Share

Bab 18. Ciuman Tanpa Paksaan

Ekspresi Nakula menegang. Ujung bibirnya berkedut ketika mendengar jawaban Pak Janu.

“Berbicara tentang masa lalu saya? Sepertinya itu hal yang tidak perlu.” Kata-katanya terdengar dingin dan berlumur kemarahan.

Sementara Gemi sebetulnya merasa tidak enak, tetapi dia ogah bila tiba-tiba harus meminta maaf atas sesuatu yang tidak diketahuinya. Kalau Nakula tersinggung dengan obrolannya, semestinya sejak awal dia memperingati Gemi untuk tidak menggali-gali informasi tanpa izin.

“Kami hanya bicara sebentar. Bukan hal penting,” Akhirnya Gemi membalas. Cepat-cepat dia mendorong bahu Nakula untuk keluar dari dapur. “Omong-omong, apa yang dokter bilang tadi? Kamu enggak boleh banyak bergerak, dasar sial. Kalau jahitan di kepalamu terbuka lagi, aku enggak mau ngantar ke dokter.”

Nakula terpaksa menuruti kemauan Gemi. Pria itu kembali ke kamarnya di lantai dua bersama sang istri yang menuntun di sampingnya. Setelah Gemi baru saja menutup pintu kamar, Nakula tidak langsung berbaring di ranjan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status