Mungkin ini saat yang Mario tunggu sejak dia merasa jatuh hati pada Inez. Perjanjian pernikahan kontrak yang berlangsung 5 tahun itu memang membuatnya ragu untuk melangkah dan memutuskan banyak hal tentang hubungan mereka.
"Kalau kamu mau aku jawab jujur ... aku penginnya kita jalani pernikahan ini tanpa kontrak, Nez," jawab Mario sembari menatap Inez tanpa emosi.
Inez membalas tatapan Mario sambil tetap menyuapinya dengan bubur. Dia pun menjawab, "Mas, aku sebenarnya juga cinta sama Mas. Hanya saja ada beberapa hal yang menjadi pertimbanganku, usia kita terpaut 13 tahun dan status sosial kita sedikit menjadi beban bagi hubungan kita. Bagiku tidak masalah apa yang Mas tidak miliki, bagi orang lain belum tentu ... mungkin ada baiknya kita menunggu waktu menjawab segalanya mengenai hubungan kita, Mas."
"Tentang itu, aku sadar posisiku, Nez. Aku sedang mengusahakan agar posisi kita di masyarakat menjadi sepadan," balas Mario.
Akhirnya, Mario pun selesai maka
Sebelum pukul 16.00, Mario dan Inez sudah siap menunggu di hall tempat semifinal kontes Man from Mars dimulai. Para peserta lain pun berdatangan bersama manager mereka atau juga keluarga yang mengantarkan mereka untuk mengikuti kontes body shape khusus pria itu.Ketika waktu sudah tepat sesuai jadwal acara, pembawa acara pun muncul di panggung. "Selamat sore para hadirin sekalian. Kita sambut dibukanya acara semifinal Man from Mars dengan tepuk tangan yang meriah," katanya.Para penonton acara itu pun bertepuk tangan dengan meriah.Kemudian para peserta dipanggil ke back stage untuk mendapatkan briefing singkat mengenai tata cara penilaian untuk semifinal. Mereka harus melepaskan pakaian dan hanya mengenakan celana pendek atau celana boxer ketika naik di atas panggung guna memamerkan bentuk tubuh di hadapan juri dan penonton.Setiap peserta akan dipanggil namanya kemudian berjalan ke depan panggung yang berbentuk huruf T itu untuk berpose beberapa k
Mario dan Inez sangat gembira dengan hasil semifinal Man from Mars petang ini. Sebenarnya Mario pun tidak berada dalam kondisi puncak terbaik performanya karena dia harus banyak beristirahat pasca kejadian penusukan itu.Mereka pergi makan malam ke restoran di pinggir pantai yang justru ramai di malam hari. Banyak pengunjung yang menginap di hotel sepanjang garis pantai di daerah Nusa Dua, Bali yang makan malam di sana.Mario dan Inez pun mencoba menikmati suasana pantai di malam hari. Angin dari laut bertiup agak kencang, kapal-kapal nelayan tampak berkerlap-kerlip di tengah laut dengan lampunya.Waiter restoran pinggir pantai itu menghampiri meja sofa tempat Mario dan Inez duduk."Selamat malam, Mas, Mbak. Bisa saya bantu untuk pemesanan menu makan malamnya? Silakan buku menunya," ujar waiter itu dengan ramah menyerahkan sebuah buku menu lalu bersiap mencatat pesanan dengan kertas nota dan pulpen."Kamu pengin makan apa, Nez?" tanya M
Sesampainya di kamar hotel, Inez mengambilkan es batu di kulkas kamar untuk mengompres memar di pipi Mario yang tadi terkena bogem mentah pria tak dikenal tadi di restoran."Sakit ya, Mas?" tanya Inez dengan meringis melihat Mario."Nggak kok biasa aja, cuma kerasa agak pegal gitu," jawab Mario sembari tertawa. Memang tidak terlalu menyakitkan dibanding bila menjalani tanding MMA melawan petarung yang jago.Inez pun berjalan ke kamar mandi untuk berganti gaun tidur karena dia masih memakai blouse dan celana jeans untuk pergi keluar tadi. Sekalian mencuci muka dan gosok gigi, ritual rutinnya sebelum tidur.Ketika Inez mengeringkan wajahnya dengan handuk, pinggangnya didekap dari belakang lalu dibawa lari dan dihempaskan ke ranjang. Mario tertawa berderai saat Inez memukuli tubuhnya."Mas ini nyebelin! Inez jadi kaget!" serunya.Mario tidak mempedulikan protes Inez, dia malah menciumi leher hingga turun ke dada Inez yang montok sembari m
Setelah kepergian Rosita dari rumah Inez, Mario pun segera menyusul Inez ke kamar tidur mereka. Mario merasa istrinya itu mengambek karena kedatangan mantan istrinya.Ketika sampai di dalam kamar tidur, Mario melihat Inez sedang berbaring telungkup di atas ranjang sambil sesenggukan, sepertinya sedang menangis. Hati Mario terasa seperti teremas melihatnya, dia merasa bersalah.Dia pun menghampiri Inez lalu berbaring telentang di sisi Inez. "Kenapa ini si Cantik kok nangis sendirian di kamar?" goda Mario."Inez males liat mantan Mas itu. Mana panggil aku pake 'tante' pula, jadi berasa tante girang. Huft!" ujar Inez dengan mencebik.Mario pun terkekeh menatap wajah Inez lalu berkata, "Jangan terlalu dipikirin, Nez. Si Ros itu 'kan memang kalau ngomong asal njeplak aja, nggak dipikir dulu bikin orang lain tersinggung apa nggak? Dia jelas beda sama kamu ... jauh, makanya Mas juga kalau ngobrol sama Rosita harus ekstra sabar.""Iya sih, Mas
"Tinn ... tinn ..." Suara klakson mobil Max mengejutkan Clara yang sedang membaca buku tebal Anatomi Manusia karangan Sobota di bangku taman depan kampusnya.Clara pun menutup buku itu lalu menentengnya sembari berjalan ke mobil Max. Kali ini pria itu mengendarai Honda Civic hitam miliknya. Max mengenakan kaca mata rayband hitam yang membuatnya tampak macho dan ganteng seperti aktor Korea."Halo, Maxim Ganteng. Godain kita dong ...," ucap Clara setelah duduk di bangku samping pengemudi sembari mencolek dagu Max.Max mengangkat kaca matanya ke atas kepalanya. "Hey, Bocah. Kesambet apa nih kok ganjen siang-siang begini?" tanya Max sembari terkekeh."Kayaknya kesambet dewi cinta tadi nyasar ke taman tuh gegara kelamaan nunggu jemputan pacar ganteng," jawab Clara asal."Maaf ... tahu sendiri 'kan Jakarta itu macet kuadrat kalau siang begini, Non!" balas Max sambil menyetir meninggalkan area kampus Trisakti."Ini kita mau kemana?" tanya Clara.
Pagi itu di ruang kantornya, William Jansen mengamuk dan membuang semua barang di meja kantornya. Pasalnya, pembunuh bayaran yang dia kirim ke Mario gagal menghilangkan nyawa Mario. Pemuda itu sungguh-sungguh seperti kucing yang punya 9 nyawa.Hubungan Mario dan Inez pun semakin lama semakin dekat tak terpisahkan. Itu membuat William menjadi resah. Dia sudah terobsesi oleh kakak iparnya itu sejak lama, bahkan rela menunggu bertahun-tahun agar Inez menerimanya. Namun, kenyataannya malah kena tikung oleh pemuda berondong. Apes sekali!Kali ini dia memesan pembunuh bayaran kelas kakap yang menggunakan senjata api. Mario harus mati!William pun keluar ruang kantornya yang sudah layaknya seperti kapal pecah dihantam badai. Dia ingin mengunjungi Inez, sudah beberapa hari ini Inez menghindarinya terus. Bahkan, kemarin beberapa hari lalu Inez pergi ke Bali bersama Mario. Itu membuat hati William bertambah panas jadinya.Dia mengetok pintu ruang kantor Inez
Sesampainya di parkiran tempat fitness Top Adonis milik Mario, Inez segera menghambur turun dari mobilnya masuk ke dalam tempat fitness itu."Rika, dimana Mas Mario?" tanya Inez pada bagian resepsionis. sambil menata napasnya yang terengah-engah."Di lantai dua, Mbak. Lagi PT dengan klien," jawab Rika dengan tenang. Dia tidak mengerti kenapa istri bosnya itu seperti terburu-buru mencari Mario.Inez pun berjalan dengan tenang naik tangga ke lantai 2. Akhirnya, dia merasa lega setelah melihat Mario sedang melatih klien. Dia pun duduk di bangku dekat tangga untuk menunggu hingga Mario selesai mengajar.Setelah hampir 30 menit menunggu akhirnya Mario selesai mengajar fitness.Mario agak terkejut dengan kedatangan Inez yang mendadak, dia tidak sempat mengecek ponselnya karena dia taruh di tas dalam loker. Dia pun segera mendekati Inez. "Ada apa Nez? tanya Mario penasaran.Inez pun berdiri lalu segera mendekap Mario. Dia ingin menangis rasan
Hari sudah mulai petang, Mario dan Inez pun akhirnya keluar dari Top Adonis. Mereka berjalan ke arah parkiran mobil di depan ruko itu.Motor Vixion itu mendekat ke depan parkiran Top Adonis dan pengemudinya membidik pistolnya ke arah Mario."DORRR!"Tembakan itu meleset dan mengenai kaca ruko tempat fitness, tapi tidak pecah. Mario merunduk menutupi tubuh Inez dengan tubuhnya. Mereka berlindung di balik mobil Honda CRV milik Mario.Marlon Titis memasang standar motornya dan mendekati tempat Mario dan Inez bersembunyi. Dia menyeringai ketika menemukan mereka berdua dan bersiap menarik pelatuk pistolnya."DORRR!"Suara tembakan terdengar nyaring. Mario dan Inez menutup mata mereka. Berpasrah diri pada perlindungan yang Maha Kuasa.Ternyata bukan mereka yang tumbang melainkan si penembak jitu yang tumbang ke tanah. Petugas polisi yang dihubungi oleh satpam tempat fitness-lah yang menembak si penembak jitu itu.De