksakan bayinya. Abi turuti saja supaya Tania menjaga bayinya hingga Abi bisa membuktikan pada semua orang.""Wanita ular!" desis geram Wira yang tidak ingin berkata apapun lagi tentang Tani

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Istri dan Anak Kamu Sangat Merepotkan!

    Nadia dibuat tidak setuju dengan ungkapan yang terdengar frontal itu. "Bayi itu tidak berdosa, Tania yang banyak membuang waktu kamu, bukan bayinya."Abimana mengerjap kecil, kemudian menarik senyuman bangga pada makhluk cantik di hadapannya. "Semakin hari kamu semakin dewasa. Bukan hanya pertambahan usia, tapi pola pikir kamu juga walau ... masih banyak sikap kekanakan." Senyuman lebarnya di akhir."Kamu memuji atau menghina sih? Kalimat kamu sering membuat saya bimbang tahu tidak sih!" Nadia membaringkan tubuhnya dengan malas."Bicara kamu seperti dalam sinetron!" ejek kecil Abimana.***Pagi ini Abimana menemani Tania memeriksakan kandungannya karena ini salah satu cara supaya Tania tetap memibiarkan bayinya sehat dan yang paling penting tetap hidup. Degupan jantung si bayi sangat kencang hingga membuat senyuman manis sekaligus haru ditarik oleh Tania walaupun Abimana tetap bersikap datar. Andai tersenyum pun hanya bagian dari pormalitas saja."Bayinya sangat sehat, perkembangannya

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Bayi itu Membuang Waktu Saya

    Tidak berapa lama, tepatnya kala Nadia dan Amira sedang asik di salah satu kolam, tiba-tiba saja airnya surut perlahan bahkan semua orang yang berada di sana ikut terheran-heran. "Kok air di sini surut?""Entah, yang lain tidak kok!" Amira melukis wajah heran sama seperti Nadia.Esther berkata santai nan santun, "Maaf nyonya, tapi ini atas perintah Tuan Abimana. Jadi, jika anda berpindah kolam maka kolam itu juga akan dibuat surut.""Apa. Dasar Abi!""Tuan Abi bilang Anda harus segera pulang," tambah Esther masih dengan santun."Abi ...!" teriak Nadia hingga memekak ruang dengar Esther, tetapi justru Amira terkekeh kegelian."Sabar ya ...," goda Amira. Maka, walau sangat keberatan Nadia dipaksa pulang oleh keadaan. Jika tidak begitu maka pengunjung lain akan ikut terganggu."Kok bisa sih Abi memerintahkan seseorang untuk membuat kolamnya surut. Seperti punya dia saja!"Esther memberikan penjelasan secera terperinci, "Tuan Abimana mengenal pemilik kolam ini. Jadi mungkin mudah bagi Tua

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Kesedihan Naila

    Hari sudah berganti, Tania menemui suster yang sudah mendapatkan uangnya. "Bagus kamu masih di sini. Saya kira kamu akan kabur!""Tidak akan nyonya. Ada apa menemui saya?""Saya cuma mau mengingatkan. Jika sekitar tiga bulan lagi saya akan melahirkan."Wanita berpakaian medis ini menampakan senyuman. "Selamat ya nyonya, jagalah kandungan anda dengan baik." Namun, kalimatnya ini tidak digubris oleh Tania."Jangan lupakan tugas kamu setelah bayi ini lahir!"Wanita ini mengangguk kecil. "Saya sangat mengingatnya, nyonya tenang saja." Kalimatnya ini membuat Tania merasa puas, jadi wanita cantik ini segera berlalu. Di lorong, Tania berpapasan dengan Naila yang hendak melakukan pengecekan rutin. Naila tidak pernah melewatkan pemeriksaan tubuhnya.Sejenak, Tania memerhatikan karena wanita yang sedang terbatuk di atas kursi roda memiliki wajah yang mirip dengan Nadia. "Saya harap suatu saat nanti Nadia yang mengalami kondisi seperti wanita itu. Jadi kalau Nadia penyakitan, Abi tidak akan mau

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Naila Sangat Aneh

    Abimana tiba di sebuah rumah cukup mewah, tetapi sangat sepi, hanya terdapat seorang satpam yang asik memainkan handphone. "Permisi pak, apa benar ini kediaman Nyonya Naila?" Abimana hanya memunculkan wajahnya tanpa keluar dari mobil.Segera, satpam meletakan handphonenya. "Benar tuan. Jika boleh tahu anda siapa dan ada keperluan apa menemui Nyonya Naila?""Saya salah satu kerabat jauhnya.""Akan saya sampaikan. Atas nama siapa?""Abimana-suaminya Nadia." Sengaja perkenalan seperti ini disebutkan karena mungkin keberadaannya akan sangat mudah diterima. Satpam segera menghubungkan panggilan."Tolong katakan pada nyonya, ada seorang pria yang ingin menemuinya. Bernama Abimana suaminya Nadia." Satpam bergeming sesaat kemudian menyimpan gagang telepon di atas meja. "Tunggu sebentar," ucapnya pada Abimana."Iya." Abimana dapat menilai dengan akurat jika memang tidak sembarang manusia bisa menemui Naila bahkan hanya sekedar masuk ke dalam halamannya.Tidak selang berapa lama satpam kembali

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Naila Menderita Hiv

    Setibanya di rumah, Nadia segera mendapatkan pelukan hangat nan khawatir dari Mila dan Saraswati. Walau Wira dan Abimana tidak mengatakan apapun, tetapi kedua wanita ini mengetahui kabar insiden yang terjadi lewat media layar kaca yang menayangkan secara langsung. "Nadia tidak apa-apa?" Kecemasan wanita tua ini melebihi siapapun."Nadia tidak apa-apa nek ..., tadi Nadia menyelamatkan diri sama Amira walau sempat terpisah." Genggaman tangan Nadia dan Amira saling bertautan."Syukurlah kalian baik-baik saja," ucap Mila.Amira berkata, "Tante, tapi Ami tidak akan lama-lama di sini karena papa mau jemput.""Iya sudah ..., pasti orangtua Ami sangat khawatir. Tapi sekarang minum dulu saja ya, istirahat dulu." Mila menjamu kawan menantunya dengan sayang sama halnya pada Nadia. Tidak berapa lama ayahnya Amira datang. Pria ini berbasa-basi sebentar karena Wira merupakan kawan bisnisnya dan ini pertama kalinya pria ini bertemu dengan anggota keluarga Wira yang lain selain Abimana yang sudah dik

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Naila Masih Hidup

    Kali ini Nadia mulai memutuskan jika dirinya akan meminta bantuan Abimana untuk mencari ibunya. "Tolong temukan mama." Tatapannya begitu merindu."Iya, saya akan berusaha maximal mencari mama kamu yang juga adalah mertua saya!" Tekad tegas Abimana, "terimakasih sudah percaya pada saya." Senyuman melengkung bangga karena akhirnya Nadia meminta pertolongan dirinya untuk hal sangat penting ini."Nenek yang memberi saran, nenek juga bilang bisa merasakan kehadiran mama yang katanya masih ada, mama tidak meninggalkan saya, mungkin cuma raga kami saja yang terpisah.""Iya, saya janji. Kamu bisa memegang janji saya ini dan ingatkan saya jika suatu hari saya lalai pada janji saya ini!" Tekad kuat Abimana masih diperlihatkan, kali ini seiring mengusap sebelah pipi Nadia.Malam ini, Nadia memandangi foto ibunya yang diberikan Saraswati. "Ma, cepat temui Nadia ya, jangan buat Nadia gelisah terus-menerus dan bertanya-tanya di mana mama karena Nadia tidak bisa seperti itu terus ...."Abimana memot

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Tania Mulai Diserang Risau

    "Ma, apa kita harus kembali?" Tania mulai memikirkan ulang melahirkan di negara ini karena dirinya memiliki suster yang sudah disuap di negara asalnya demi mengubah DNA bayinya menjadi milik Abimana."Jangan sayang, lebih baik melahirkan di sini saja, kamu sedang hamil tua, jangan sering bepergian.""Tapi Tania tidak mau melahirkan di sini walau Abi siap datang kesini.""Kenapa ..., ada mama di sisi kamu, mama tidak akan meninggalkan kamu." Nia membelai lembut putrinya."Tapi Tania tetap akan kembali saja bulan depan saat usia kandungan tujuh bulan!" Wanita ini mulai khawatir karena angka kelahiran tidak selalu bulan ke sembilan, sering terjadi kelahiran di bulan ketujuh, maka untuk berjaga-jaga lebih baik dirinya kembali ke negara asal."keputusan ada pada kamu, tapi mama memberi saran saja supaya melahirkan di sini.""Terimakasih ya ma selalu ada di sisi Tania." Pelukannya melingkar dengan penuh rasa syukur karena tanpa ibunya maka dirinya tidak akan bisa bertahan hingga hari ini.*

  • Suami Dingin Pilihan Ayah   Tentang Pergaulan Bebas

    Malam ini Abimana meninggalkan alat pengaman yang selalu tersedia di dalam laci rahasia yang terkunci supaya tidak seorangpun tahu jika mereka sangat berhati-hati tentang kehamilan. Benda pusakanya sangat bersemangat karena akan mengeluarkan cairan putih di dalam rahim Nadia bersama harapan cairan itu akan menggumpal hingga menghasilkan anak yang sempurna."Abi, kamu yakin tidak akan pakai alat pengaman?" keraguan masih mencambuk hati Nadia."Tidak usah, kita lakukan saja secara alami." Semangat berlipat Abimana."Tapi ..., kalau saya hamil dan melahirkan saat usia kuliah, bagaimana masa depan saya, bagaimana saya bisa menyenangkan nenek dengan prestasi," risaunya."Kamu masih bisa menggapai cita-cita walau hamil dan melahirkan. Tenanglah semuanya akan berjalan dengan mulus, saya jamin!" Abimana berpikir jika uang bisa menyelesaikan segalanya salah satunya saat Nadia hamil, tapi tetap ingin kuliah atau setelah menjadi ibu, tetapi tetap ingin menggapai masa depan, semuanya seolah tingg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status