Share

18). Lebam di Pipi

***

[Danendra : Aku tunggu di lobi.]

Adara mengukir senyum tipis ketika pesan tersebut muncul di layar ponselnya. Memandang kembali komputer di depannya, dia segera mengakhiri pekerjaan untuk menghampiri Danendra yang siang ini mengajaknya makan bersama.

Sebenarnya—setelah depat pagi tadi bersama Ginanjar dan kejadian penamparan yang dilakukan sang Papa, Adara sangat malas pergi ke mana-mana.

Dia ingin menyibukkan diri untuk melupakan sakit hatinya pada sang Papa yang tega membuang semua barang-barang Rafly lalu tega menamparnya. Namun, ketika Danendra mengajaknya makan siang,

Adara sungkan menolak.

Danendra sudah melakukan banyak hal—termasuk mengorbankan hubungannya dengan Felicya. Tak etis sekali jika Adara menolak permintaan suaminya itu yang hanya ingin menghabiskan makan siang bersama.

"Semoga Danendra enggak sadar sama pipi aku," gumam Adara sambil menyentuh pipinya yang kini terlihat sedikit biru.

Selalu seperti itu. Setiap Ginanjar murka, perlakuan kasar pasti selalu dilakuka
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status