Share

Part 3

Richard Forger menelan ludah, ia tak menduga jika gadis muda yang baru saja mempersilakannya masuk kini mendapati masalah karena dirinya.

“Nona, aku memiliki kartu…” Richard berniat menjawab tudingan Bellatrix terhadap Daisy tetapi Bellatrix segera mengacungkan telunjuknya tepat ke jidat Richard.

“Damn! Siapa yang memberimu izin untuk berbicara padaku? Shit, aku sedang berbicara pada sepupuku yang bodoh ini!” Bellatrix lantas berganti menudingkan telunjuknya ke arah Daisy yang menunduk tak nyaman.

“Bella, dia membawa kartu undangan dari kakek. Percayalah… Kita harus menyambutnya atau…”

“Aku tak peduli! Seperti biasa, semua keputusan yang kau ambil akan berujung pada petaka. Kali ini, kuperingatkan sekali lagi! Usir gembel ini atau…”

Bellatrix belum sempat melanjutkan kalimatnya ketika dari arah belakang, terdengar suara omelan khas perempuan tua, dialah Sandra Miller, perempuan berusia tujuh puluhan tahun yang merupakan istri dari James Miller. Sandra membenci keributan meski di saat yang sama ia adalah sosok yang kerap membuat keributan.

“Apa kalian ingin membunuhku dengan membuat keributan seperti ini, heh? Kalian berharap tensi jantungku naik? Oh, dasar kalian cucu-cucu yang tak beradab!” Sandra Miller mengacung-acungkan tangannya ke arah Daisy dan Bellatrix, ketika tangannya tak sengaja menunjuk ke arah Richard, Sandra refleks mundur dan menutup mulut menggunakan dua tangan.

“Tunggu! Siapa yang memberinya izin untuk mengotori ruang tamuku?!” Sandra memekik tak terima.

Teriakan Sandra semakin membuat Richard kikuk, untuk alasan yang sulit dipahami, ia merasa kasihan pada Daisy karena kemarahan Bellatrix dan Sandra akan tertumpu pada gadis malang itu. Sayangnya, teriakan Sandra pada akhirnya berhasil membuat satu orang lagi di keluarga Miller datang ke ruang tamu.

Tak jauh berbeda dengan Bellatrix, orang yang datang ke ruang tamu segera memberikan tatapan sinis ke arah Richard.

“Bukankah kita sudah memberi tahu security bahwa kita tak sedang membuka lowongan pembantu?” Nancy yang merupakan ibu dari Bellatrix mengerutkan dahi mengamati Richard.

“Tampangnya seperti tukang pengangkut sampah, oh, rumah kita bahkan tak punya sampah. Justru, untuk saat ini, dia tampak lebih mirip sampah di rumah ini!” Bellatrix mencemooh Richard lalu menjelaskan secara singkat pada ibunya bagaimana Richard bisa masuk ke ruang tamu.

“Ibu, Bella benar! Kau harus lebih keras lagi pada Daisy. Lihat apa yang ia perbuat, semakin lama sepertinya otak Daisy semakin dungu!” Nancy berujar seraya mengelus-elus pundak Bellatrix, seolah hatinya sedang berkata. ‘Untung aku memiliki putri brillian seperti Bella. Harta warisan keluarga Miller akan mengalir lebih deras untuk cucu yang cerdas!’

“Kalian semua! Bisakah untuk tidak memojokkan Nona Daisy?! Lihat, aku memegang kartu ini dan seharusnya aku sudah bertemu Tuan Miller sekarang!” Pada akhirnya, Richard mengacungkan kartu hitam menyerupai wasit sepak bola mengeluarkan kartu merah.

Semua orang di ruang tamu masih ingin mencemooh Richard, tetapi kartu hitam di tangan Richard segera mengalihkan perhatian mereka.

“Suamiku sedang ada urusan di luar negeri selama tiga bulan ke depan.” Sandra menarik napas pelan-pelan, kartu hitam di tangan Richard bukanlah kartu sembarangan. Tak mau mendapat murka dari suaminya, Sandra pelan-pelan mendekati Richard untuk memeriksa keaslian kartu itu.

Richard dengan penuh percaya diri menyerahkan kartu hitam di tangannya. Sesuai prediksi Richard, Sandra menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.

“Sial! Kartu ini asli!” Sandra mengumpat pelan, ia lantas menoleh ke arah Bellatrix lalu membuat perintah. “Bella, ambil laptopmu, sambungkan teleconference kepada James dan mari kita dengar penjelasan darinya.”

Untuk pertama kalinya, Daisy bisa bernapas lega.

Kali itu, semua orang tengah duduk di ruang tamu dengan laptop di meja yang sedang menyambungkan teleconference dengan James Miller.

“Apa yang membuat kalian berkumpul dan menghubungiku?”

Dari layar laptop, tampak James Miller sedang menyantap hidangan di sebuah restoran besar di luar negeri.

“Suamiku, lihat pemuda itu? Apa kau memang mengenalnya?” Sandra meminta James Miller untuk mengamati Richard.

Seketika, James Miller tersedak. Ia buru-buru minum lalu merapikan posisinya.

“Richard Forger?!” pekik James Miller tak percaya. “Richard, akhirnya kau datang juga!”

Semua orang di ruang tamu menelan ludah tak percaya. Pria gembel yang mereka hina benar-benar memiliki kedekatan dengan James Miller.

“Tuan James, mana calon istri yang kau janjikan padaku? Aku menerimanya dan ingin pernikahan diadakan dalam beberapa hari ke depan.”

Pertanyaan dan pernyataan Richard benar-benar seperti halilintar di siang bolong. Daisy, Bellatrix, Sandra, dan Nancy terkejut bersamaan. Ketika mereka ingin menanggapi ucapan Richard, dari layar laptop, James membuat isyarat agar semuanya diam.

“Richard, kebetulan sekali calonmu ada di sana. Cucuku yang bernama Bella, dia adalah yang paling cerdas dan mandiri. Dia untukmu.” James Miller menunjuk Bellatrix dengan senyum penuh bangga.

“Kakek! Apa-apaan ini? Kakek ingin menghancurkan masa depanku? Bagaimana bisa aku yang cemerlang ini harus berakhir menikahi pria menyedihkan seperti dia? Tidak! Aku alergi berat dengan pria payah seperti dia!”

Bellatrix ingin berkata lebih tetapi Nancy menghentikannya. Nancy memang tak menyetujui keputusan aneh ayahnya, tetapi, sebagai anggota keluarga Miller, mereka tak sepatutnya menunjukkan ketidaksopanan di depan James Miller.

“Ayah…” Nancy mencoba melembutkan nada suaranya. “Bella memang brilliant, seperti yang ayah ketahui selama ini. Tapi untuk sebuah pernikahan, aku sebagai ibunya sangat memahami jika mental Bella masih belum sampai ke sana. Ehm… Kurasa, Daisy bahkan jauh lebih siap menjadi istri daripada Bella. Lihat Daisy, dia tak bisa bekerja apa-apa di kantor, mungkin dia memang sengaja karena ingin menikah saja.”

Nancy pura-pura melirik Daisy dengan tatapan lembut. Sejatinya, ia ingin menjerumuskan Daisy untuk menikahi Richard yang payah.

Daisy menggeleng-gelengkan kepala. Posisinya sebagai cucu di keluarga Miller sudah cukup buruk karena banyak proyek yang ia kerjakan berujung gagal total. Jika ditambah harus menikahi pria payah, ia yakin masa depannya akan semakin suram. Daisy menampakkan ekspresi memohon sembari menggeleng-gelengkan kepala kepada sang kakek, seperti meminta James Miller untuk tidak menikahkan dirinya dengan Richard.

Saat melihat kejadian di depan matanya, Richard ternyata memiliki keputusan sendiri. Ia pun berdeham dan membuat semua orang menoleh ke arah dirinya.

“Tuan James, Bella sepertinya memang tidak akan cocok denganku. Sebaliknya, aku rasa Daisy lebih cocok.”

“Ha ha ha! Tentu saja Daisy serasi denganmu, kalian sama-sama payah!” Bellatrix tertawa terbahak-bahak tetapi sedetik kemudian, tangan Nancy mendarat keras di pipi Bella.

“Lihat, ayah! Bocah ini masih butuh bimbingan! Sepertinya memang Daisy yang paling cocok menjalani kehidupan pernikahan.”

Bellatrix ingin mengeluh tetapi ia tahu ibunya sedang mencoba meyakinkan kakeknya untuk tidak menjodohkannya dengan Richard.

“Bagaimana James?” Sandra yang diam cukup lama akhirnya buka suara. “Kau memilih Bella, Richard memilih Daisy. Mana keputusanmu?”

James Miller mengamati semuanya, lalu berujar dengan penuh keyakinan.

“Daisy! Daisy akan menikah dengan Richard tiga hari ke depan!”

Bellatrix dan Nancy menjerit bahagia dalam hati sementara Daisy menghela napas kecewa.

‘Daisy, kau mungkin sedih untuk saat ini. Tapi percayalah, aku akan menjadi suami yang patut untuk dirimu.’

“Ibu.” Bellatrix berbisik pada Nancy. “Keluarga Miller sekarang mempunyai dua tikus mainan. Jika kita bosan bermain dengan Daisy, kita akan mendapat hiburan dari suami payahnya. Hi hi hi…”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Roe
ramee rombongan .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status