Share

3. Permintaan Farzan

Hening...

Kenan, Fara dan Ami dengan sabar menunggu Farzan membuka suara menyatakan keputusannya.

Perlahan Farzan kembali membuka matanya dan menatap lurus pada Kenan. "Sebenarnya Ayah punya solusi untuk menyelesaikan masalah ini tanpa adanya perseteruan antara kedua belah pihak. Namun solusi ini hanya bisa terealisasikan dengan persetujuan mu. Bagaimana?"

"Katakan Yah. Kenan akan melakukan apapun itu selama Kenan mampu." sambar Kenan cepat.

Farzan terdiam sejenak sembari memperdalam tatapannya "Kamu harus menjadi mempelai pria pengganti." tuturnya kemudian.

"Hah?" ya, seperti dugaan Farzan. Bukan hanya Kenan, bakan Fara dan Ami tak luput dari keterkejutan setelah mendengar penuturan tersebut. Ketiga orang itu sukses dibuat terperangah olehnya.

"A-Ayah, apa maksud Ayah?" Fara yang menyahut dengan sedikit terbata. Diantara ketiganya, mungkin ia yang paling terkejut.

"Seperti yang Ayah katakan, Kenan akan menggantikan Bagus sebagai mempelai prianya. Intinya, kamu akan tetap menikah hari ini, tapi bukan dengan Bagus, melainkan dengan Kenan." Jelas Farzan tenang.

Fara mengigit gemas bibir bawahnya "Iya, Fara tau maksud ucapan Ayah. Yang Fara tanyakan, apa maksud Ayah memutuskan seperti itu?" ralatnya.

"Hm... Ayah tidak ada maksud apapun. Ayah hanya berpikir bahwa itu adalah solusi terbaik." masih dengan tenang Farzan menjawab.

"Apa maksud Ayah dengan solusi terbaik? Ayah bahkan tidak meminta persetujuan Fara. Ini tentang masa depan Fara, Yah." bantah Fara tidak terima hingga sedikit meninggikan suaranya.

"FARA!" sentak Farzan dengan suara yang lebih tinggi "Lalu apa yang terbaik menurutmu? Meminta pertanggung jawaban pada keluarga Sanjaya? Kalaupun mereka mau bertanggung jawab dan tetap melanjutkan pernikahan, apa kamu pikir Ayah akan setuju? Matipun, Ayah tidak akan setuju! Ayah tidak akan memberikan putri Ayah pada mereka yang sudah seenaknya menginjak-injak harga diri putri Ayah. Dan kalaupun mereka memberikan kompensasi pembatalan pernikahan, bahkan seluruh kekayaan mereka tidak akan cukup membeli harga diri putri Ayah." tuturnya panjang lebar penuh penekanan. Akhirnya ia tidak dapat lagi membendung emosi kekecewaannya terhadap keluarga Sanjaya yang sejak tadi berusaha ia pendam.

Dan hasilnya, Fara sukses dibuat bungkam olehnya. Gadis itu benar-benar terenyuh. Sungguh ia tak menyangka, sang ayah sebegitu tingginya memandang harga dirinya. Dalam bungkamnya, Fara menunduk dengan air mata yang lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Sungguh ia sangat menyesal telah membantah sang ayah, bahkan sampai meninggikan suaranya, walaupun hanya sedikit.

Bukan hanya Fara, bahkan Kenan dan Ami yang sejak tadi hanya diam menyimak interaksi sepasang anak dan ayah itu, sukses dibuat speechless. Ami kagum terhadap sang kakak. Sedangkan Kenan, jujur saja ia sedikit iri terhadap Fara.

'Apakah Ayah akan seperti ini juga saat aku dalam masalah serupa?' dengan cepat Kenan menepis pemikiran itu. Sangat tidak pantas membandingkan dirinya dengan Fara yang sejatinya anak kandung Farzan. Diakui sebagai anak oleh orang seperti Farzan saja sudah merupakan suatu keberuntungan terbesar dalam hidupnya. Namun tentu saja ia juga sangat berharap, Farzan menyayangi dirinya seperti menyayangi Fara. Entahlah, bagi Kenan biarlah itu hanya menjadi sebuah harapan.

"Hufh..." Farzan menghembuskan nafas berat setelah berhasil mengontrol emosinya yang sempat menggebu-gebu. "Maaf nak, Ayah tidak bermaksud membentak mu. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu." ucapnya sedikit menyesal kemudian. Ini adalah kali pertamanya membentak sang putri.

Grep...

Tiba-tiba Fara berhambur memeluk sang ayah membenamkan wajahnya di dada Farzan. "Tidak Yah, Ayah adalah Ayah terbaik buat Fara. Fara yang harusnya minta maaf sudah meninggikan suara pada Ayah. Maafin Fara, Yah. Hiks..." gadis itupun mulai terisak.

Farzan membalas pelukan Fara sembari mengusap-usap lembut punggung sang putri "Sudah, sudah, kamu juga putri terbaik Ayah kok. Benar katamu, Ayah juga memang salah karena memutuskan masa depanmu tanpa meminta persetujuan mu dulu. Maafin Ayah ya, nak."

"Tidak apa-apa Yah. Mulai sekarang Fara tidak akan membantah Ayah lagi. Fara yakin, semua keputusan Ayah buat Fara adalah yang terbaik."

"Tentu saja nak. Terima kasih sudah percaya sama Ayah." Farzan sedikit melerai pelukan mereka demi mempertemukan tatapannya dengan sang putri "Jadi, sekarang bagaimana? Apa kamu setuju untuk menikah dengan Kenan?"

Ragu bercampur malu Fara mengangguk kaku "I-iya Yah, kalau kak Kenan mau." ucapnya sebelum segera kembali membenamkan wajahnya ke dada sang ayah. Ia yakin saat ini wajahnya pasti memerah seperti kulit apel matang.

Farzan tersenyum melihat tingkah sang putri, lalu mengalihkan pandangannya pada Kenan "Jadi, bagaimana keputusanmu nak? Tolong jangan jadikan ini beban nak, ikuti kata hatimu. Apapun keputusanmu Ayah akan menerimanya dengan hati lapang. Berpikirlah untuk kebaikanmu sendiri, bukan untuk kebaikan Ayah." tuturnya memperingati dengan bijak, sebab sangat mengetahui tabiat Kenan yang kerap mengutamakan kepentingan orang-orang terdekatnya dibanding kepentingan dirinya sendiri.

Benar saja, Kenan yang tadinya sudah tampak mengangambil ancang-ancang untuk menjawab sembari menunggu Farzan menyelesaikan ucapannya, kini malah terdiam kikuk. Bibirnya seolah terasa berat untuk berucap. Kata demi kata, kalimat demi kalimat yang tadinya sudah siap dilontarkan, kembali ia telan mentah-mentah sembari menimbang keputusan yang telah ia tetapkan sebelumnya.

Cukup lama Kenan menimbang, namun bibirnya masih terasa berat juga untuk berucap. Bahkan ia harus menggigit keras bibir bawahnya agar sedikit terbuka. "Ke-Kenan setuju Yah." pria itu kembali menggigit bibir bawahnya sedikit lebih keras agar lebih leluasa berucap "Kenan bersedia menikahi Fara!" sentaknya kemudian. Bukan karena marah atau terlewat semangat, ia hanya refleks seolah baru saja bebas dari beban yang sangat berat. Itupun kalimat yang terucap dari bibirnya hanyalah sebagian dari kalimat yang ada dalam pikirannya.

Seharusnya kalimat lengkapnya seperti ini : 'Kenan bersedia menjadi mempelai pria pengganti, menikahi Fara.' Entah memang sengaja ia singkat atau gengsi mengakui dirinya sebagai 'mempelai pria pengganti', Kenan pun tak tahu mengapa demikian. Kakimat yang terucap dari bibirnya murni refleks semata.

Jangan tanyakan reaksi Fara, Farzan, dan Ami. Tentu saja mereka sangat terkejut dengan sentakan Kenan yang tiba-tiba. Terutama Ami yang paling dekat dengan Kenan. Wanita paruh baya rada gresek itu bahkan sempat terlonjak bangkit dari duduknya. Fara dan Farzan, sepasang ayah dan anak itu hanya tersentak dan refleks mengeratkan pelukan mereka. Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa Ami yang paling mengenaskan. Sendirian tanpa gandengan, ia pula yang berada paling dekat dengan Kenan. Untung saja wanita paruh baya itu tidak punya riwayat jantung, kalau punya, alamat ICU pastinya.

'S*it!' Kenan mengumpat dalam hati merutuki kelepasan nya. Jujur ia sangat malu saat ini. Selain kelepasan, ucapannya juga terkesan terlewat semangat seolah sangat ingin menikahi Fara. Namun bukan Kenan namanya jika tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik. Dengan tenang nan santai disertai senyuman tipis, pria itu berujar "Maaf, kelepasan." singkat, padat dan jelas, plus cool.

Lihatlah betapa kuatnya karisma pria itu. Bukan hanya Fara dan Ami, bahkan Kenan yang sejatinya sesama pria terkesima dibuatnya. Dalam hati ketiganya mengakui bahwa Kenan memang the real orang tampan, bukan kaleng-kaleng. Begitulah orang tampan asli, apapun yang mereka lakukan akan terlihat keren. Bahkan saat BAB, alias buang air besar, mungkin akan tetap terlihat keren. Tidak bisa membantu, Fara, Farzan dan Ami benar-benar tak dapat berkata-kata dibuatnya.

"Ehem..." Kenan berdehem guna membawa ketiga orang itu pada kesadaran "Jadi, seperti itu." pungkasnya kemudian.

"Ehem..." Farzan ikutan berdehem guna menepis canggung "Ah, terima kasih nak. Maaf sudah membebani mu dengan permintaan egois Ayah. Tapi, sebelum kita membulatkan keputusan ini, Ayah akan tanya sekali lagi. Apakah kamu yakin dengan keputusanmu? Apakah kamu memutuskan itu dengan mempertimbangkan kepentingan mu sendiri? Bukan demi kepentingan Ayah?" cecarnya kemudian.

"Kenan sangat yakin dengan keputusan Kenan, Yah. Memang benar Kenan memutuskan itu demi kepentingan Ayah. Lalu apa? Kenan tidak peduli. Kenan sangat yakin, seperti yang Ayah lakukan untuk Fara, Ayah juga pasti akan melakukan yang terbaik untuk Kenan. Bukankah begitu Yah?" tutur Kenan penuh keyakinan.

Sesaat Farzan terhenyak, tidak menyangka akan sebasar itu Kenan mempercayai dirinya. Sesaat kemudian ia tersenyum cerah, mengalahkan cerahnya mentari "Tentu saja nak. Nyawa Ayah akan menjadi jaminannya jika pilihan Ayah ini mengecewakan mu nantinya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status