Mendengar perkataan Mario yang memintanya tidak terlalu dekat dengan Inez, William Jansen pun menggebrak meja makan hingga membuat para pengunjung food court di samping kanan kiri meja mereka memperhatikan seraya berbisik-bisik.
William menunjuk-nunjuk muka Mario dengan telunjuk tangannya. "Kau memangnya siapa? Berani mengaturku, perusahaanmu yang mana? Aku mau tahu, Mario!" seru William dengan wajah penuh amarah.
Dari dulu memang Inez tidak menyukai kakak iparnya itu. Pria itu emosional dan sombongnya minta ampun. Sekalipun yang memimpin perusahaan keluarga Jansen adalah Inez, tetapi pria itu selalu merasa yang paling hebat dan berkuasa di perusahaan tersebut.
"Kak William, Mas Mario itu suami aku sekarang, wajar kalau dia berkata seperti itu," bela Inez seraya menarik turun lengan William. Dia kasihan pada Mario yang wajahnya pucat pasi menerima cercaan William.
William menangkap tangan Inez dan mengecupnya dengan mesra. Wanita itu pun bergidik se
Inez terbangun pagi itu dengan tubuh yang terasa seperti remuk. Pasalnya, suaminya masih muda dan sedang berada di puncak vitalitasnya sebagai seorang pria. Sepanjang malam hingga dini hari, Mario tak henti-hentinya mengajaknya bercinta dengan berbagai posisi. Inez benar-benar merasa kewalahan. Dia pun berpikir harus rajin berolahraga supaya staminanya terjaga sehingga bisa mengimbangi gairah suaminya yang meledak-ledak itu.Pemuda berparas rupawan itu masih tertidur lelap di ranjang, Inez pun bergegas untuk mandi pagi. Dia kuatir Mario akan mengajaknya bercinta lagi, dia masih kelelahan. Inez melihat kiss mark yang tertinggal di kulit putihnya terutama di daerah dada dan perut begitu banyak, dia pun tersipu malu sendiri. Dia menyabuni seluruh tubuhnya hingga bersih dan beraroma wangi bunga lalu membilasnya di bawah shower air dingin.Mario pun terbangun dan mendapati sisi ranjangnya kosong, istrinya sudah bangun dan sepertinya sedang mandi pagi. Dia pun mengecek jam d
"Inez ... kamu cantik," bisik William di samping telinga Inez yang sedang serius memperhatikan presentasi Pak Baruna Pratama.Inez hanya melirik sekilas ke wajah William sembari tersenyum tipis. Dia bingung dengan kakak iparnya itu. Semenjak mengetahui dia sudah menikah dengan Mario, justru semakin agresif mengejarnya. Sebelumnya memang William selalu menghujaninya dengan perhatian, tetapi tidak sampai memepetnya terus seperti kejadian semalam di food court dan pagi ini ketika mereka sedang meeting."Demikian presentasi saya mengenai data trend penjualan dan juga strategi tim pemasaran untuk meningkatkan angka penjualan. Silakan bila ada saran atau kritik akan kami tampung," ujar Pak Baruna Pratama mengakhiri presentasinya.Inez pun melepaskan tangannya dari genggaman William. Dia mengangkat tangan kanannya untuk berbicara. "Terima kasih atas presentasinya, Pak Baruna. Saya memiliki sedikit saran, Pak. Saya mengikuti iklan-iklan produk kita di TV, saran dari say
"Hey, Mario, apa kamu tidak bekerja? Jam kantor malah keluyuran ke sini?" sindir William dengan sengak."Itu bukan urusanmu, Tuan William. Lagi pula alu hanya ingin mengunjungi istri tercintaku ini, aku rindu bila lama tidak bertemu dengan Inez." Mario sengaja membelai pipi Inez dengan jemari tangannya.Inez pun tampak merona karena malu. Dia merasa Mario hanya ingin membuat William cemburu saja.Pria itu pun bersedekap dan mendengkus melihat kemesraan Mario pada Inez, dia tidak rela ada pria lain di dekat Inez."Kau mengganggu pekerjaan CEO perusahaan ini, sebaiknya kau segera pergi dari sini, Mario!" usir William dengan kasar."Itu mungkin menurutmu saja, Will. Dari tadi kami baik-baik saja ...," balas Mario dengan santai."Sudah ... sudah ... jangan bertengkar di sini. Mas Mario, apa bisa tunggu aku hingga makan siang? Boleh duduk di sofa sini atau mau ke kafetaria di bawah terserah Mas. Kak William ada benarnya ...," ujar Inez menengahi
Suara alarm HP Inez berbunyi kencang di nakas samping tempat tidurnya. Pagi ini dia berencana untuk olahraga pagi bersama suaminya. Sejak menikah dia malah jarang berolahraga pagi karena Mario selalu menahannya di tempat tidur setelah bangun pagi. Jadi dia memasang alarm pukul 05.00 pagi ini."Mas, bangun yuk ... semalam katanya mau ngasi aku training fitness 'kan?" ujar Inez sambil menepuk-nepuk bahu Mario membangunkan suaminya itu.Mario memeluknya lagi lalu menindih tubuh Inez. "Aku mau ngasih training fitness, tapi kita ML dulu ya? Tegang banget nih kalau bangun pagi ... coba pegang!" jawab Mario seraya membawa tangan Inez menyentuh pisang rajanya yang mengkal."Iiiihhh keras banget, Mas!" seru Inez ketika menyentuh milik suaminya itu."Makanya ... ini sakit rasanya, sembuhin ya?" bujuk Mario.Inez pun mengangguk-anggukkan kepalanya setuju.Tanpa membuang waktu, Mario naik ke atas tubuh Inez lalu menerobos liang cinta istrinya itu
Pagi itu, Mario membawa tulisan 'welcome Mr. Miguel Diaz' di antara kerumunan penjemput kedatangan penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta. Dia melirik jam tangan Casio di pergelangan tangan kirinya. Ternyata dia tidak terlambat, seharusnya sebentar lagi orang yang dia jemput muncul.Seorang pria bule Amerika Latin dengan perawakan gagah mengenakan setelan jas biru tua memakai kaca mata mendekat ke arah Mario.(Dialog bahasa Inggris langsung diterjemahkan oleh author)"Halo, saya Miguel Diaz. Apa Anda Mario?" sapa pria bule itu seraya mengulurkan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang pegangan koper."Halo, Mr. Miguel. Ya, saya Mario. Mari saya bawakan kopernya, kita naik mobil saya, ya." balas Mario menyambut tangan Mr. Miguel dan bersalaman kemudian membawakan kopernya ke parkiran mobil.Mobil baru Mario, sebuah Honda C-RV warna hitam edisi terbaru tampak mengkilap. Dia pun naik ke kursi pengemudi disusul Mr. Miguel di sampingnya.
Ternyata pekerjaan petugas perakit dari toko alat fitness itu cekatan. Dalam 2 jam saja semua alat fitness baru pesanan Mario sudah terakit sempurna.Setelah memberikan uang rokok untuk para petugas perakit itu, Mario pun menutup kembali pintu ruko tempat gym barunya. Dia akan pulang lagi ke rumah untuk bersiap-siap latihan bela diri bersama Mr. Miguel.Ketika sampai di teras rumah Inez, istrinya itu menyambutnya. "Mas Sayang, udah pulang ...," sapa Inez."Iya, Sayang, petugasnya cekatan jadi sebentar aja kelar. Kamu pulang awal?" balas Mario seraya mengecup dahi Inez."Mau nemenin Mas, latihan sama Mr. Miguel. Sudah makan siang belum, Mas?" ucap Inez sambil merangkul pinggang Mario berjalan masuk ke rumah."Belum makan siang sih, tadi nggak sempat kemana-mana," jawab Mario."Ohh, biar kupesankan makan siang ke anak kitchen. Bebas 'kan menunya?" tanya Inez."Iya, bebas aja seadanya," sahut Mario tidak ingin merepotkan oran
"Lho ... Nez, kok malah kamu yang ngepel lantainya?" tanya Mario bengong melihat istrinya sedang mengepel lantai tempat tadi mereka bercinta sambil berdiri."Nggakpapa Mas, aku malu kalau harus nyuruh pembantuku ngepel ini, ntar dipikirnya apa gitu lho ... udah Mas makan dulu aja, siap-siap latihan sore sama Mr. Miguel," ujar Inez sambil berlutut di lantai menatap Mario kemudian melanjutkan kegiatan mengepel lantainya.Mario memandangi goyangan bokong Inez yang semok dan bodi istrinya yang semlohay itu dari belakang. Sedikit banyak itu mengacaukan pikirannya sebagai seorang pria. Dia pun berpikir memang harus belajar ilmu bela diri yang benar agar bisa mengatasi pria-pria yang ngefans pada istrinya itu, contohnya saja Tuan William Jansen yang agresif mendekati Inez. Itu baru satu yang dia temukan, pasti selain pria itu masih ada lagi.Akhirnya, Mario pun menuruti saran Inez untuk makan siang cepat lalu menunggu Mr. Miguel memberikan sesi private training m
Ketika latihan sore yang keras itu usai, tubuh Mario bersimbah peluh. Dia sudah melepaskan kaos yang dia pakai sedari tadi, menampilkan tubuhnya yang padat berotot kekar.Inez pun dengan setia menunggu di pojok ruangan fitness hingga latihan bela diri itu selesai. Sekaligus cuci mata tentunya karena tubuh suaminya dan instruktur bela dirinya sama-sama bagus.Sepertinya Mr. Miguel Diaz rajin melatih tubuhnya karena Inez tidak dapat menemukan kelebihan lemak sedikit pun di tubuh pria paruh baya itu. Di usianya yang sudah cukup tua, Mr. Miguel masih sangat cekatan gerakannya. Berulang kali dia dapat mengelak dari serangan Mario."Inez, suamimu adalah murid yang cerdas. Aku yakin dia akan menjadi atlet petarung MMA yang hebat suatu hari nanti. Pokoknya semua dasar ilmu bela diri yang aku miliki sudah kuberikan pada Mario. Sisanya tergantung padanya sendiri. MMA adalah tentang insting dan ketepatan selain kekuatan fisik," ujar Mr. Miguel pada Inez dan jug