Home / Rumah Tangga / Suami Pengganti Yang Membenciku / Bab 7 Mengejar Cinta Akira

Share

Bab 7 Mengejar Cinta Akira

Author: Linda Malik
last update Last Updated: 2024-09-18 16:03:43

Wajah Akira tampak tegang mendengar ucapan Argi di luar dari dugaan. Dia tidak menyangka jika Argi kembali ingin mengejar cintanya.

“Aku rasa, cintaku padamu sangatlah besar, hingga aku tidak bisa melupakanmu. Meski aku terus berusaha, namun sepertinya aku tidak berdaya.” Wajah Argi begitu menyiratkan harapan, menatap Akira dengan tatapan lembut penuh cinta. Namun Akira tidak ingin mengecewakan Argi untuk kedua kalinya.

Dulunya dia bersikap tidak enakan, namun kini dia sudah dewasa. Dia harus bersikap lebih tegas agar tidak menyakiti hati Argi.

“Maafkan aku, Gi. Aku tidak bisa, kamu tahu aku sudah punya suami? Dan aku adalah seorang ibu.” Ucap Akira mencari alasan. Dia tidak ingin memberi harapan palsu pada pria itu.

“Apa kau lupa, jika Anggara sudah pergi? Aku bahkan sudah siap untuk menggantikan posisi Anggara. Aku akan menjadi bagian hidupmu. Bayimu butuh seorang ayah, dan aku sanggup menyayanginya seperti anakku sendiri. Ketahuilah Akira, aku akan membalut lukamu. Ijinkanlah kali ini aku melakukannya untuk wanita yang aku cintai.” Argi mencoba meraih tangan Akira yang terkulai di atas kasur.

Akira tertegun mendengar ucapan Argi, menurutnya ini terlalu cepat. Hatinya masih berkabung, bahkan Akira belum mengunjungi makam suaminya. Bukankah ini adalah sebuah kesalahan jika dia kembali berhubungan dengan pria lain, di kala pusara sang suami masih basah?

Akira menarik tangannya dari genggaman Argi.

“Maaf Gi, aku rasa ini belum waktunya. Hatiku masih ada yang memiliki. Aku tidak ingin memberi harapan padamu, sementara aku belum yakin apa aku bisa melupakan suamiku.” Air mata kembali menetes membasahi pipi Akira. Dia merasa telah mengkhianati cinta suaminya, dengan kehadiran Argi di sini.

“Kamu tidak perlu melupakan Anggara, hanya perlu belajar menerimaku. Ketahuilah, jika aku memiliki cinta yang tulus untukmu dan juga bayimu. Aku hanya meminta kesempatan satu kali lagi, untuk aku membuktikan ucapanku ini.” Ucap Argi dengan penuh keyakinan.

“Beri aku waktu.” Ucap Akira akhirnya. Dia sendiri merasa banyak berhutang budi. Walau bagaimanapun Argi yang menyelamatkan hidupnya dan bayinya. Di saat hidupnya terpuruk, Argi datang membawa perhatian dan cinta. Akira tidak menampik jika dia memiliki sedikit rasa simpati pada sosok pria di sampingnya.

“Baiklah, aku akan terus menunggu hingga kamu siap. Selama menunggu ijinkan aku untuk membantumu.”

“Aku masih ada orang tua—”

Belum Akira menyelesaikan ucapannya, Argi sudah menyela. “Aku tahu orang tuamu sudah meninggal Akira. Maafkan aku, tidak sempat menghadiri pemakaman kedua orang tuamu.” Argi menunjukkan raut penyesalan. Dia sudah mengenal Lidiya, ibunya Akira. Dan sikap wanita itu begitu hangat ketika beberapa kali Argi menyambangi rumahnya dulu.

“Tidak masalah, Gi. Jangan pikirkan itu, ibu dan ayah kini sudah bahagia di surga. Namun yang aku maksud adalah kedua orang tua Anggara, aku masih mempunyai mereka.” Seketika Akira teringat jika selama ini belum pernah menghubungi Ruth dan Bustomo. Padahal kini dia sudah melahirkan cucu pertama untuk kedua mertuanya. Namun dia belum memberitahu apapun.

Akira mencoba menggapai tas yang berada di atas nakas, dan mencari keberadaan ponselnya. Karena terlalu terburu-buru membuatnya hilang keseimbangan, hingga tangannya terlepas dari pegangan pada sisi kasur.

Argi dengan sigap menangkap tubuh Akira yang hampir terjerembab ke bawah. Wajah Akira melekat pada dada bidang Argi. Namun ia segera menegakkan tubuhnya kembali dengan bertumpu pada bahu Argi.

“Kamu bisa minta tolong sama aku jika memerlukan sesuatu.” Ucap Argi, posisi wajah Akira begitu dekat dengan bibirnya. Bahkan hembusan nafasnya tercium jelas di indra penciuman Akira.

Tak ada yang terjadi, Argi ingin menyatakan keseriusannya tanpa ingin memanfaatkan keadaan. Mencari kesempatan dalam kesempitan, meskipun jauh dalam hatinya begitu ingin mencium Akira.

Akira mengeluarkan seluruh isi dalam tasnya, namun tak juga mendapati ponsel. Karena terburu-buru dia melupakan keberadaan benda penting itu. Kini dia tidak mempunyai cara untuk menghubungi keluarganya. Ingin meminta tolong pada Argi namun rasanya tidak enak hati.

“Ada yang kamu cari, Akira? Apa kamu ingin menghubungi keluarga Anggara?” Seakan Argi mengerti jalan pikiran wanita itu, dia pun segera memberikan ponselnya pada Akira.

“Kau ingin menelpon bukan? Pakailah. Nomor telepon om baskoro masih tersimpan dalam ponselku.” Argi menempatkan diri duduk di tepi ranjang, membantunya untuk mencari kontak Baskoro. Namun hingga berulang kali menghubungi, panggilannya tak kunjung dijawab.

“Gi, punya nomor telpon rumahnya Anggara?” Tanya Akira dengan hati-hati.

“Mungkin, coba kita lihat.” Argi mencoba mencari ke layar ponsel, yang memperlihatkan isi kontak yang tersimpan. “Aku tidak menyimpannya, tapi aku punya nomor perusahaan Anggara Widjaja. Apa kau ingin menghubungi ke sana?”

Akira menggeleng, sudah sangat lama Baskoro tidak pernah berkecimpung dalam perusahaannya semenjak Anggara mengambil alih. Namun bukankah Argi pernah berucap jika kemarin adalah hari Anggara dimakamkan, tentunya atas keinginan mertuanya.

“Apa kamu tahu kemana mama dan papa Anggara sekarang? Bukankah kemarin kamu bilang jika mereka yang menyetujui pemakaman Anggara?”

“Aku sudah menghubungi mereka dan memang benar orang tuanya yang meminta untuk Anggara segera disemayamkan. Namun hingga saat ini belum ada kabar dari mereka. Jika kamu mengijinkan, aku akan menyuruh orangku untuk mencari keberadaan mereka.” Jelas Argi, mencoba mencari solusi.

“Terima kasih, Gi. Maaf selama ini aku selalu merepotkan.” Akira merasa salut akan perhatian Argi padanya.

“Tidak masalah, sudah tugasku bukan?” Argi menyimpan kembali ponselnya. Lalu kembali duduk di kursi.

“Apa kamu sedang tidak sibuk? Jika kamu ingin pulang, maka pulanglah. Aku akan menjaga diri.” ucap Akira.

“Apa kamu menginginkanku untuk pulang, Akira? Sedangkan keberadaanmu hanya sendiri.” Argi masih ingin berada di sana untuk waktu yang lebih lama.

“Tentu, nanti aku akan memanggil suster jika memerlukan sesuatu.”

“Jika kamu menghendaki aku pulang, maka aku akan pulang. Tapi ijinkan aku untuk mengunjungimu setiap hari.” ucapan Argi terdengar tulus, namun membuat Akira bingung.

***

Linda Malik

Halo reader yang selalu mengikuti Cerita Cinta Akira, mohon dibantu untuk dukungan dan semoga kalian berkenan untuk memberi ulasan. Terima Kasih 🙏🫶

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Pengganti Yang Membenciku   Bab 151 IMMORTAL LOVE

    Dokter wanita menghembuskan nafas pelan, lalu kembali memandang Akira. “Jangan khawatir nyonya Akira, bayi-bayi anda tumbuh dengan baik. Kabar yang akan kalian dengar justru adalah kabar baik.” Dokter menjeda ucapannya. Anggara yang sedari tadi memperhatikan ucapan dokter dengan serius, kini bisa bernafas lega. Dokter mengalihkan pandangan ke Anggara lalu berkata, “pak Anggara, istri anda tengah mengandung bayi kembar.” Ucapan dokter sontak membuat Anggara terkejut hingga matanya membulat sempurna. Namun hanya sesaat, raut wajahnya berganti dengan kebahagiaan. “Benarkah?” tanyanya seakan ingin memastikan perkataan dokter. Dokter wanita itu segera menunjuk ke arah monitor, memperlihatkan rahim Akira yang memiliki dua kantong janin yang terpisah. Masing-masing kantong terlihat calon buah hati mereka yang terlihat sangat kecil. Rasa kebahagian Akira kini semakin lengkap. Kehilangan putra tercinta setahun yang lalu, namun kini Tuhan menggantinya dengan dua anak sekaligus. Tak henti

  • Suami Pengganti Yang Membenciku   Bab 150 Kehamilan Akira

    “Seperti dugaan saya, nyonya Akira hamil. Dan usia kandungannya masih lima Minggu,” ucap dokter Arya. “Nanti jika ingin mengetahui detailnya, anda bisa mengunjungi rumah sakit. Kami bisa melakukan USG untuk memastikan.” Orang-orang yang berdiri mengelilingi Akira sangat terkejut, terlebih Anggara yang sudah berbulan-bulan menantikan kabar baik ini. “Secepatnya kami akan mengunjungi rumah sakit. Lalu apa ada obat untuk mengurangi mual? Hari ini istri saya sering merasakan mual,” tanya Anggara sembari menggenggam erat tangan Akira. “Saya akan resepkan obat mual dan vitamin. Nanti tolong pak Anggara menebusnya di apotik terdekat.” Dokter pun segera menulis resep dan memberikannya pada Anggara. “Terima kasih, dok.” Anggara hendak mengantarkan dokter itu, namun Baskoro menahannya. “Temanilah istrimu! Biar papa yang mengantar dokter Arya,” ucap Baskoro terdengar seperti sebuah perintah. Anggara pun mengangguk, kembali menghampiri istrinya dan duduk di sisi ranjang. “Kau dengar? Anak k

  • Suami Pengganti Yang Membenciku   Bab 149 Telat Datang Bulan

    Karena tamu undangan sudah hadir, maka acara segera dimulai. Anggara dan Akira berdiri di samping putri kesayangannya.Ashley tampak cantik dengan balutan dress putih. Rambut hitam lebatnya terurai berhiaskan sebuah mahkota di atas kepala.Lagu selamat ulang tahun berkumandang, mengiringi orang-orang yang bernyanyi. Setelah lagu selesai, Ashley meniup lilin angka tiga itu dengan antusias.Kini giliran Ashley menyuapkan kue pertama pada kedua orang tuanya. Ashley mengambil sesendok kue, hendak memberikan suapan pertama pada ibunya.Akira menerima suapan itu, lalu mencium kening Ashley dengan penuh kasih. Namun saat hendak menelan kue, mendadak perutnya bergejolak. Diapun segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.“Ada apa sayang?” tanya Anggara dengan raut wajah panik. Namun Akira hanya menepuk bahu Anggara dan segera menuruni panggung dengan langkah terburu-buru.Anggara kehilangan konsentrasi, namun tak mungkin jika dirinya pergi dari sana meninggalkan putrinya sendiri. Maka dari

  • Suami Pengganti Yang Membenciku   Bab 148 Ulang Tahun Ashley

    Dalam sepekan, Anggara dan keluarganya menghabiskan waktu liburnya di Pulau Dewata, tentu waktu yang membahagiakan dan banyak kenangan yang terukir.Janji Anggara dua tahun lalu sudah digenapi. Sebelum dia berangkat ke Jepang, Anggara telah berjanji akan mengajak istrinya untuk berlibur ke Bali. Namun karena kasus kematian palsunya, membuat janji itu tertunda.Namun takdir kembali mempertemukan dirinya dengan Akira dan keluarga kecilnya.Waktu berjalan sangat cepat, kehidupan rumah tangga Akira dan Anggara hanya dipenuhi oleh kebahagian.Pagi itu keluarga Anggara tengah menyiapkan sebuah pesta untuk ulang tahun Ashley yang ketiga.Pekarangan rumah telah ditata oleh tim pendekor yang sengaja disewa Anggara. Dekorasi layaknya pesta kebun. Dengan sebuah panggung kecil di tengah taman. Serta beberapa pernak pernik anak perempuan, dari bunga dan balon warna-warni.Anggara sengaja meliburkan seluruh karyawannya agar bisa datang memeriahkan acara. Juga tetangganya yang memiliki anak kecil ju

  • Suami Pengganti Yang Membenciku   Bab 147 Happy Anniversary (21+)

    Malam semakin larut, ketika mereka tiba di tempat penginapan. Jarak yang tak terlalu jauh, namun karena kondisi macet membuat perjalanan terasa lambat.Kini Anggara dan Akira berada di kamar mereka yang berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama, dimana kedua orangtuanya beristirahat.“Mas Aang, mau mandi duluan?” tanya Akira yang merasa tubuhnya terasa lengket karena perjalanan panjang.“Mandilah terlebih dulu, nanti aku menyusul,” jawab Anggara, lalu membimbing istrinya untuk memasuki kamar mandi terlebih dulu.Akira memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam bathup yang telah terisi dengan air hangat. Mungkin dengan ini, bisa membuat tubuhnya rileks dan rasa lelahnya hilang.Akira segera mengikat rambut panjangnya dan menanggalkan seluruh kain yang melekat di tubuhnya, lalu melangkah memasuki bathup.Dan benar, tubuhnya terasa rileks ketika terendam dalam air hangat yang dipenuhi busa itu.Hingga beberapa menit berlalu, Akira menyadari jika suaminya tak kunjung datang. Bukanka

  • Suami Pengganti Yang Membenciku   Bab 146 Membeli Adik Bayi

    Anggara sudah merencanakan liburan keluarga. Selama satu pekan menghabiskan liburan di Pulau Dewata. Menyerahkan segala tugas kantornya pada Taufan dan Bayu.Meskipun awalnya Anggara hendak melakukan bulan madu berdua, namun hatinya tidak tenang jika tidak mengajak Ashley.Baskoro dan Ruth turut serta dalam perjalanan kali ini.“Ang, papa dan mama tinggal di rumah saja. Bukankah ini liburan untuk kalian berdua? Maksud mama, kamu dan istrimu?” “Justru itu ma, aku akan tenang jika putriku juga ikut. Maka dari itu, Aang meminta mama dan papa juga ikut. Kita bisa menghabiskan akhir tahun di sana,” jelas Anggara.Hingga akhirnya Ruth dan Baskoro pun menuruti permintaan putranya, karena Anggara sudah terlanjur memesan tiket untuk semua keluarganya.“Baiklah, anggap saja mama jadi pengasuh Ash nanti dan kalian cepatlah memiliki momongan lagi. Mama tidak sabar ingin menggendong cucu lagi,” balas Ruth mengerlingkan mata ke arah menantunya. Membuat Akira tersipu dengan pipi merona merah."Ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status