Pov CitraSejak kematian mantan ibu mertuaku sifat Noval menjadi-jadi. Setelah di pecat oleh Bu Lydia, aku memilih pulang lebih dulu ke rumahku. Tak sangka saat aku baru sampai rumah aku mendengar kabar kematian ibu mertuaku.Seminggu di rumah, aku kembali ke kota. Kembali dengan bantuan majikan orangtua Irish aku mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran. Aku senang kerja di sini karena aku merasa pengeluaranku sedikit hemat. Karena aku tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli makanan saat bekerja."Aku tak kerja Cit, makanya aku cuma bergantung sama kamu!" pesan Noval sebelum aku kembali bekerja."Kenapa kamu malah keluar, kalau semua kebutuhan kamu minta sama aku, aku juga merasa keberatan." balasku saat itu."Sikembar gak ada yang jaga, kasian ayahku menjaganya sendirian." itu alasan ampuhnya yang membuatku terpaksa memberinya hampir semua gajiku padanya. Kebiasaan lamanya kumat dan sungguh aku merasa kembali terbebani saat ini."Cit, ayahku akan pergi ke rumah saudara bebera
Bugh... Satu pukulan, Bugh... Dua pukulan, Bugh... Tiga pukulan. Dipukulan ke tiga, Noval jatuh tersungkur sebelum bisa membalas sekalipun pukulan dari pak Riyan. Aku terus menikmati adegan itu dengan sesekali menjerit tak tega melihat pukulan maut yang pak Riyan pukulkan kearah muka sibrengs*k itu, bagaimanapun juga ia pantas mendapatkannya. "Siapa kau? Kenapa kau ikut campur dengan masalahku?" teriak Noval sambil mengelap darah yang keluar dari ujung bibirnya. "Jelas aku ikut campur, kau membuat keributan didepan restoran milikku," jawab pak Riyan dengan tatapan sinis kearah Noval. "Aku tidak membuat keributan, aku hanya meminta jatah kebutuhan anak-anakku pada istriku!" ucap Noval berbohong. "Bohong Pak, saya bukan istrinya, tapi mantan istrinya. Dia menginginkan semua gaji saya, jelas saya melakukan perlawanan ketika ia memaksa saya memberikan semua gaji saya untuknya!" teriakku membela diri. "Mulai hari ini, kau harus rajin bekerja, bung! Agar wibawamu tak hilang
Pov CitraSejak aku mendapatkan perlakuan khusus dari atasanku dan bosku, aku merasa mulai terasing dari teman-teman kerjaku, ada yang membicarakanku dibelakang, bahkan ada yang terang-terangan menyindirku. Aku merasa tidak nyaman sekarang, berbagai alasan ku katakan pada Pak Riyan untuk tidak mengantar jemputku, namun ia terus beralasan tidak mau memberi kesempatan mantan suamiku melakukan hal seperti hari itu lagi. Aku paham niat baiknya, namun aku lebih tersudut karena kebaikannya. Ditambah Pak Andre yang sering terang-terangan menggodaku didepan pegawai lain, itu membuat bahan bakar kemarahan para pekerja lain yang tidak menyukai situasi ini.Suatu sore setelah aku diantar pulang Pak Riyan, aku terkejut ketika memasuki kontrakan. Tiba-tiba ada Noval didalam kontrakanku, mulutku dibungkam ketika aku baru memasuki pintu kontrakan, aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk berteriak, ia terus menyeret tubuhku kedalam kamar lalu menghempaskan tubuhku diatas kasur. Aku sangat takut
Pov NovalSudah sejak kematian ibuku, aku selalu berusaha mengambil simpati Citra lagi agar kasian dan mau kembali lagi kepadaku namun sia-sia. Setauku dia bukan tipe pendendam, tapi mengapa ia tidak bisa luluh lagi. Demi kebahagiaan anak-anak harusnya dia tidak egois menyimpan kemarahan yang sudah lama kusesali karena telah membuatnya terluka. Aku pun telah mendapat hukuman setimpal, ibuku meninggal karena ulah Nita yang menjadi korban seperti Ayahnya waktu itu. Jadi jika dipikir-pikir aku sudah terkena karma dan menyesali perbuatanku, sebegitu bencikah dia kepadaku hingga mengorbankan kepentingan anak-anak dan menolak ajakan rujukku.Tentang 2 orang atasannya yang sering kulihat bersamanya, mungkinkah mereka hanya kasian dan iba dengan Citra karena ulahku membuat keributan saat itu. Ataukah mereka mempunyai perasaan lebih pada mantan istriku itu. Aku akui kini Citra sangat jauh lebih cantik setelah menjadi jandaku, mungkin salahku dulu yang tidak becus menjadi suaminya hingga dia me
Pov NovalSeperginya Citra bersama atasannya membuat rasa percaya diriku seakan memudar, bagaimana aku bisa bersaing dengan atasannya itu. Bukan hanya kalah dari segi harta, wajah dan penampilannya jauh diatasku. Bagaimana pria sempurna sepertinya bisa memilih janda beranak tiga seperti Citra. Dari segi usia memang terlihat kami seumuran, apakah dia duda atau bujang, kini pikiranku dihantui dan tertarik mengetahui pribadi sosok pria itu. Aku memutar otakku, mencari cara agar Citra kembali lunak seperti dulu. Tak ada cara lain, aku akan menggunakan anak-anak sebagai senjata untuk memancing Citra mendatangiku.Aku ambil ponselku, kutekan nomor Citra yang ku dapat dari teman kerjanya secara sembunyi-sembunyi beberapa hari yang lalu. Semoga Citra tidak mengganti nomornya lagi.Panggilan terhubung, syukurlah Citra tak lagi mengganti nombor ponselnya. Panggilan pertama dan seterusnya Citra tak juga mengangkatnya. Aku tak pantang menyerah, ku coba menghubunginya beberapa kali lagi, namun ha
Pov Author"Bagaimana bapak tau saya ada didalam sini?" tanya Citra dengan menatap Andre penuh selidik. "Em..." Andre terlihat gugup dan bingung menjawab pertanyaan Citra, terlihat ia menggaruk dahinya karena bingung harus menjawab apa. " Jangan bilang kau menguntitnya?" tanya Noval dengan tatapan kebencian pada Andre."Saya hanya ingin memastikanmu tidak menyakiti Citra!" jawab Andre jujur. "Kenapa kau sangat peduli dengan masalah Citra, kau berhak mengatur hanya sebatas di tempat kerja bukan diluar kerja seperti ini!" ucap Noval yang begitu geram karena rasa cemburu melihat orang lain memperhatikan Citra dengan berlebih membuatnya merasakan sakit."Kau tidak menyadari, kau terlalu bahaya untuk hidup Citra? Kau sudah menghancurkannya dulu, dan sekarang ketika ia baru bisa bangkit dengan seenaknya kau ingin mengganggu hidupnya lagi? apalagi yang tengah kau rencanakan hah?" ucap Andre tak kalah emosi."Sudah kubilang, ini semua bukan urusanmu, pergi kau dari rumahku!" usir Noval."T
Pov CitraSekitar tiga puluh menit aku memejamkan mata, aku terbangun karena tangisan Naira. Ku gendong dia agar berhenti menangis. Tak lama kemudian Naura ikut terbangun juga Zahra. Zahra langsung memelukku karena dia bilang sangat merindukanku.Hari ini aku lihat ketiga anakku bahagia sekali karena kedatanganku. Andai saja Noval tidak memberiku luka yang sangat dalam aku maafkan kesalahannya demi anak-anakku.Aku bukan seorang ibu yang egois, aku punya alasan kuat kenapa bersihkeras tak mau kembali dengan mantan suamiku itu.Malam harinya Zahra bertanya suatu hal yang tak bisa ku jawab. Noval memang keterlaluan, dia berbicara bohong pada Zahra agar aku tersudut."Ayah bilang, sebentar lagi ibu akan ikut tinggal disini. Ayah juga bilang kalau ibu tidak akan pergi-pergi lagi. Pasti Zahra dan adik-adik akan senang sekali jika benar ibu kembali bersama kami disini!" ucap Zahra lugu. Bibirku berat sekali untuk menjawab pertanyaan gadisku yang lugu ini, aku tidak mampu berkata-kata. Aku t
Pov AuthorKini Citra menjadi pribadi yang lebih pendiam dari sebelumnya yang memang sudah pendiam. Ia selalu pergi dan pulang kerja diantar oleh mantan suaminya. Di dapur tempatnya bekerja ia sudah tidak mendapatkan perlakuan iseng dari Andre lagi. Tak ada makan siang bersama atau sekedar pergi bersama ke masjid untuk solat dzuhur ketika jam istirahat dengan Andre, jujur ia merasa kesepian. Riyan pun sudah beberapa hari mendiamkannya meskipun kadang tak sengaja mereka beradu pandang tapi Riyan dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain, rasa kecewa jelas masih bersarang dihati bosnya itu.Siang ini Nita terlihat mendatangi Restoran tempat Citra bekerja, bukan Nita namanya jika ia datang tanpa bermaksud membuat masalah. Ia sudah cukup lama mengetahui dimana Citra bekerja, namun baru sekarang ia bisa datang untuk mengerjai teman yang dianggap musuh bebuyutannya itu. Ia sudah mencari informasi sebelumnya tentang masakan apa yang Citra masak didapur restoran itu, segera ia meme