Share

Titip Suamiku

“Dih! Apaan, sih?” Aku melengos masih kesal, tapi juga bahagia. Ah, entahlah.

“Kalau masih cemberut, berarti minta cium nih? Mas hitung sampai tiga. Kalau enggak mau senyum, ya kena cium. Satu.” Dia mendekat, “Dua.” Lebih mendekat.

Aku mengulum senyum melihat tingkahnya.

“Yah, kok senyum?” Mas Hada melepas tanganku dan ambruk di kasur sambil memejamkan mata.

Melihat itu, ganti aku yang tertawa. Setelah cukup lama, aku menjawil lengannya. “Mas.”

“Em.”

Aku pura-pura cemberut.

Dia membuka mata. Melihatku seperti itu, Mas Hada tertawa, kemudian langsung menarik tangan ini hingga aku jatuh di atasnya. “Bisa dimulai?” tanyanya tersenyum nakal.

“Hayuk,” sahutku singkat.

Adegan selanjutnya, cukup jadi rahasia aku dan dia! Aku tak pernah tahu jika sekali jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya. Malam ini, entah berapa kali kami melakukannya. Aku berharap, jika Allah menumbuhkan benih di rahimku, maka keturunan kami akan seperti bapaknya. Karena entah mengapa, bagiku, Mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status