Sore hari itu juga, Richard Forger berpamitan kepada George Warren dan meyakinkan pria tua tersebut bahwa ia akan membayar kerugian yang dialami oleh George. Meski George Warren sulit mempercayai ucapan Richard, ia membiarkan Richard pergi.
“Ehm… Sebelumnya, bisakah aku meminjam beberapa dolar untuk memesan Taxi, Tuan George?” Sebelum benar-benar pergi, Richard baru sadar jika ia sudah tak memiliki apa-apa lagi. Ia cukup malu pada pria tua itu tetapi memang hanya George Warren seorang, sosok di kota Roxburgh yang bersedia membantu Richard.
“Ck… Ambillah.” George Warren dengan terpaksa memberikan beberapa dolar di sakunya kepada Richard.
“Terima kasih, Tuan George. Kupastikan kau bisa memegang janjiku, aku akan melunasi kerugian yang kau alami.”
George Warren mengangguk lesu. Setengah putus asa, ia berharap jika janji Richard bukanlah bualan semata.
“Tiga hari dari sekarang! Kupastikan aku akan mengganti kerugianmu. Tuan George!”
Setelah mengcapkan kalimat itu, Richard Forger segera memesan Taxi dan meminta driver Taxi untuk melaju ke wilayah utara kota Roxhburgh. Sesekali, Richard memandangi kartu hitam di tangannya. Ia mendapatkan kartu itu beberapa waktu sebelumnya. Richard tak menyangka jika di kemudian hari ia akan benar-benar menggunakan kesempatan tersebut.
“Maaf, kita sudah tiba di alamat yang anda minta.”
Driver Taxi membangunkan Richard yang sedang melamun. Richard berdeham lalu turun dari Taxi. Setelah Taxi meninggalkan Richard, Richard memandangi rumah besar yang berdiri menjulang di depan matanya.
‘Tuan Miller, aku datang…’ Richard membatin lalu berjalan menuju ke gerbang besar kediaman James Miller.
Ketika Richard nyaris tiba di dekat gerbang, tampak seorang security tengah berlari dengan menenteng tongkat pemukul di tangannya. Ia paling benci jika ada pria kumal berada di sekitaran rumah majikannya.
“Bagaimana bisa gelandangan sepertimu berani mendekati kediaman Tuan Miller?! Hei! Jauhkan tubuhmu dari gerbang rumah ini! Aku tak mau rumah majikanku terkontaminasi oleh kuman-kuman yang kau bawa!” Security itu berteriak memaki Richard seraya memamerkan wajah bengisnya seolah ia tak akan segan-segan memukuli Richard jika itu diperlukan.
Richard menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia lantas mencoba memberi penjelasan pada Security bahwa ia bukan gelandangan sebagaimana yang dikira oleh security.
“Maaf, aku ke sini atas undangan Tuan Miller. Aku bisa menunjukkan buktinya padamu.” Richard tampak merogoh saku tetapi lagi-lagi security meneriakinya.
“Kau kira ada berapa ratus pengemis yang mencoba mengelabuiku seperti itu, heh?! Kalian orang-orang miskin, apakah tak punya kerjaan lain selain berusaha mengemis di rumah orang kaya? Sudah, pergi sana selagi aku tak menggunakan kekerasan!”
Richard Forger tak memedulikan ucapan security, ia tetap mengeluarkan kartu hitam dari sakunya. Itu adalah sejenis invitation card yang khusus dikeluarkan oleh James Miller, diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk datang ke kediaman James Miller di wilayah utara kota Roxburgh.
“Tuan, kau bisa memeriksa kartu ini. Ini asli dari Tuan Miller dan aku datang untuk memenuhi undangannya. Kau boleh mengusirku jika kartu ini palsu!” Dari luar gerbang, Richard Forger menyerahkan kartu hitam kepada security tetapi security menangkis tangan Richard.
“Sudahlah, waktuku terlalu berharga untuk meladeni orang-orang tak berguna sepertimu. Apakah di rumah kau tak punya kaca? Lihat dulu pantulan dirimu di cermin! Kau bahkan tak layak untuk mendaftar menjadi pembantu di kediaman Tuan Miller! Oh… ya, ya, aku baru ingat jika orang sepertimu tak mungkin punya rumah, juga barang kali tak punya kaca! Sekalgus, tak punya harga diri! Ah, sudahlah… Persetan dengan gelandangan miskin sepertimu!”
Richard menarik napas dalam, tak menyangka jika kesialan masih belum berhenti mengganggunya. Ia melihat Security itu membalikkan badan dan pergi memunggunginya.
“Aku memberimu waktu satu menit. Jika kau tak segera pergi, jangan menyesal karena telah berurusan denganku!”
Lagi, Richard Forger menarik napas dalam. Ia tak menduga jika untuk memenuhi undangan resmi James Miller, ia masih dihadang oleh drama penolakan seperti itu. Demi apapun, Richard tak ingin pergi, ia tetap berdiri di depan pintu gerbang selagi memikirkan cara untuk bisa masuk ke dalam.
Ketika Richard masih berpikir keras, matanya yang tajam menangkap sebuah pemandangan menarik. Ia melihat ada seorang gadis yang tampak berada di depan pintu rumah James Miller. Gadis itu sepertinya sedang mengangkat panggilan telepon.
“Nona yang di sana!!!!” Richard berteriak cukup keras, membuat security terkejut dan segera berbalik badan, security itu berlari ke gerbang untuk mengusir Richard menggunakan kekerasan.
“Nona!!!! Lihat, aku membawa kartu undangan resmi dari Tuan Miller! Lihat ini! Aku berhak masuk tetapi security menghalangiku!!! Ke marilah dan periksa langsung kartuku ini!” Richard berteriak pada gadis itu.
Meski tak begitu mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Richard, gadis tersebut tampak menutup panggilan telepon lalu berjalan menuju ke gerbang.
“Nona Daisy… Aku akan membereskannya… Maaf atas kelengahanku…” Security meminta maaf pada gadis muda yang ia panggil Nona Daisy.
Alih-alih memarahi security karena membiarkan gelandangan mengotori wilayah kediamannya, Daisy justru meminta security untuk berhenti.
“Tunggu! Tadi sepertinya dia berkata tentang undangan dari kakek. Aku perlu memeriksanya. Jika ia berbohong, kau boleh memberinya pelajaran.” Daisy berjalan maju melewati security yang terdiam.
Mendengar ucapan gadis muda nan cantik itu, Richard bisa bernapas lega. Dengan bersemangat, Richard menyerahkan kartu hitam kepada Daisy.
“Nona, aku tak berbohong. Kartu ini adalah kartu asli pemberian Tuan Miller.”
Dengan sedikit ragu-ragu, Daisy meraih kartu yang diulurkan oleh Richard. Selama beberapa detik Daisy mengamati kartu itu. Alisnya mengernyit kala menemukan bahwa kartu tersebut merupakan kartu yang asli. Yang artinya, Richard adalah tamu yang harus disambut oleh keluarga Miller.
Daisy mengembalikan kartu hitam kepada Richard. “Ini adalah kartu asli. Aku tak tahu bagaimana bisa pria sepertimu mendapatkan kartu ini. Tapi yang jelas, kau akan mendapat masalah besar jika ternyata kartu ini hasil curian!” Daisy memperingatkan Richard.
“Tidak! Sungguh itu asli!”
“Baiklah, karena aku sudah memperingatkan, kau bisa masuk. Tapi ingat, kau yang menanggung segala risiko dari perbuatanmu ini!”
Daisy lantas memerintahkan security untuk membuka gerbang. Dengan wajah berseri-seri Richard bersiap memasuki kediaman James Miller.
***
“Shit! Daisy, bisakah kau melakukan sesuatu yang sedikit berguna?!”
Baru saja memasuki ruang tamu, Bellatrix yang merupakan sepupu Daisy tampak menghardik Daisy dengan wajah murka. “Apa maksudmu membawa gembel memasuki rumah kita?! Kau bodoh atau sudah gila, heh?!”
Ketika Richard dan Daisy tiba di kota Roxburgh, semua sosok-sosok penting di kota besar itu datang ke bandara demi menyambut kedatangan mereka. Para tokoh penting di kota Roxburgh menunduk memberi hormat, membuat orang-orang awam keheranan dan menerka-nerka sehebat apa latar belakang sosok yang baru saja turun dari pesawat. Daisy merangkul siku Richard, menyatakan betapa bahagianya dia berada di sisi suaminya. Ketika mereka tiba di mansion mewah mereka, Daisy dan Richard menemukan ada tumpukan hadiah yang membanjiri halaman depan rumah mereka. Richard segera menghubungi Wendy Adams, meminta gadis itu untuk membagi-bagikan tumpukan hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan. Saat semuanya telah beres, Daisy berujar kepada sang suami sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang, “Akhirnya semua selesai juga… Ah… Aku ingin beristiraat.” Richard melirik Daisy lalu tersenyum nakal, “Siapa bilang kau boleh beristirahat?” “Eh?” Daisy menelan ludah saat Richard tiba-tiba telah mendekat ke
Richard dan Daisy telah tiba di ruang pesta beberapa puluh menit sebelum acara dimulai. Karena belum banyak tamu yang datang, Daisy tak begitu menduga jika pesta malam itu akan dihadiri oleh puluhan kepala negara dan ratusan konglomerat dunia.Ketika sedang menikmati anggur dan kudapan-kudapan kecil, mata Richard menangkap pemandangan yang mengejutkan. Ia melihat ada dua sosok perempuan yang sedang bertingkah norak. Richard nyaris tersedak, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum jahat, untuk pertama kalinya, Richard merasa tindakan ayahnya cukup berguna.Melihat kedua perempuan itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya, Richard segera berbisik kepada Daisy. “Aku ingin ke toilet, nikmatilah semua yang ingin kau nikmati.”Richard pergi begitu saja sementara Daisy tak begitu memedulikan kepergian suaminya sebab pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah duduk di meja bundar yang sama.‘Bukankah wajah-wajah mereka tak asing?’ Daisy membatin. Keningnya berkerut saat mencoba mem
Hari masih pagi ketika Richard turun dari mobil dan berjalan menuju ke halaman kastil mendiang ibunya. Saat tiba di halaman kastil, bibir Richard refleks membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Daisy sedang mengajari Alexander King menanam bunga.Ketika Daisy melihat kedangan sang suami, wajahnya berbinar-binar gembira. Tangan Daisy melambai-lambai lalu mengajak Richard untuk turut menanam bunga.“Tidak, terima kasih. Itu bukan gayaku,” sahut Richard merespon ajakan Daisy. “Aku akan masuk ke dalam, selesaikan saja kegiatanmu,” imbuh Richard seraya berjalan ke arah kastil. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke kediaman mendiang ibunya.“Menantuku, ayah akan pulang. Temuilah suamimu. Dan, jangan lupa sampaikan padanya tentang acara makan malam kecil-kecilan yang akan kuadakan nanti malam.” Alexander King melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu berpamitan untuk kembali pulang ke kastil utama.Daisy mengerutkan dahi karena ada satu poin penting yang membuatnya terkejut. “Ayah belum
Kastil Manoko… Terlepas dari insiden penyerangan Richard kepada Alexander King, proses pemakaman Hazelle King tetap berlangsung dengan khidmat. Daun-daun pohon maple yang berjatuhan menjadi pelengkap prosesi pemakaman Hazelle pada senja hari itu. Satu demi satu para pengiring telah pergi hingga menyisakan dua orang saja yang masih berada di area pemakaman keluarga Naga Langit. Mereka adalah Richard Forger dan Alexander King. Mulanya, Alexander King terlihat ingin meninggalkan makam terlebih dahulu, namun, ucapan Richard menahan langkahnya. “Apa tujuanmu memilihku menjadi pewaris tahta Naga Langit?” tanya Richard tanpa menoleh ke belakang ke arah sang ayah. Alexander King diam mematung, keduanya kini saling memunggungi satu sama lain. Karena Alexander King tak memberi jawaban, Richard bergumam lagi. “Kau meremehkan putra sulungmu, Pak Tua. Hazelle jauh lebih pantas menjadi penerus Naga Langit. Harus kuakui, keputusanmu benar-benar bodoh!” Alexander King tersenyum tipis. “Kau benar
Suara ledakan keras yang baru saja terdengar di telinga Daisy memang bersumber dari kastil utama Naga Langit. Lebih tepatnya, di halaman depan kastil.Tak hanya mendengar satu kali, Daisy dan Rock mendengar ada ledakan yang bertubi-tubi. Meski demikian, Rock sama sekali tak melakukan apa-apa selain membiarkan hal itu terjadi, sebab ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di halaman kastil Naga Langit.!!Tubuh Alexander King terhempas menabrak dinding kastil Naga Langit, menciptakan kerusakan parah pada dinding yang terhantam tubuhnya. Karena kekuatan yang menghempaskan tubuhnya begitu kuat, timbul ledakan keras setiap kali tubuh Alexander King menghantam dinding kastil.Bebatuan dan debu-debu menghambur ke udara. Kehancuran demi kehancuran terus terjadi seiring dengan terhempasnya tubuh Alexander King berkali-kali.Tak ada yang berani mengambil sikap atas apa yang menimpa Alexander King, sebab pria itu memang meminta semua pasukannya untuk tak melakukan apa-apa.“Hazelle tewas
Tak hanya mengevakuasi para anggota Red Skull yang nyaris tenggelam ke laut, pasukan Tom Haley juga menemukan Rock yang berada dalam keadaan terikat di salah satu kapal milik Red Skull. Begitu Rock bebas, ia bergerak cepat menghubungi Alexander King yang berada di Manoko, mengabarkan tentang rencana kedatangan Richard dan Daisy ke sana.“Aku sudah tahu. Termasuk, kematian Hazelle, aku juga sudah mengetahuinya.”Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Alexander King saat Rock berhasil menghubunginya. Saat itu, Alexander King menutup telepon Rock lalu melanjutkan menyesap teh hijau sembari menatap langit hitam di balkon kamarnya.Satu demi satu keluarga yang ia cintai telah mati. Hanya menyisakan Richard seorang, tetapi Richard justru memutuskan untuk keluar dari silsilah keluarga Alexander King.“Lucu sekali…” gumam Alexander King seperti sedang menertawai kehidupannya sendiri. Terlepas dari itu semua, ia cukup menikmati keheningan malam itu sembari menanti kedatangan jasad putra kandun
Perlahan-lahan, matahari tenggelam mengiringi kematian Hazelle King. Dalam suasana berkabung, Richard mengirim telepati kepada pasukan Red Skull dan meminta mereka untuk bergegas menjauh dari pulau Sangorufu. Tak lama lagi, bom dipulau itu akan mengeluarkan gelombang kejut yang cukup besar.Beberapa detik sebelum ledakan besar terjadi di pulau Sangorufu, beberapa kapal pasukan Red Skull telah berhasil membuat jarak aman dari ledakan, termasuk kapal Richard yang sedari awal telah digerakkan oleh kekuatan Richard untuk menjauh dari pulau Sangorufu.Namun, beberapa kapal lain mengalami nasib buruk karena gagal membuat jarak aman dan akhirnya terdampak ledakan besar. Penumpang-penumpang kapal itu menjerit lalu berjatuhan ke laut. Puing-puing kapal yang terbakar berserakan di atas permukaan laut, membuat para korban yang jatuh semakin kesulitan untuk menyelamatkan diri.Beruntung, tak lama berselang datanglah tim evakuasi yang dipimpin oleh Tom Haley.Tom Haley yang mendapat laporan adanya
Tanpa diduga oleh siapa pun, terdengar suara letusan tembakan dari arah kapal tempat Richard mengistirahatkan Hazelle dan Daisy. Kekhawatiran Richard kian membesar ketika ia mendengar jeritan Daisy mengiringi suara tembakan itu.Mengingat, suara tembakan tak pernah menjadi pertanda baik bagi siapa pun, Richard melesatkan tubuhnya ke kapal tempat Daisy dan Hazelle berada.Benar saja, ketika Richard telah tiba di dek kapal, ia melihat Daisy dan Hazelle bersimbah darah. Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat ia melihat lubang merah menganga di dada Hazelle King.Meski Hazelle menampakkan senyum damai, Richard menghambur menghampiri Hazelle yang terkulai di atas dek kapal.“Hazelle mencoba untuk melindungiku, Richard… Dia terluka karena aku… Ini salahku…” Daisy menundukkan kepala hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai kapal. Tangisan Daisy pecah sebagaimana ia merasa bersalah terhadap Hazelle dan Richard.“Daisy…” Hazelle menggelengkan kepala menatap adik iparnya, seolah memberi
Jack Moriarty merasa nyawanya tak mungkin terselamatkan. Ketika ia tahu kematian sudah datang semakin dekat, beberapa waktu lalu dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Richard. Jack Moriarty bersedia membantu Richard semampu dirinya, sebagai timbal balik, Jack meminta Richard untuk menyelamatkan Kelly dan janin yang ada di dalam perut Kelly, kekasih Jack.Richard setuju, dan begitulah, keduanya lantas saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.‘Jack, cepat katakan apa yang ingin kau katakan!’ Richard tak sabar untuk mendengar pesan telepati dari Jack. Hanya saja, bukannya mendengar pesan dari Jack, Richard justru dikejutkan oleh suara lain.“Richard Forger…!”Hammer Moriarty telah terbebas dari kelumpuhan. Wajahnya berseri-seri saat melihat betapa ambisiusnya Richard yang ingin menyelamatkan Hazelle King. “Hei, bukankah ada obrolan kita yang terputus? Kau lupa?”Richard menoleh ke arah Hammer Moriarty dengan dahi berkerut.“Forge