Share

Suami Pengganti
Suami Pengganti
Author: anggikartika93

Pengkhianatan calon suami

Hari yang dinanti oleh Ryana selama bertahun-tahun akan tiba esok hari. Hari bahagia yang akan membuatnya bersanding dengan pria yang ia cintai selama ini dan menjadi ratu sehari. Acara akad nikah dan resepsi sederhana akan digelar di rumahnya. Persiapan sudah seratus persen matang. 

Hatinya deg-degan tak karuan menanti hari esok. Ingin rasanya waktu ia percepat saja. Detik demi detik ia lalui dengan perasaan senang dan gugup bercampur menjadi satu. Hari esok hari dimana Ryana dan Aldi--kekasih Ryana-- akan resmi menjadi sepasang suami istri. 

"Sudah siap besok bersanding dengan Aldi, Nduk?" tanya Bu Erin yang baru saja masuk ke kamar putri sulungnya. Perempuan paruh baya itu duduk di tepi ranjang. Terlihat Ryana sedang asyik bermain ponsel berbalas pesan dengan teman-temannya. Ryana langsung meletakkan ponselnya begitu Ibunya datang. 

Kamar Ryana sudah dihias layaknya kamar pengantin baru. Dekor bunga-bunga dan gorden berwarna putih sudah ditata dengan sedemikian cantiknya. 

"InsyaAllah, siap Bu. Doakan semuanya lancar ya, Bu," jawab Ryana dengan sumringah. 

"Pasti. Ibu akan doakan. Semoga rumah tangga kalian menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah. Dikarunia momongan yang sholeh dan sholehah." 

"Aamiin ya Allah. Terimakasih Ibu doanya." 

"Sama-sama, Nduk. Tanpa kamu minta pun pasti Ibu akan selalu mendoakan kamu." 

Bukan Ryana saja yang merasakan rasa campur aduk tak karuan. Namun Bu Erin juga ikut merasakan apa yang dirasakan putrinya. Maklum ini adalah kali pertama ia menikahkan putrinya. Bu Erin hanya mempunyai dua anak kandung yaitu Ryana dan Rayyan. Rayyan adalah adik laki-laki Ryana yang baru saja duduk di bangku kuliah. 

"Udah kamu tidur aja, Nduk. Enggak usah main hape lagi. Kita harus hemat tenaga. Lagian besok pagi kalian akan melangsungkan akad nikah. Jangan tidur terlalu malam. Nanti besok mengantuk. Mana besok acara akan sampai malam." Pesan Bu Erin kepada putri sulungnya yang akan menjadi pengantin itu. 

"Iya, Bu." Ryana hanya nyengir. Bu Erin mematikan lampu kamar putrinya dan dia berlalu kembali ke kamarnya. 

Namun bukannya malah tidur. Justru Ryana tidak bisa memejamkan kedua matanya untuk larut ke alam mimpi. Tubuhnya panas dingin. Selama dua hari ini memang Ryana dan Aldi tidak ada bertemu dan berkomunikasi baik secara langsung ataupun via sosial media. Semua itu dilakukan agar ketika akad nikah besok perasaan rindu tidak bertemu akan membuncah. 

Satu jam berlalu. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dari tadi Ryana merasa hatinya begitu gelisah. Ryana hanya bisa gulang-guling di ranjangnya. Sedikit pun rasa kantuk tidak ada menyerangnya, padahal besok hari yang panjang akan ia lalui. Sudah pasti besok akan menjadi hari yang membahagiakan sekaligus hari yang melelahkan. 

Ryana perlahan mencoba memejamkan kedua entah untuk ke sekian kalinya. Para tetangga yang membantu mempersiapkan hajatan di rumahnya sudah pulang. Rumah juga sudah mulai sepi. Namun tiba-tiba ponsel Ryana berdering memecah keheningan malam yang mulai beranjak semakin larut. 

"Duh, siapa sih malam-malam begini menelepon?" Ryana menggerutu. Gadis itu lebih memilih mengabaikan telepon yang masuk. 

Tetapi walau Ryana mencoba mengabaikannya, ponselnya terus berdering hingga tiga kali. Ryana enggan sekali menjawab telepon tersebut. Namun kalau tidak diangkat, ia takut kalau ada kabar penting. Terutama dari kekasihnya. Hati Ryana pun semakin terasa was-was. Dengan cepat ia mengambil ponsel yang tadi ia letakkan di atas nakas. 

"Ezra? Ada apa Ezra meneleponku malam-malam begini?" gumam Ryana bertanya-tanya. "Apakah terjadi apa-apa dengan Aldi?" 

Hati Ryana semakin tidak karuan rasanya. Perasaan cemas dan gugup bercampur aduk menjadi satu. Takut kalau ada apa-apa dengan calon suaminya itu.

"Ha-Halo Ezra? Ada apa kamu telepon malam-malam begini?" sahut Ryana gugup. 

"Jadi kamu belum tidur? Padahal ini sudah larut malam lho. Oh iya, kamu rupanya belum lihat pesanku?" jawab Ezra dengan wajah yang menyeringai di seberang sana. 

"Pesan? Pesan apa? Kapan kamu kirim?" Raut wajah Ryana menjadi tegang dan bingung. Hati gadis itu menjadi bertanya-tanya. 

'Ada apa gerangan yang sebenarnya terjadi,' gumam hati kecil Ryana. 

"Sudah, lihat saja dulu pesan dariku. Padahal sudah setengah jam yang lalu aku mengirim. Kamu akan tau boroknya si Aldi yang sebenarnya."

Ryana semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Ezra. Gadis itu pun langsung mengambil posisi duduk dan menggigit jarinya. 

"Maksud kamu apa? Borok Aldi gimana?" 

"Udah sana, kamu lihat sendiri foto dan video yang aku kirim. Pasti kamu tidak akan percaya. Tetapi semata-mata aku hanya ingin menyelamatkanmu dari orang yang salah. Sebelum ijab qobul diucapkan. Ada baiknya kamu mengetahui kebenaran yang sesungguhnya." 

"Hah? Tu-Tunggu dulu. Aku tidak mengerti. Maksud kamu gimana sih? Menyelamatkan aku dari orang yang salah?" 

Pip. Telepon dimatikan secara sepihak oleh Ezra. Ryana semakin bingung karena percakapan mereka diputus secara sepihak. 

"Ha-Halo! Ezra, tunggu! Aku masih belum paham!" 

Percuma Ryana berbicara karena Ezra sudah memutus telepon mereka. Rasa penasaran pun bergelayut di benak Ryana. Secepat kilat ia membuka pesan dan melihat foto maupun video yang dikirimkan oleh Ezra. 

Betapa terkejutnya Ryana. Jantungnya pun berdetang lebih kencang daripada biasanya. Kedua mata gadis itu terbelalak. Mulutnya menganga lebar. Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Seketika tubuhnya terasa limbung dan bagaikan disengat listrik ratusan voltase. 

"Enggak, ini enggak mungkin! Ini cuma fitnah yang dilayangkan kepada Mas Aldi kan?" gumam Ryana dengan dada yang bergemuruh hebat ketika melihat foto dan video Aldi sedang bermesraan dengan wanita lain. *Maaf* tanpa busana di sebuah hotel. 

Mental Ryana jatuh sejatuh-jatuhnya. Air matanya mengalir tak tertahankan. Gadis itu menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya. Ponsel yang ia genggam di tangannya terjatuh. Tak disangka kekasih hati yang besok hari akan menyebut namanya di depan ayahnya dan penghulu tega mengkhianatinya. 

"Ya Allah! Enggak mungkin Mas Aldi begitu tega padaku. Aku enggak percaya kalau itu Mas Aldi. Enggak mungkin Mas Aldi berkhianat, enggak mungkin." 

Ryana meluapkan emosinya dengan hati yang tercabik-cabik. Hari bahagia sudah berada di depan mata. Namun ternyata sang kekasih hati tanpa berdosa telah melakukan perzinahan dengan wanita lain. Hati siapa yang tidak hancur menerima kenyataan ini sehari sebelum hari bahagia mereka dilangsungkan. 

Ryana menangis tergugu. Ia sangat bingung apa yang harus ia lakukan. Sementara undangan sudah disebarkan, makanan sudah dimasak, dekorasi pelaminan pengantin juga sudah terpasang dengan cantik, dan baju pengantin yang besok akan ia pakai sudah tergantung di kamarnya. 

Akankah pernikahan Ryana dan Aldi akan tetap dilangsungkan esok hari? Apakah benar yang ada di foto dan video itu adalah Aldi?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status