Pov Author"Sekarang telepon Raja. Minta maaflah padanya dan suruh dia kembali datang kesini untuk makan siang!"Abel melotot, "Aku tidak mau. Masa aku harus sampai melakukan itu." protesnya."Kalau tidak mau, jangan anggap aku teman lagi. Malas aku punya teman tega sepertimu." ancam Sisil pada sahabatnya."Baiklah kalau kamu begitu ngotot pingin aku menelpon lelaki itu. Berikan ponselmu padaku!""Eits! kenapa pakai ponselku. Pakai ponselmu sendiri, dong!" protes Sisil."Gimana aku mau pakai ponselku, chargernya saja baru Raja bawakan. Ponselku mati dari kemarin-kemarin."Sisil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar cerita sahabatnya."Kamu seorang sarjana, tapi otakmu selalu lamban saat menghadapi masalah-masalah gampang seperti ini. Apa kamu gak punya inisiatif dari kemarin pinjam charger tetangga atau gimana. Pantas saja Raja tak berani menemuimu selama ini, pasti dia pikir kamu sengaja menghindarinya." bebel Sisil, Abel tetap memasang wajah songongnya."Ini ponselnya. Nomor sand
Pov Raja"Cukup, Sil. Aku tak mau mendengarnya lagi. Sudah ku bilang, aku belum mau dekat dengan lelaki manapun. Termasuk Raja."Kata-kata itu terus terngiang ditelingaku saat menyetir menuju ke tempat kerjaku. Patah hati tentu saja ku rasakan, sebelum aku memulai aku sudah di tolak secara tak langsung. Sakit, sungguh terasa sangat sakit.Namun apa aku akan menyerah? jawabannya tentu saja tidak. Disini akulah orang yang bersalah. Aku mulai menyukai Abel bahkan saat dia masih hamil besar dan masih dalam proses perceraian. Sejak awal aku sudah menyiapkan diri untuk hal buruk seperti ini. Aku tidak marah dengan Abel. Aku sama sekali tidak tersinggung dengan ucapannya barusan. Aku hanya perlu sedikit bersabar lagi untuk bisa memenangkan hatinya dan menyembuhkan rasa traumanya.Ketegasan Abel perlu di acungi jempol. Aku justru tidak akan merasa tertantang jika dia langsung menerimaku. Secara dia baru bercerai dan ditinggal mati mantan suaminya, meski kabar ini belum bisa kupastikan kebenar
Pov Dita"Assalamualaikum...!" tiba-tiba terdengar suara maskulin lelaki yang sangat kurindukan kedatangannya."Waalaikumsalam Mas Raja. Kamu tahu aku disini?" tanyaku penuh percaya diri. Baru beberapa menit aku disini, dia sudah datang menjengukku dengan dua bungkus makanan ditangannya. Ah, aku beruntung banget tinggal disini. Mas Raja jadi perhatian begini padaku. Semoga dia selamanya bisa bersikap manis begini padaku.Mas Raja hanya menatapku sekilas, lalu dia mendekat ke arah Mbak Abel. Jadi dia datang bukan untuk menemuiku, melainkan menemui Mbak Abel? sialan!Keduanya terlihat sangat kaku saat bertemu. Apa terjadi sesuatu di antara mereka?"Semarah apapun kamu padaku, kamu tetep wajib jawab salamku." ucap Mas Raja pada Mbak Abel. Benarkah dia Mas Raja yang selama ini ku kenal? kenapa dia tak pernah memperlakulanku semanis itu selama ini?"Walaikumsalam." jawab Mbak Abel tanpa menatap lelaki yang membuatku tergila-gila itu. Jual mahal sekali dia, aku yakin dia hanya sedang berakt
Pov Raja"Raja, awas mobil!"Teriakan Abel membuatku membalikan badanku, ku lihat sebuah mobil audy tepat ada di depanku. Aku tak bisa menghindarinya. Aku melompat ke kap mobil, membiarkan punggung dan sisi tubuhku mengenai bagian mobil terlebih dahulu. Aku terpental dan mobil itu langsung kabur."Raja!" masih sempat kudengar teriakan Abel sambil berlari ke arahku bersamaan dengan tubuhku yang menghantam aspal. Setelah itu, pandanganku mulai gelap. Aku tak sadarkan diri.Entah jam berapa sekarang, aku mulai bisa membuka mataku kembali. Kepala dan lengan kananku sudah diperban. Saat baru tersadar ku lihat disekitarku ada Dokter lelaki yang sedang menanganiku."Syukurlah anda sudah sadar." ucap. Dokter itu."Saya dimana, Dok?" tanyaku, karena ingatanku belum terlalu pulih."Anda di rumah sakit. Anda korban tabrak lari. Seorang perempuan yang membawa anda kesini." aku akhirnya mengingat semua kejadian sebelum aku tak sadarkan diri."Sekarang apa yang anda rasakan? apakah ada sesuatu yang
Pov Sisil[Hallo, Sil. Kamu sudah pulang kerja?]Raja berbicara melalui panggilan telepon.[Baru saja pulang ja, ada apa?] jawabku. Sambil membuka pintu mobil. Kemudian turun untuk segera masuk ke dalam rumah.[Datanglah ke rumah Abel sekarang, ya. Aku sangat butuh bantuanmu!] pintanya.[Siap Ja, aku kesana sekarang juga.] jawabku tanpa basa-basa. Awalnya kupikir dia meminta bantuanku untuk meminta maaf pada Abel. Pagi tadi dia sempat menghubungiku menjelaskan alasan kenapa dia tak datang. Aku bisa memahami alasannya. Tapi untuk Abel yang baru saja terluka, pasti sangat sulit menerima apapun alasan itu.Tring!Sebuah pesan masuk. Ternyata dari Raja. Dia bukan meminta tolong membujuk Abel. Melainkan memintaku untuk menolong Abel mengusir Dita dari rumah Abel.Gila wanita sinting itu. Setelah berhasil merebut suami Abel, dia masih berani menunjukan batang hidungnya di depan wanita yang sudah diambil suaminya. Lebih menjijikan lagi, dia mengemis belas kasiahan wanita yang sudah dijahatin
Pov Citra"Uang untuk apa lagi, sih? sebulan ini kamu sudah meminta banyak sekali uang. Kalau terlalu banyak pengeluaran, istriku bisa curiga lama-lama." bebel Om Farhan ketika aku mau minta uang lagi sesuai permintaan Mas Putra. Sejak kedatangannya, dia asik memerasku dan menjadikanku mesin atm. Entah untuk apalagi dia meminta uang, padahal kemarin baru saja aku kasih uang hasil merampok dari Dita saat keluar dari bank. Tapi sekarang dia sudah meminta lagi. Benar-benar dia tak merasa iba dengan kondisiku yang hanya menjadi simpanan Om Farhan seperti ini.Kupikir, akulah satu-satunya keluarga yang Mas Putra punya. Aku tak mau dia hidup menderita menjadi buronan. Aku tolong semampuku agar dia hidup layak di tempat persembunyiannya. Nyatanya Mas Putra tetaplah Mas Putra. Dia terus-terusan menjadi benalu. Pengalaman hidupnya sama sekali tak di jadikannya pelajaran, bahkan dia sekarang tega mempertaruhkan nasib adiknya sendiri hanya untuk ambisinya mengusik kembali hidup Mbak Abel.Yang
Pov Author"Mbak, bangun!"Suara dua remaja lelaki yang cukup keras membuat Abel terbangun juga. Rasa letih tergambar jelas di raut wajahnya saat membuka matanya."Mbak, bisa-bisanya kamu menjaga toko ini sambil tidur?" tanya salah atau dari dua remaja tadi."Hampir saja kami berhasil mencuri dua lego ini dari toko, Mbak. Kalau bukan karena seorang polisi yang sudah memergoki kami, Mbak pasti sudah rugi." sahut remaja yang satu lagi."Polisi?""Ya, mbak. Kami di paksa polisi itu kembali kesini untuk membayar lego yang sudah kami curi ini." cerita salah satu remaja pria tesebut."Sekarang mana polisi itu?" tanya Abel penasaran."Dia tadi ada di depan toko 'X' saat menangkap kami." jawab remaja itu lagi.Abel keluar toko, memastikan polisi yang disebutkan dua remaja pria itu adalah seseorang yang membuatnya susah tidur tiap malam. Seseorang yang selama ini membuatnya tak bernafsu makan. Seseorang yang hanya bisa dia rindukan tanpa berani mengharapkan.Pandanganya menyapu kesebuah toko y
"Kalau anakku tidak mau meningģalkanmu. Sekarang, kau yang harus meninggalkan anakku. Jauhi dia, mengerti!"Ucapan Ayah Raja membuat nafas Abel tercekat. Raja tahu wanita itu kembali terluka karena lidah tajam Ayahnya lagi."Maaf, Om. Mulai sekarang saya tidak akan lagi meninggalkan anak anda. Sudah beberapa kali dia mempertaruhkan nyawanya demi menolong saya. Sekarang saatnya saya mengorbankan harga diri dan perasaan saya demi dia." balas Abel sambil menggenggam tangan lelaki yang ada di sebelahnya.Raja tersenyum mengembang mendengar ucapan Abel. Dia tak menyangka wanita yang selalu di anggapnya lemah itu kini berubah menjadi singa di depan Ayahnya."Jadi kau mau balas dendam dengan mengencani anakku sebagai ganti aku telah memecatmu dari perusahaan?" tanya sinis Ayah Raja, sorot matanya penuh kemarahan ke arah Abel."Ayah, kenapa akhir-akhir ini Ayah menjadi sering ikut campur urusanku? Ini sudah tengah malam Ayah, jangan buat kekacauan di rumah orang. Pulanglah!""Sebelum wanita i