Share

17. Ibu Mertua

"Gitu, ya, kalian sekarang! Udah lupa sama Mama, udah nggak sayang lagi sama Mama!"

Ibu mertuaku merajuk. Ia menatap kami tajam, dengan raut muka tak bersahabat. Anehnya ia terlihat menggemaskan, sampai aku harus menahan diri agar tidak tertawa. Kutundukkan kepalaku, dan kugigit bibirku.

Mama Ani bukan orang jahat, ia malahan orang yang sangat baik. Ibu mertuaku sangat perhatian, tapi lebih suka lagi meminta perhatian. Tidak selalu seperti itu, tapi baginya kasih sayang harus dibagi secara adil, dan harus berbalas.

Semua anaknya, baik yang terlahir dari rahimnya sendiri ataupun anak tiri dari istri pertama ayah mertuaku, disayang dengan kadar yang sama.

"Tentu sayang dong! Sekarang 'kan kami sudah di sini, Ma." Yudis yang duduk di sebelahku menanggapi keluhan ibunya dengan santai. Seperti pesannya kemarin, aku tak perlu bicara, ia yang akan menjawab pertanyaan atau omelan mamanya.

"Halah, kemarin kalian ke mana saja? Disuruh main ke mari, tidur di sini saja nggak mau. Giliran ke rumah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status