Share

Aroma yang Lain

Author: Lisnaasaarii
last update Last Updated: 2025-01-24 10:39:07

“Dasar wanita mabok!”

Hanya itu kalimat dingin yang terucap dari pria di depan Bening. Masih berusaha melepaskan gelayut tangan Bening yang kian memohon untuk tak ditinggal.

“Aku nggak mabuk, Mas!” Suara Bening terdengar kian berat. “Kamu boleh lakuin apapun ke aku! Aku rela!”

Tangannya bahkan entah mengapa begitu gila hingga menggerayangi dada pria di depannya. Pria yang di mata Bening adalah Cakra –Suaminya. Ia merasa takut dan was-was jikalau laki-laki yang memberinya botol dengan label kusam itu akan kembali menggodai dirinya.

“Ayo kita pergi!” ajak Bening menyusul kalimatnya sendiri. Karena pria di depannya masih tampak bingung dan linglung.

“Ayo, Mas!” Begitu saja tangan Bening menarik pria di depannya. Tanpa peduli jika gaunnya yang basah menodai pakaian pria itu.

“Nggak. Lepas!” Kalimat penolakan itu terdengar kian dingin. Disertai tepisan tipis tanda penolakan.

Bening tak menyerah. Tangannya terus merayu dan mengajak supaya mereka lekas hengkang dari sana. “Ayo, Maaaas! Nanti laki-laki itu balik lagi. Aku takuuuut!”

“Ayooo!”

Pria yang awalnya tampak ragu itu pun mulai bergegas mengangkat kaki. Berjalan ke arah Bening menariknya. Lalu membawa Bening pergi. Anehnya, dalam pandangan Bening ... mengapa Cakra tampak berbeda sekarang? Tampak memiliki kulit lebih bersih dan ketampanannya berlipat ganda.

Ah, pasti karena ini adalah malam pertama mereka. Jadi, segalanya tampak lebih indah dan sempurna.

Tanpa disadari Bening sudah melengkungkan bibir. Menatap pria yang ia kira Cakra itu dengan berbunga-bunga. Ia tak sabar untuk tiba di kamar dan bermesraan.

Belum tiba di kamar yang ia impikan, pandangan Bening justru mulai memburam. Kepalanya berat dan semuanya berkunang-kunang. Ia pusing dan ingin muntah. Perutnya mual. Rasanya seperti masuk angin dengan kerongkongan yang pahit.

Hoek!

Tak ayal. Perut Bening yang mual dan kondisi pening menyerang kepalanya membuat seluruh isi perut keluar. Sejadi-jadinya. Ia bahkan masih mendengar suara pria di hadapannya mengomel tapi ia tak peduli karena Cakra pasti akan tetap membersihkan semuanya. Suaminya itu mencintai dirinya. Muntahan pun pasti akan dibersihkan.

Hoek!

“Bajuku astagaaa!” Suara penuh putus asa terdengar menahan amarah.

“Ma-maaf ya, Mas! Tapi perutku mual banget. Pusing juga,” terang Bening dengan suara hampir hilang.

Tubuhnya lemas dan selebihnya ia seperti kehilangan daya. Bagaikan tubuh tanpa tulang penyangga.

Yang hanya terekam oleh Bening adalah bahwa ia digendong masuk ke dalam kamar yang ranjangnya berwarna putih. Persis seperti kamar pengantin. Tapi, di mana taburan mawar merah di atasnya? Mengapa tiada?

Persetan dengan mawar merah. Yang jelas ia sudah berada di kamar bersama Cakra. Tak ada yang perlu ia takutkan lagi. Ia sudah aman.

“Perempuan merepotkan!” Suara terdengar kejam itu disusul napas lelah.

“Aku nggak kenal siapa kamu. Dari mana usulmu. Jadi, malam ini kamu tidur di sini! Besok kalau sudah sadar, kamu bisa urus dirimu sendiri! Oke!”

Tampak pria itu hendak berbalik arah. Tentu saja Bening tak tinggal diam. Suaminya mau ke mana? Mengapa berucap sekejam itu kepadanya? Apakah suaminya amnesia bahwa malam ini adalah malam pertama mereka?

Meski dengan tenaga yang hampir habis, Bening berhasil meraih tangan pria di depannya. Pria yang masih ia kira sebagai suaminya.

“Mas ngomong apa sih? Mas juga mau ke mana?”

“Aku nggak mau yaa ditinggal lagi! Kalau laki-laki jahat tadi ke sini gimana?”

“Nggak mau tau. Ini malam kita. Aku mau Mas di sini.”

“Lagian aneh aja. Masa di malam yang spesial begini Mas malah mau pergi. Mas nggak pengen sama aku?” tanya Bening menatap manik mata legam suaminya itu. Bibirnya pun sengaja dimanyunkan untuk menggoda.

Pria itu terdiam.

Bening tak memberi kesempatan dan memeluk si pria itu dengan erat. “Aku kedinginan, Mas. Bajuku basah ini. Mas bantu lepasin ya!” Terasa oleh dirinya sendiri bahwa kelopak matanya berkedip-kedip pelan. Rileks, santai, dan manja selayaknya kepada yang tercinta.

“Astaga! Jangan panggil mas! Aku ini bukan masmu.”

Lagi. Penolakan itu sungguh terang-terangan. Namun, karena Bening dalam keadaan setengah sadar, ia tak mempedulikan penolakan itu. Ia justru tertantang menggodai sang suami. Bukankah istri yang inisiatif lebih dulu akan disukai suaminya? Dan bukankah yang demikian itu banyak pahalanya?

“Oke. Kalau Mas nggak mau aku panggil mas. Aku panggil dengan sapaan lain. Gimana kalau AYANG? Terdengar mesra, kan?” Bening memamerkan sederet giginya yang kecil nun rapi.

“Ayo dong! Bajuku basah lo ini. Udah muntah-muntah juga. Pasti masuk angin! Ayang nggak khawatir?”

“Aku perlu diangetin!”

Kali ini Bening tidak hanya menyerang lewat kata-kata. Tangannya terus merajai pria di depannya. Meraba sisi-sisi yang ia tahu adalah titik sensitif makhluk adam di bumi. Wajahnya pun bergerak mendekati sang suami. Hendak menghapus jarak di antara mereka.

“Tapi, kok aroma parfum Ayang beda, ya?” Per sekian detik Bening mengendus-endus. Aromanya memang berbeda.

“Ini parfum baru?”

Bening terus bertanya tanpa benar-benar mengharap jawaban. Di telinganya ia merekam jelas bagaimana ritme suara napas pria yang kini sangat dekat dengannya itu. Aroma parfum kali ini pun tak sesegar biasanya. Justru seperti kayu-kayuan yang manis, lembut, dan hangat.

Cup!

Permukaan pipi Cakra pun tidak seperti biasanya. Kali ini sedikit kasar dan membuat kulit wajah Bening terhenyak. Tetapi, sebelum ia sempat mengutarakan tanda tanyanya, pria di depannya lebih dulu memberi peringatan dengan suara gusar.

“Menjauhlah! Lepas bajumu sendiri dan berangkatlah tidur!”

“Atau kau akan menyesal!”

Bening terkekeh. Suaminya ternyata lucu sekali. Mengajaknya bermain drama sebelum masuk ke menu utama. Akan ia ladeni.

Ia akan membuat Cakra tak akan pernah bisa melupakan malam ini. Bening akan menunjukkan sisi dirinya yang lain. Sisi liarnya yang selama ini tidak pernah Cakra tahu. Sisi nakal yang pasti akan sangat suaminya suka.

“Aku bahkan bakalan nyesel kalau malam ini tidur gitu aja, Ayang!” Bening menarik sebelah sudut bibirnya. Mengangat tangannya, bergerak maju, dan mengalungkannya ke leher pria yang masih ia kira sebagai suaminya.

Pria itu hendak bergerak mundur dan menjauhkan tubuh. Namun, Bening tak membiarkan itu terjadi. Justru ia agresif dan lebih dulu mendekatkan wajah mereka. Mencium bibir pria di hadapannya ... yang mengejutkannya beraroma lain, tak seperti aroma bibir Cakra biasanya.

Sempat terhenyak, Bening tak mau mempersoalkan itu. Ia masih membiarkan bibirnya singgah dan mencoba mengenali rasa asing di sana. Tak lama, ciuman singkat itu usai dengan lembut. Diiringi bisikan lembut tetapi tajam menusuk.

“Sudahi kegilaanmu, wanita mabok!”

“Sebelum malam ini menjadi malam yang tidak pernah kamu inginkan terjadi.”

Bening membisu. Tak menyahuti kalimat tersebut. Hanya tubuhnyalah yang kembali mendekat.

“Aku sudah peringkatkan!” Suara itu tak lagi sedingin tadi. Menahan bahu Bening untuk diam tak bergerak.

Bening tersenyum simpul, menatap tangan di bahunya, dan kembali matanya terarah ke bibir yang sekejap lalu memberinya rasa asing yang entah mengapa ... ia kembali penasaran.

Tak berpikir dua kali, Bening kembali melajukan diri. Mendekatkan wajah, menghapus jarak, dan membuat detik waktu seakan berhenti.

Kali ini ciumannya berbalas. Bahkan meskipun asing, rasanya begitu hangat dan dahsyat. Menuntut dan sangat liar. Tubuhnya ringan terbang diiringi aroma kayu-kayuan yang hangat dan membuatnya tentram.

“Semoga kamu tidak pernah menyesal, Nona!” Hanya itu yang Bening dengar sesaat setelah tautan bibir mereka terlepas.

Tubuhnya didorong pelan dan berakhir di atas permukaan ranjang. Sebelum akhirnya tubuhnya benar-benar terbang ke awang. Malam ini ... malam pertama ini, Bening tahu bagaimana rasanya menjadi wanita yang utuh dan penuh.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Khianat, Terbitlah Bos Dayat   Imbalan Tutup Mulut

    Dayat tersenyum kecil, tidak kaget sama sekali. Justru, pria itu menatap Bening dengan cara yang membuat Bening semakin gelisah—tatapan seperti seseorang yang sudah tahu rahasia sebelum si pemilik rahasia mengungkapkannya."Aku tahu," kata Dayat, nada suaranya ringan.Bening mengerjap. "Apa?"Dayat menyandarkan punggungnya ke kursi, menyilangkan tangan di dada. "Waktu kamu pingsan di rumah sakit, aku ada di sana. Aku dengar sendiri waktu dokter ngomong soal kehamilanmu."Bening terdiam. Ada sesuatu yang dingin merayap di tulang punggungnya."Jadi, aku cuma menunggu kapan kamu akhirnya bakal jujur." Dayat menatapnya lekat, bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis yang sulit diterjemahkan.Bening merasa darahnya berdesir. "Kalau kamu udah tahu, kenapa nggak bilang apa-apa?"Bening mengepalkan jemarinya, berusaha menahan gemetar yang menjalar hingga ke ujung jari. Udara di dalam kafe terasa semakin berat. Di hadapannya, Dayat dud

  • Suami Khianat, Terbitlah Bos Dayat   Anak Ini ... Anakmu!

    Suara pria di seberang sana terdengar datar, tapi anehnya, seperti telah menunggu panggilan darinya. Hal itu menyalakan sesuatu dalam benak Bening—rasa tak nyaman yang tak bisa ia abaikan. Apakah Dayat benar-benar sudah menduga ia akan menghubunginya?Napas Bening tersengal halus. Bukan karena kelelahan, melainkan karena dadanya terasa sesak. Kata-kata yang ingin ia ucapkan seakan tersangkut di tenggorokan, tapi ia harus mengatakannya. Ia menggigit bibir bawah, mencoba mengendalikan getar suaranya sebelum akhirnya bicara."Aku cuma mau bilang terima kasih," katanya, berusaha terdengar tenang. "Sudah nolongin tadi. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku—""Sama-sama."Dayat memotongnya dengan nada santai, seakan sudah bisa menebak apa yang akan ia katakan. Bening terdiam sejenak. Ia menunggu, berharap Dayat akan menambahkan sesuatu, tapi tidak."Nggak perlu dipikirin," lanjut pria itu.Bening menggenggam ponsel lebih erat. Ada sesuatu dalam caranya berbicara—tenang, tapi seolah tidak member

  • Suami Khianat, Terbitlah Bos Dayat   Bening Hamil

    Flora baru saja hendak menata ulang kue-kue yang Bening buat ketika sesuatu yang tak terduga terjadi. Tubuh Bening yang semula berdiri tegak mendadak limbung, lalu ambruk. Flora terperanjat. Napasnya tercekat sejenak sebelum refleks menerjang ke arah sahabatnya itu.Belum sempat ia menjangkau, dua pelanggan yang baru saja masuk ke gerai lebih dulu bergerak. Salah satu dari mereka, pria bertubuh tinggi dan tegap, langsung menyambut tubuh Bening sebelum kepalanya benar-benar menghantam lantai.“Bening?” gumam pria tersebut, seakan mengenal perempuan yang kini tak sadarkan diri.Flora mengabaikan keheranannya dan buru-buru mengambil minyak kayu putih dari rak. Tangannya bekerja cepat, membalur kaki, pelipis, philtrum, dan leher Bening dengan minyak itu. Dada Bening naik turun pelan, namun tetap tak menunjukkan tanda-tanda sadar. Flora menggigit bibirnya, lalu dengan sedikit ragu, melonggarkan kancing baju bagian atas Bening agar pernapasannya lebih leluasa. Tapi tetap saja, tak ada respo

  • Suami Khianat, Terbitlah Bos Dayat   Suara Pria Familiar

    “Jawab, Bee!”Bening menatap Flora dengan ekspresi sulit ditebak. Pertanyaan sahabatnya tadi seperti tamparan yang telak. Apa yang sebenarnya ia rasakan? Ia sendiri pun bingung. Flora menunggu jawaban dengan tatapan penasaran. Bisa saja Bening menjawab pertanyaan sahabatnya dengan jujur, tetapi tentu itu tidak mungkin.Akhirnya, Bening memutuskan menyahut dengan pertanyaan balik yang berbalut sebuah canda."Pertanyaan aneh. Ya menurutmu buat apa punya suami?" jawabnya santai, seolah hal itu bukan sesuatu yang perlu dipikirkan dalam-dalam.Flora menghela napas. "Nah! Berarti udah disentuh, kan? Wajar aja kalau sewaktu-waktu kamu bisa hamil. Bersuami.”“Kamu tuh harusnya bersyukur, Bee! Hamil itu impian setiap istri, jadi jangan bilang nggak mungkin nggak mungkin terus!"“Nanti dicatat malaikat baru nyahok kamu.”Bening tersenyum tipis, menahan rasa yang menggelayut di dadanya. Bersyukur? Kalau orang lain tahu apa yang ia alami, pasti tidak akan ada yang berkata seperti itu.Sejak pembi

  • Suami Khianat, Terbitlah Bos Dayat   Terlambat Haid

    Huh!Bening hanya bisa memejamkan mata seraya menghela napas dalam-dalam. Kakaknya benar sudah gila. Tidak bisa lagi diingatkan. Justru malah membalikkan keadaan dan seolah tidak bersalah. Susah!“Aku harus gimana, Ya Allah?” Menahan hati yang terluka, Bening beranjak dari tempat.Yang dialaminya itu persis buah simalakama. Ia yang jadi korban dan ia yang tertekan. Sakit hati kini bagaikan melayang. Hendak mengadu kepada sang ibu pun percuma, Sinta pasti sudah mempersiapkan jawaban. Dan Bening pun tak bisa membayangkan jika ibunya shock, darah tingginya kumat, dan ...“Nggak nggak. Ibu nggak boleh tau,” ucapnya menyimpulkan. Ia tidak akan memberitahu ibunya. Cukuplah ia yang mengetahui dan mengatasi.Namun, apakah ia juga sanggup untuk menghadapi kelakuan Sinta dengan suaminya itu seorang diri?Astaga! Bening benar-benar dibuat bingung oleh keadaan. Ia akan meminta penjelasan langsung kepada Cakra.Menunggu kepulangan Cakra tiga minggu lagi sungguh membuat Bening kian nestapa. Bukan ka

  • Suami Khianat, Terbitlah Bos Dayat   Ipar Penggoda

    “Bener-bener ya kamu, Mbak.”Seraya menggerutu, jari Bening sudah mendial nomor Sinta. Tetapi, hingga panggilan ketiga, sama sekali tidak ada jawaban. Seakan Sinta sengaja tak menjawab telepon darinya. Membiarkan Bening larut dalam emosi serta kecemburuan yang membara.Tidak putus asa, kali selanjutnya Bening menelepon Cakra (lagi). Tetapi, nyatanya nomor suaminya itu justru tidak aktif. Membuat Bening kian curiga. Ia gelisah bukan main. Pikirannya meruncing pada simpulan prematur.BAHWA SUAMINYA MEMANG BERKHIANAT!“Ya ampun, Maaaas. Tega banget kamu!” desisnya dengan hati teriris pilu.Tangannya cepat mengetikkan pesan kepada Cakra. Mempertanyakan kesungguhan Cakra yang berjanji untuk setia, yang telah berjanji untuk terus berkabar bahkan setiap menit. Tapi, nyatanya mana? Kenyataannya suaminya itu justru tidak bisa dihubungi kala suasana hati Bening tengah berselimut kabut kecurigaan.“Mana janjimu? Katanya mau ngabarin aku. Katanya nggak bakal biarin aku mikir yang aneh-aneh.”“Jus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status