Share

255). Terbawa Perasaan

***

"Enggak usah ditekuk gitu mukanya."

Rafly yang baru saja mengambil air minum dingin dari dapur, lantas duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Felicya.

Pulang kantor, dia disuguhi wajah masam yang dipampang Felicya karena ternyata setelah melakukan konsultasi dengan dokter Kiran, dia tak diizinkan pergi ke Paris.

Dokter Kiran bilang, dengan kondisi kehamilannya yang sedikit rentan, terlalu beresiko bagi Felicya untuk melakukan perjalanan belasan jam.

Padahal, pagi tadi sebelum ke kantor, Rafly sudah memesan dua tiket pesawat menuju Paris.

"Bete," celetuk Felicya. "Aku tuh udah bayangin nikmatin sunrise atau sunset di depan eiffel, Raf. Ini malah enggak jadi. Kan sebal."

"Ya mau gimana lagi," ucap Rafly. "Daripada bayi kita kenapa-kenapa, kan?"

"Anak kamu nyusahin."

"Bilang apa kamu?"

Felicya menatap Rafly. "Enggak, maaf," ucapnya. "Aku keceplosan."

"Dijaga ucapannya kalau lagi hamil," kata Rafly. "Jangan ngomong yang buruk-buruk."

"Iya maaf, Rafly. Maaf."

Rafly meneguk air d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status