Seperti yang sudah dijadwalkan. Aku dan Arsen akhirnya berangkat ke Bali untuk pergi berlibur dan meninggalkan Bang Gavin juga cerita barunya bersama Keyla. Entah seperti apa kelanjutan hubungan mereka, yang pasti untuk saat ini aku hanya ingin menikmati momen berdua bersama Arsen.Meski bukan pengantin baru, namun rasa dan kesan itu masih sangat kental. Ini adalah honeymoon pertama kami. Semoga saja momen ini lebih mempererat lagi cinta kami berdua.Kami menginap di salah satu hotel yang langsung berhadapan dengan pantai. Setiap pagi dan sore kami bisa menikmati keindahan pantai hanya dari teras saja.Hap!Seseorang menutup mataku. Tanpa perlu bicara, aku tau itu pasti Arsen.Aku hanya tersenyum seraya menurunkan tangannya perlahan dan berbalik."Tadaa!"Arsen menyodorkan sebuah kotak yang dibungkus rapih menggunakan kertas kado."Apa ini?" tanyaku."Buka aja sendiri! Atau, mau aku bukain?" ucapnya seraya mengangkat alis.Aku langsung meraih kotak tersebut dan segera membukanya.Seke
Memangnya apalagi yang bisa dilakukan dua insan dalam momen seperti ini, selain bermesraan dan terus memupuk cinta?Arsen membopong tubuhku menuju kamar. Perjalanan sore kami sudah selesai hanya sampai jam lima saja.Kamar mandi adalah tujuan awal kami seperti biasanya. Membersihkan diri usai berjalan-jalan diluar adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan."Kayanya aku mau nambah masa liburan kita. Barang sehari atau dua hari lagi, gitu. Gimana menurut kamu?" tanya Arsen begitu ia meletakkan tubuhku di bathtub."Kamu gak kangen ibu apa? Ini udah hampir sepuluh hari, loh!" sahutku."Jadi, ceritanya ... kamu udah bosen, nih?" tanya Arsen seraya mengangkat sebelah alisnya."Bukan begitu, sayang ...-"Ucapanku terjeda kala Arsen malah melumat bibirku. Seperti kebiasaannya, tak pernah ada aba-aba untuk setiap serangan yang ia berikan.Lagi ... untuk yang kesekian kalinya kami memadu kasih.Tak kenal waktu, tak kenal tempat, selagi tak ada halangan kapanpun Arsen mau, tanpa bicara ia pasti
Ting!Sebuah notif wa muncul dari ponsel Arsen. Aku meraih ponselnya dan melihat sederet pesan yang ternyata dari Bang Gavin.[Arsen, loe niat bulan madu atau berencana pindah ke sana sih?]Aku langsung tersenyum sendiri saat membaca pesan tersebut. Tanpa meminta persetujuan Arsen akupun lantas membalasnya.[Memangnya kenapa bang? Kangen, ya?] balasku disertai emot tertawa.[Idih! Geli gue bacanya!][Gue cuma mau ngabarin kalau Minggu depan gue mau nikah!][Gue gak mau tau, pokoknya loe harus datang! Loe harus bantu persiapin semuanya, itung-itung balas budi karena gue juga udah bantu acara resepsi loe.]Mataku seketika langsung membulat saat melihat sederet pesan dari Bang Gavin."Bang Gavin mau nikah? Dengan siapa?" gumamku."Hayo! Lagi ngapain? Kok bengong?" ucap Arsen yang baru saja keluar dari kamar mandi."Minggu depan Bang Gavin mau nikah!" sahutku membuat Arsen langsung terbatuk."Serius?" tanyanya.Aku langsung menyodorkan ponsel Arsen dan menyuruhnya untuk membacanya sendiri
Pergi liburan dengan penuh tawa sedangkan pulang dengan menekuk muka.Ya, entah kenapa perasaanku jadi sangat sensitif. Masalah Arsen yang kemarin mengintip akun sosial medianya Keyla masih membuatku kesal dan enggan bicara padanya.Beberapa kali Arsen terus menjelaskan, beberapa kali juga ia meminta maaf dan mencoba untuk meluluhkan rasa marahku, namun ... aku tetap saja marah padanya."Sayang, jangan diem gini terus, dong! Malu sama ibu, masa pulang honeymoon malah diem-dieman gini!" ucap Arsen begitu kami tiba di bandara."Tau, ah! Aku lagi bad mood!" sahutku singkat."Eh, eh, itu, awaaas!"Brukk!Aku meringis saat jatuh tersungkur karena ulah Arsen. Entah apa yang membuatnya begitu terlihat panik dan berlari sampai-sampai ia menyenggolku.Kekesalanku padanya kini semakin bertambah. Apalagi saat Arsen mengabaikan ku dan membiarkan aku bangun sendiri."Arseen?!" teriakku geram.Kususul langkahnya yang begitu cepat dan ternyata ... Hap!Arsen menyelamatkan seorang wanita yang hampir
"Alhamdulillah, kalian sudah pulang!" seru Bu Hanum menyambut kedatangan kami.Aku langsung memeluk beliau untuk menumpahkan rasa rindu. Sedangkan Arsen juga ikut nimbrung seraya bercanda. Aku yang memang masih kesal padanya langsung menepisnya dengan kasar lalu menggandeng tangan Bu Hanum menuju dapur. Membiarkan Arsen melongo sendiri di ambang pintu."Kamu, kok?"Bu Hanum nampak bingung dengan sikapku pada Arsen. Namun, aku enggan untuk menjelaskan dan malah mengalihkan pembicaraan dengan memuji aneka makanan yang tersaji."Iya, iya! Gak usah berlebihan gitu, ah! Gimana liburannya? Seru gak?" Bu Hanum malah kembali mengalihkan pembicaraan."Seru dong, Bu! Padahal kami masih betah, sebenarnya ingin menambah waktu barang dua atau tiga hari lagi. Cuma, gara-gara Bang Gavin yang katanya mau nikah, kita jadi pulang deh!" timpal Arsen.Aku hanya meliriknya dengan sinis saat Arsen berbicara seraya menggodaku."Oh, gitu ...," gumam Bu Hanum pelan. Sesekali ia menatapku dan Arsen secara ber
"Astaga, Arsen?!" pekikku begitu aku masuk kamar.Kepalaku seketika terasa panas saat melihat kondisi kamar yang berantakan.Handuk basah tergeletak di atas kasur, baju dan celana kotor berceceran di lantai, sedangkan Arsen sendiri nampak sedang membongkar koper tanpa langsung memasukkan pakaiannya ke dalam lemari. Sepertinya ia memang sedang mencari sesuatu."Iya sayang ... kenapa?" tanyanya seraya tersenyum manja."Kamu ngapain sih, berantakin kamar? Kayak anak kecil aja tau gak sih?!" omelku seraya memungut satu persatu baju kotor yang ia biarkan begitu saja."Maaf, Ze! Aku lagi cari celana dalam. Kemarin kamu taro dimana sih?" ucapnya tanpa menoleh padaku. Kali ini Arsen nampak fokus mengacak-acak isi kopernya.Entah kenapa, melihat hal itu emosiku begitu memuncak. Sebagai seorang istri aku merasa tak dihargai. Aku membereskan pakaiannya ke dalam koper dengan sangat rapih, tapi dia malah mengacak-acak nya begitu saja. Apalagi saat ini aku juga sedang mencoba untuk membereskan kama
"Saya terima nikahnya Alifa Zea Amanda bin Syaron Wardana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"Deg!"Kenapa pria ini mampu mengucapkan kalimat tersebut dengan lancar?" batinku tak percaya kala mendengar ikrar suci tersebut. Dadaku tiba-tiba saja terasa sesak dan penuh dengan rasa kekesalan dan kekecewaan.Biar bagaimanapun, aku telah lama menantikan momen sakral ini. Namun sayangnya, bukan dengan pria yang kini duduk di sampingku."Horee ...! Arsen akhirnya punya istri!"Tiba-tiba saja, ia bersorak seraya bangkit dari duduknya. Melompat-lompat bak anak kecil yang senang karena dapat permen. Kontan saja hal itu menambah rasa ilfill-ku padanya. Untungnya, Bu Hanum yang kini telah menjadi mertuaku itu, langsung menghampiri anak semata wayangnya dan membujuk Arsen untuk kembali duduk dan mengaminkan doa yang belum selesai dibacakan."Arsen duduk dulu, ya! Aminkan doanya, supaya pernikahan kalian diberkahi oleh Allah," bisiknya.Pria yang memiliki nama lengkap Arsenio Cleosa Raymo
Aku mengerjapkan mata, lalu berjalan menghampiri Arsen."Apa kamu bilang? Pakein?" tanyaku memastikan."Iya, biasanya ibu yang melakukannya. Tapi, ibu bilang sekarang tugasnya digantiin sama kamu," sahutnya."Em, ta-tapi–""Oh, iya. Aku juga belum mandi, biasanya ibu yang mandiin," ucapnya menghentikan kalimatku, “jadi, kamu bisa bantu aku, kan?”"A-apa?" Lagi-lagi aku dibuat kaget dengan ucapannya. "Seberat inikah tugas seorang istri di malam pertama?" batinku lirih."Aku belum mandi dan udah gerah sekali. Biasanya, ibu yang mandiin." "Iya, aku udah denger," sahutku mulai frustasi."Loh, kan tadi kan kamu nanya, makanya aku jawab," tuturnya seraya mengadu-adukan kedua jari telunjuknya.Aku menghela nafas, lalu mencoba untuk tersenyum padanya."Arsen, emang kamu gak bisa mandi sendiri?" tanyaku seraya menatapnya dari atas hingga bawah. Namun, pria itu hanya menggeleng dengan tampang polosnya. Sontak, aku mengusap wajahku perlahan. Ucapan dan tingkah Arsen memang seperti anak keci