Home / Romansa / Suami Idaman / jarak yang mengeratkan

Share

jarak yang mengeratkan

Author: vano ilham
last update Huling Na-update: 2025-06-01 10:15:35

Langit pagi di kota itu sejuk, seperti menyimpan rahasia semalam yang belum selesai dibicarakan. Aya duduk di tepi ranjang, menatap bayangan dirinya di cermin. Wajahnya tampak lelah, namun ada semburat tenang yang menggurat lembut di sudut bibirnya.

Semalam ia menangis dalam pelukan Elvano. Bukan karena sedih, tapi karena untuk pertama kalinya, ia merasa didengar dan tidak harus menjadi kuat sendirian. Ia tak menyangka akan sehancur itu hanya karena pria itu bilang ingin tinggal.

Tapi pagi ini, yang menyapa hanya kesunyian. Elvano tak lagi ada di ruang tamu seperti biasa. Tidak ada aroma kopi. Tidak ada bunyi langkah kakinya di dapur.

Aya bangkit perlahan, mengenakan sweaternya, lalu berjalan ke meja makan. Sepucuk surat tertempel di kulkas.

> “Aku harus terbang ke Surabaya pagi ini, urgent. Papa tiba-tiba jatuh sakit. Aku nggak bangunin kamu karena kamu kelihatan capek banget. Jaga diri ya, aku bakal kabarin terus. — Elvano.”

Aya menatap
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Suami Idaman   saat aku tak tau Harus tertawa atau menangis

    Malam itu, setelah Rafi tertidur dengan boneka paus barunya yang dia beri nama "Ubu", Aya dan Elvano duduk di teras depan. Angin malam menyentuh pelan daun-daun jambu, suara jangkrik menjadi latar yang tak henti.Aya menggenggam cangkir teh jahe hangatnya. Matanya tak lepas dari bulan yang belum sepenuhnya bundar. Sementara Elvano duduk menyamping, tangan kirinya menopang kepala, dan mata menatap istrinya yang diam.“Kenapa kamu kelihatan seperti lagi mikirin cara bayar utang padahal gak punya utang?” tanya Elvano, menyelipkan canda yang biasa.Aya menoleh pelan, lalu tersenyum singkat. “Aku cuma... takut.”“Takut?”Aya mengangguk. “Iya. Takut terlalu bahagia.”Elvano terdiam. Tidak tertawa. Tidak membalas dengan candaan seperti biasanya. Ia hanya menatap perempuan di sampingnya itu. Perempuan yang dulu mudah sekali menangis karena hal remeh, yang dulu sering marah hanya karena bantal kursi tidak simetris.“Gak ada yang

  • Suami Idaman   karena Cinta Butuh latihan

    Pagi itu langit mendung. Bukan mendung yang berat, tapi cukup untuk membuat suasana terasa sendu. Di dalam rumah kecil itu, Elvano duduk di teras dengan secangkir teh panas, selimut di bahu, dan pandangan kosong ke arah jalanan depan rumah.Sudah dua hari ini Aya tak banyak bicara.Bukan karena mereka bertengkar. Bukan juga karena Aya marah. Tapi karena… dia sedang mencoba diam. Sebuah eksperimen yang katanya penting untuk keseimbangan emosi. Sesuatu yang dia baca dari buku psikologi yang baru saja dia beli di toko buku diskon."Aku pengin nyoba mindfulness," katanya waktu itu.Elvano mengangguk saja, meski dalam hati bingung. “Mindfulness” terdengar seperti nama sabun mandi.Dan sekarang, dua hari kemudian, Elvano merasa seperti tinggal bersama hantu. Aya tetap masak, tetap nyetrika, tetap senyum kalau Elvano pulang kerja… tapi semuanya dilakukan dalam keheningan yang bikin Elvano ngeri.Bahkan saat Elvano ngelawak semalaman pun

  • Suami Idaman   aku, kamu dan masalah sepele yang gak pernah sepele

    Pagi itu, matahari masih malu-malu menampakkan diri. Aroma sisa hujan malam sebelumnya masih melekat di udara. Aya berdiri di dapur dengan daster biru muda yang sudah mulai lusuh di bagian lengan. Rambutnya digulung asal, dan wajahnya belum tersentuh bedak sedikit pun.Ia sedang mencoba membuka tutup botol kecap manis.“Yaa ampun! Siapa sih yang nutup ini kayak mau nyegel nuklir!” gumamnya sambil mengerahkan seluruh tenaga, pipi menegang, tangan berotot, mata melotot.Tiba-tiba Elvano datang dari belakang, masih setengah sadar. Rambut acak-acakan, kaus tidur gombrong, dan langkah kakinya seperti zombie. Ia melihat istrinya yang sedang bertarung hidup-mati dengan botol kecap.“Pagi,” katanya sambil menguap.Aya tetap fokus. “Nggak bisa buka, nih! Tangan kamu mana, sini!”Dengan pasrah, Elvano mengambil botol itu, memutarnya pelan, dan klik… terbuka.Aya terdiam. “Itu tadi aku yang bikin longgar, makanya kamu bisa buka.”

  • Suami Idaman   Rumah Tangga rasa nano-nano

    “Ayaaa! Kamu lihat celana boxerku yang warna biru nggak?!”Teriakan Elvano menggema dari dalam kamar. Sementara di dapur, Aya yang tengah memotong tomat langsung berhenti dan mendesah keras. Ia menatap pisau di tangannya seolah sedang menahan diri agar tak melemparkannya ke arah suara tadi.“Masak juga sambil nyariin boxer. Dunia milik siapa sih, Mas?” gerutunya sambil berjalan cepat ke arah kamar.Begitu masuk, ia melihat Elvano sedang membuka lemari dengan ekspresi frustasi seperti anak hilang. Pakaian-pakaian sudah setengah berantakan. Beberapa bahkan sudah tergeletak di lantai.“MAS! Itu lho boxernya, di gantungan belakang pintu!” teriak Aya sambil menunjuk.Elvano berbalik cepat, lalu mengangkat celana dalam berwarna biru itu seperti menemukan harta karun. “YES! Ini dia!”Aya melipat tangan di dada. “Gimana ya… Kadang aku merasa kayak punya anak dua. Rafi sama suaminya.”Elvano cengengesan sambil memakai boxernya. “

  • Suami Idaman   yang tak pernah aku sadari

    Pagi datang tanpa suara. Sinar matahari mengendap-endap masuk lewat tirai tipis jendela kamar, memantul di dinding berwarna lembut yang baru dicat seminggu lalu. Aya membuka mata perlahan, bukan karena alarm, tapi karena aroma nasi goreng yang menari-nari di udara.Dia mengedip pelan. Biasanya, dia yang bangun lebih dulu dan membangunkan Elvano dengan omelan khasnya. Tapi pagi ini berbeda. Tempat tidur di sampingnya kosong, hanya menyisakan lipatan rapi dan sedikit aroma wangi tubuh suaminya.Aya bangkit, berjalan pelan ke dapur. Rambutnya masih berantakan, matanya masih berat. Tapi ketika dia sampai di ambang pintu dapur, dia terdiam.Elvano ada di sana. Memakai celemek bergambar ayam lucu yang dia belikan dulu hanya untuk iseng. Wajahnya serius, sedang membalik telur mata sapi, sementara wajan berisi nasi goreng mengepul pelan.Punggung itu... bahu itu... tangan yang terbiasa menggenggam tangannya dengan tenang—semuanya terasa begitu nyata. Begi

  • Suami Idaman   kota baru rasa lama

    Kereta api meluncur membelah pagi. Jendela kaca di sisi kanan memperlihatkan hamparan sawah yang perlahan digantikan gedung-gedung tinggi. Elvano duduk di dekat jendela, sementara Aya menyandarkan kepala di bahunya, dengan mata setengah terpejam.“Ini pertama kalinya aku naik kereta bareng kamu,” gumam Aya pelan.Elvano tersenyum, mencium ubun-ubunnya. “Pertama, tapi bukan yang terakhir.”Aya tersenyum kecil. “Kamu tahu nggak? Aku sempat takut... kalau pergi ke kota itu, kamu bakal berubah.”“El?”“Hm?”“Kamu janji ya... jangan jadi Elvano yang beda.”Elvano menoleh, menatap wajah istrinya. “Yang berubah itu kamu, Ay. Tapi aku tetap Elvano yang jatuh cinta sama perempuan cerewet yang marah-marah kalau telur dadarnya nggak bulat.”Aya tertawa kecil. “Itu bukan cerewet. Itu... perfeksionis.”Mereka tertawa berdua. Di sekeliling mereka, penumpang lain tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tapi di an

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status