Share

Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang
Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang
Penulis: Harmony^-

1. Kabur Dari Perjodohan

“Jangan menentang, Marsha!” desis sang ayah tiri, “ini demi keluarga kita!”

Wanita itu sontak menunduk.

Marsha bukannya ingin melawan, tapi sungguh tak nyaman dengan keputusan Bima  yang memaksanya untuk menikah dengan anak rekan bisnis pria itu.

“Ayah yakin untuk keluarga kita?” Marsha menghela napas panjang, “Ayah juga bilang begitu ketika hendak menjodohkan Kak Nada dan Kak Zahra, tapi apa mereka bahagia? Apa perusahaan ayah semakin maju?”

Ia tersenyum getir mengingat pria berusia 60 tahun itu selalu saja menggunakan alasan yang sama untuk menikahkan kedua kakak tirinya dan sekarang ia juga melakukan hal yang sama pada Marsha. Apa mereka komoditas yang bisa dijual untuk ‘keperluan bisnis’ keluarga?

“Marsha! Kamu jangan kurang ajar pada–”

Wajah Dena–ibu kandung Marsha–itu memerah karena melihat kelakuan anaknya yang kurang ajar pada suaminya. Untungnya, Bima dapat menahan sang istri.

Pria itu lalu bangkit dari tempatnya duduk dan mendekat pada Marsha. “Kamu sudah berusia 25 tahun.”

“Kamu juga belum memiliki kekasih. Jadi, Ayah membuatkan solusi yang baik untukmu yang lajang,” ucap Bima dengan nada menekan, “kamu tidak mau menjadi perawan tua, kan?”

Dengan air mata yang masih menggenang di ujung matanya, Marsha menggeleng.

Tapi, ia pun tak ingin bernasib sama dengan saudari-saudarinya itu yang memiliki suami sukses dan tampan, tapi tukang selingkuh. Padahal, mereka sudah memiliki putri yang lucu dan cerdas.

“Kenapa?” tegas Bima pada putri tirinya itu menahan marah.

“Hanya enggan,” ucapnya tidak mau membuat pertengkaran ini semakin runyam, lalu bangkit dari kursinya. “Aku izin pergi.”

 

Hanya saja, langkah Marsha terhenti ketika merasakan panas di pipinya.

Sontak, ia menatap tak percaya pada Dena yang menamparnya.

Hanya demi mendukung lelaki di sampingnya, ibu kandung Marsha ini menamparnya? Padahal, dulu Dena tak pernah mau melihat dirinya menangis. Tapi, sekarang?

Merasa tak punya alasan untuk bertahan, Marsha lantas segera masuk ke dalam kamarnya.

Ia membereskan pakaian serta beberapa barang dengan cepat.

Sementara itu, Dena yang menyusul sang putri, begitu terkejut melihat tindakannya.

“Marsha!” bentaknya tak percaya. Rasa sesalnya saat menampar putrinya tadi hilang berganti amarah, “jika kamu angkat kaki dari rumah ini, kamu dan Mama tidak akan memiliki hubungan lagi.”

Marsha menatap mata sang Ibu cukup lama.

Melihat kesungguhan sang ibu, ia pun memejamkan mata, sebelum akhirnya bicara. “Ma, seharusnya Mama mengerti bagaimana rasanya kehilangan suami. Sakit, kan?”

“Aku tak ingin melihat anakku sepertiku saat melihat Mama ditinggal Ayah. Aku harap Mama sedikit mengerti keputusanku. Maafkan aku.”

Marsha memijat kepalanya pening ketika teringat kejadian tadi pagi.

Setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya dan membawa keluar barang-barangnya dengan gegabah, Marsha kini tak bisa pulang ke rumah dan beristirahat di kamar yang nyaman itu. Padahal, ia butuh istirahat setelah menangani pasien-pasiennya di rumah sakit.

Kala sedang berpikir, Marsha tak sengaja melihat asrama perawat di balik jendela kaca tempatnya berdiri. Sebuah ide gila pun muncul.

“Apa aku tidur di sana saja?” gumam perempuan itu, “Sehari tidur di ranjang keras, tak apalah. Daripada jadi gelandangan.”

Tak lama, Marsha pun berjalan ke gedung yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari gedung utama RS. Zahara.

Ia pun masuk ke sana dan tidur dalam keadaan lampu mati.

Hanya saja, setelah tidur beberapa saat, Marsha tiba-tiba merasa ditindih sesuatu yang berat.

Dengusan napas seseorang mulai terdengar samar di telinganya.

Awalnya, Marsha berpikir bahwa ia sedang ketindihan atau sleep paralysis akibat terlalu lelah. Namun anehnya, ia merasa semakin bergairah.

Bahkan, seolah ada sentuhan panas dari tangan kekar yang memeluk tubuhnya.

Ia juga merasakan dinginnya malam seolah sedang telanjang dan tak lama, tubuh bagian bawah Marsha tiba-tiba terasa sakit–seperti ada sesuatu yang keras menusuknya di bawah sana.

Marsha sontak membuka mata.

Ia seketika sadar dan menemukan seorang lelaki mengurungnya di bawah tubuh kurusnya.

"Ah ... tunggu, a-apa ini?!!" erang Marsha, mulai kesakitan. Ia meronta mencoba melepaskan diri, tetapi tenaga pria itu lebih besar.

"Maafkan aku, tapi tubuhku panas sekali.” Suara pria itu terdengar berat dengan napas yang semakin tak teratur, “aku tak bisa menahannya.”

Marsha, yang kini dapat melihat wajah tampan pria itu lebih jelas, sedikit malu. Tampak sekali pria itu menikmati permainan mereka.

“S-siapa kamu?” cicit Marsha–mulai kehilangan kendali napasnya.

Alih-alih menjawab, pria itu tetap melanjutkan permainannya, lalu berkata, “Saya yakin ini adalah pengalaman pertama Anda.”

“Tapi, saya janji akan membuat permainan ini berkesan.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
Haaa. ... Nikmatilah malam ini bersamanya ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status