*Inez Jansen POV*
Seperti biasa sebelum tidur, Inez melihat-lihat isi galeri foto di ponselnya. Dia sudah lama naksir personal trainer gymnya yang bernama Mario Chandra. Inez sering sekali mengambil foto diam-diam pemuda itu saat menjalani sesi latihan privat bersamanya. Galeri foto ponsel Inez penuh dengan foto-foto Mario dalam berbagai pose dan ekspresi.
Pemuda itu bertubuh tinggi kekar, seluruh tubuhnya berotot. Dadanya bidang dan perutnya six pack. Dia sangat ingin menelusuri otot-otot yang padat itu dengan jarinya. Wajahnya pun sangat manis, ketika tersenyum tampak lesung pipit di kedua sisi pipinya yang membuatnya tampak kekanak-kanakan.
Sepertinya pemuda itu berasal dari suku Jawa. Terkadang bila bercanda dengannya, logat medoknya itu sering kelepasan dan itu membuat Inez begitu gemas hingga tertawa terpingkal-pingkal.
Selama mengajar privat sebagai personal trainer, tidak satu kalipun Mario menggodanya atau berlaku kurang ajar kepadanya. Justru sebaliknya, Inez yang rajin menggoda pemuda itu. Bukannya dia kegatelan dan ganjen, tapi pemuda itu sangat imut, setiap kali Inez menggodanya, wajah pemuda itu langsung tampak merona sambil tersenyum malu-malu.
Tubuh Inez yang langsing dan membulat montok di posisi yang tepat memang selalu mengundang tatapan mesum kaum Adam. Kulitnya kuning langsat, tinggi semampai. Kakek buyut Inez adalah keturunan Belanda asli, jadi raut wajah Inez masih mewarisi ciri khas Kaukasoid. Mata berwarna coklat tua, hidung mancung, rambut berwarna coklat keemasan seperti madu murni.
Tahun ini usia Inez telah memasuki kepala 4. Puteri tunggalnya pun sudah berusia 17 tahun. Suaminya telah lama meninggal dunia ketika puteri mereka berusia 10 tahun karena gagal ginjal.
Keluarga almarhum suami Inez berasal dari keluarga yang kaya raya. Bisnis keluarga mereka bergerak di bidang farmasi dan kosmetik. Merek terkenal yang sering bersliweran iklannya di TV.
Sepeninggalan suaminya, Inez tidak menikah lagi. Banyak pria matang dan kaya raya yang mencoba untuk mendekati dan melamarnya. Tapi semuanya dia tolak, baginya yang terpenting adalah fokus membesarkan puteri tunggalnya, Clara. Inez takut Clara akan merasa tersisihkan bila dia menikah lagi.
Sebenarnya Clara sudah menyuruhnya untuk mencari pendamping hidup sebagai pengganti papanya. Clara selalu mengatakan maminya itu cantik dan awet muda, tidak cocok kalau terus menjanda.
Sayang sekali pria pujaan hatinya itu sudah menikah dan usianya juga jauh di bawah usianya. Jadi Inez hanya bisa berpuas diri menjadi pengagum rahasianya. Mungkin di kehidupan yang lain, dia akan bertemu jodoh dengan pria itu. Dia tidak suka merebut suami orang.
Lagipula dia tidak yakin apakah Mario menyukainya juga. Pria itu tidak pernah menanggapi godaannya secara berlebihan. Mereka biasanya hanya bertukar kata-kata saja, tidak pernah bersentuhan secara fisik yang menjurus ke hal yang lebih intim.
Inez terkadang heran, Mario itu berasal dari generasi mana. Dia benar-benar berbeda dengan pemuda dari generasinya yang lebih vulgar dan agresif. Pria-pria seusia Mario itu, sebagian besar selalu iseng menggodanya di media sosial.
Terkadang Inez sampai kesal hingga memblokir akun-akun media sosial follower-nya yang terlalu mesum mengiriminya pesan atau video call dengan tujuan yang 'aneh-aneh'.
Inez sudah nyaris tertidur dan akan menjatuhkan ponsel di tangannya ketika tiba-tiba benda itu berdering. Ternyata dari Dewi, rekan ngegym-nya. Dia pun segera menjawab panggilan itu.
"Halo, tumben nelpon malam-malam, Jeng?" sapa Inez penasaran.
"Halo, Jeng Inez. Aku punya gosip panas lho. Makanya ini langsung nelpon Jeng Inez," jawab Dewi bersemangat.
Inez pun mulai tertarik. "Gosip apa ya, Jeng Dewi?" tanyanya penasaran.
"Tempat gym kita tadi ditutup lho Jeng. Disatroni debt kolektor, kabarnya Mas Mario itu bangkrut dan tidak bisa membayar utang," ujar Dewi.
"Haaa?! Kok bisa sih? Yang bener,Jeng?!" tanya Inez mencecar Dewi karena dia tidak percaya pujaan hatinya itu tipe orang yang suka berutang.
"Kalau Jeng Inez tidak percaya, mungkin bisa nanya langsung sama Mas Mario. Kan Jeng Inez dekat sama dia ...," sahut Dewi merasa sedikit tersinggung karena Inez meragukan perkataannya.
"Hmmm ... oke deh, saya nanya sendiri aja ke Mas Mario. Makasih infonya ya, Jeng Dewi. Met malam," ujar Inez buru-buru menutup teleponnya.
"Kok bisa jadi begini sih? Perasaan tadi pagi ngajarin privat nggak ada yang aneh, Mas Mario masih bisa bercanda kayak biasanya." Inez berbicara pada dirinya sendiri sambil berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya.
Inez pun memutuskan untuk menghubungi detektif pribadinya, Pak Rahardian.
"Halo, Pak Rahardian. Saya mau minta tolong sedikit .... Saya mau, Bapak menyelidiki kasus penutupan Chandra Empire Gym. Tolong diselidiki akar masalahnya selengkapnya ya, Pak. Saya tunggu kabarnya secepatnya." ucap Inez memberi perintah pada detektif pribadinya.
Pak Rahardian ini sebenarnya awalnya orang kepercayaan almarhum suaminya. Dulu sampai sekarang tugasnya masih sama, biasanya dia diminta menyelidiki kelemahan perusahaan kompetitor atau proyek-proyek baru perusahaan kompetitor bisnis keluarga Jansen.
Permintaan Inez untuk menyelidiki tempat fitness sebenarnya di luar kebiasaannya. Tapi, Inez benar-benar penasaran ada masalah apa sebenarnya hingga tempat fitness milik Mario bisa ditutup tiba-tiba. Tadi pagi saja dia masih sempat berlatih bersama Mario sendiri. Masa sekonyong-konyong bisa ditutup pailit dalam waktu setengah hari.
Inez merasa tidak enak hati kalau harus menanyakan hal itu langsung pada Mario. Pria pasti punya harga diri, bukan? Ini tentunya hal yang membuat Mario merasa malu. Usahanya tiba-tiba ditutup karena pailit gagal membayar utang.
Beberapa bulan terakhir bila Inez perhatikan juga hubungan Mario dengan istrinya yang bernama Rosita itu juga seperti dingin. Istrinya lebih suka tersenyum pada ponselnya dibanding tersenyum pada suaminya yang ganteng itu.
Inez benar-benar merasa iri pada Rosita, suaminya itu sosok pria idaman. Penampilannya menarik, kekar, tampan, sifatnya juga ramah, sopan, setia pula. Selain itu di usia muda juga rajin sekali bekerja dan sudah memiliki usaha sendiri. Posisi Rosita sebagai istri Mario sungguh sangat beruntung, harusnya wanita itu bersyukur. Mau minta tambahan apa lagi?
Malam semakin larut, Inez pun membaringkan tubuhnya di ranjang. Dia harus segera tidur karena besok dia harus hadir di meeting perusahaan untuk menerima laporan keuangan bulanan perusahaan bersama para pemegang saham pengendali perusahaan.
Inez berharap Pak Rahardian akan segera melaporkan info yang valid tentang masalah tempat fitness milik Mario kepadanya dan gosip bahwa pria itu mendadak usahanya bangkrut. Dia turut merasa sedih untuk Mario. Pemuda itu sebenarnya orang yang sangat baik di mata Inez.
Akhirnya setelah hampir dini hari, Inez pun tertidur sambil memeluk gulingnya. Dia ingin hari segera pagi karena dia ingin mengetahui fakta yang terjadi mengenai masalah yang menimpa pria idamannya itu. Mungkin dia bisa membantu atau sekedar meringankan beban Mario.
"Sialan, jangan harap bisa membawa kabur Inez dariku, Mario!" rutuk Edward seraya memukul gagang setir mobil Audi A6 yang ia kendarai untuk mengejar istrinya yang dibawa kabur Mario. Dengan akselerasi tinggi mobil Audi A6 itu berhasil melewati mobil sedan BMW hitam yang dinaiki Mario dan Inez. Edward bermaksud mencegat jalan mobil itu. Namun, sebuah truk kontainer melintas di hadapannya dan ia pun tak sanggup mengelak dan terlambat mengerem mobilnya. "Ciiiiiiiiiitttt!" Bunyi suara ban berdecit menggasak aspal jalan raya Paris. Disusul suara benturan keras mobil Audi A6 yang dikemudikan Edward dengan truk kontainer yang melintas di perempatan jalan itu. "BRAAAKKK!" Mobil itu terpelanting keras dan terguling-guling dengan mendarat dalam kondisi terbalik atap mobilnya. Sejenak kesadaran Edward hilang, dia pingsan dengan kepala terkulai di gagang setir mobil sport mewah itu wajahnya berlumuran darah karena kulitnya robek di bagian wajahnya akibat pecahan kaca depan dan benturan dengan
Tiga bulan telah berlalu semenjak kepulangan Inez ke Jakarta bersama Mario. Kini dia banyak mendampingi Mario dengan segala pekerjaannya sebagai model papan atas serta atlet MMA pro berkelas Internasional. Jadwal Mario selalu penuh setiap hari, awalnya Inez kaget, tetapi lama-kelamaan dia terbiasa untuk mengatur segalanya dengan rapi.Wisuda Mario di Singapura bulan lalu begitu berkesan baginya, Inez teringat ketika dulu awalnya Mario dia selamatkan dari kemalangan hidupnya. Mario mengatakan dia hanyalah lulusan fakultas olahraga jadi tidak mengerti mengelola keuangan dan menjalankan bisnis makanya dia begitu mudah ditipu habis-habisan oleh Rosita, mantan istrinya.Kini Mario adalah pebisnis yang sukses dan memiliki segudang talenta. Mister Miguel juga masih sering berjumpa dengan mereka berdua karena Mario adalah anak didik jagoannya yang masih sangat aktif bertarung di ring arena MMA internasional.Mario sering sekali memujinya dengan mengatakan 'behind a grea
Semenjak bertemu kembali dengan Inez dengan dihantui tragedi kecelakaan yang menewaskan Edward dan banyak hal serius yang harus diselesaikan oleh Mario juga bersama Inez. Mario belum sempat menemukan keberanian untuk mengajak Inez bercinta lagi sekalipun dia sangat menginginkan hal itu. Dia takut Inez menolaknya.Hingga seminggu berlalu ..."Mas, apa belakangan sedang banyak pikiran?" tanya Inez sambil berjalan-jalan di tepi kolam renang di rumahnya bersama Mario seusai makan malam."Nggak juga, Nez. Kenapa?" jawab Mario sembari melemparkan pertanyaan juga. Dia berjalan sembari merangkul bahu Inez."Apa Mas masih mencintai Inez seperti dulu?" tanya Inez lagi.Mario menghentikan langkahnya dan memegang tangan Inez, dia menatap Inez dengan tatapan agak bingung. "Kok nanyanya begitu, Nez? Cintanya Mas ke kamu nggak akan ada habisnya, selalu sama besarnya atau mungkin lebih dalam lagi ...," jawabnya."Terima kasih, Mas," sahut Inez sembari terse
Akhirnya, Mario purna tugas sebagai Mister International selama setahun. Malam final pemilihan Mister International yang baru telah terlewati, Andrew Bradley, seorang pemuda berusia 25 tahun asal Australia yang memenangkannya.Andrew berprofesi sebagai influencer yang fokus pada penghijauan hutan dan kegiatan kemanusiaan, latar belakangnya adalah putera konglomerat properti asal Australia jadi dia bebas menggunakan waktu sesukanya karena harta warisan orang tuanya tak akan habis hingga 7 turunan.Malam seusai acara final itu, Mario dan Inez segera diantar Jonas dan Hernandes ke bandara Roissie-Charles de Gaulle untuk kembali ke Jakarta dengan pesawat Air France. Kali ini hanya Hernandes yang ikut ke Jakarta karena Jonas harus melanjutkan tugasnya untuk mendampingi anak asuhnya yang baru mulai besok.Jonas memeluk Mario penuh rasa haru menyeruak dalam dadanya. Dia berujar, "Mas Mario, terima kasih untuk setahun yang sudah kita lalui bersama. Kenangan luar b
Mata Inez bertatapan dengan sepasang mata jernih yang begitu lembut tatapannya."Mas ...," ucap Inez lalu berlari menghambur ke dekapan Mario dengan berurai air mata. Betapa rindu dia pada sosok itu.Mereka berpelukan dan menangis bersama."Aku rindu kamu, Nez ... rindu setengah mati!" kata Mario melingkarkan lengannya di pinggang Inez sembari menatap wajah Inez yang basah karena air mata yang meleleh di pipinya, jemari Mario menghapus jejak air mata itu. Di matanya kecantikan Inez tak berubah sedikitpun sejak mereka berpisah setahun lalu di London.Mereka pun berciuman di bawah Menara Eifel dengan bulir-bulir putih salju yang masih saja turun dari langit."Bawa aku pulang bersamamu ke Jakarta, Mas. Tempatku adalah bersamamu ...," ujar Inez dengan serius."Plok ... plok ... plok ... plok!" Suara tepuk tangan menggema di keheningan malam.Mario dan Inez pun menoleh ke sumber suara itu. Ternyata Edward yang bertepuk tangan d
Mungkin ini adalah hari yang tergalau sepanjang hidup Inez. Pagi ini adalah saat terakhirnya bersama Edward karena nanti malam Mario akan menjemputnya di bawah Menara Eifel seperti janji mereka berdua setahun lalu.Ketika sarapan pagi bersama Edward, dia diam-diam menatap wajah pemuda itu dengan tatapan sendu. Saat Edward menatap balik ke arahnya, dengan segera Inez menunduk menatap ke piringnya.Pemuda itu merasa Inez agak aneh pagi ini lalu bertanya, "Ada apa, Sayang?""Eh ... ohh ... nggak ada apa-apa kok, Mas. Oya nanti sore, Inez akan berkunjung ke rumah Madame Lily de Lacours, dia mengadakan acara minum teh bersama beberapa teman wanitanya," ujar Inez mencari-cari alasan untuk pergi dari rumah nanti sore."Boleh, Nez. Pulangnya jangan malam-malam ya. Nanti Mas kuatir kalau kamu sendirian di luar rumah," jawab Edward seraya membelai pipi Inez dengan lembut.Hati Inez serasa diremas oleh sesuatu yang tak nampak, dia akan meninggalkan pria