Share

Panik

Panik dan bingung. Dua kata yang menggambarkan perasaan yang saat ini dirasakan Ryana. Dua kata itu juga mewakili perasaannya yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ingin rasanya dia tidak membuka foto dan video yang dikirimkan oleh Ezra tersebut. Namun semuanya telah terlanjur basah. Nampak jelas di matanya kalau foto dan video itu adalah kekasih yang dicintai dan dibanggakannya selama ini. 

"Mas Aldi, kenapa kamu tega, Mas? Kenapa kamu tega mengkhianatiku? Katanya kamu mencintaiku dan aku adalah wanita satu-satunya dalam hidupmu. Tapi kenapa kamu tega, Mas?" gumam Ryana lirih. 

Wajah ayunya nan polos kini bersimbah dengan air mata. Air mata di malam yang seharusnya menjadi malam yang membahagiakan, namun kini berubah menjadi sebuah kepanikan yang luar biasa yang dirasakan Ryana. 

Sang adik yang tadinya sudah tertidur, kini malah tak sengaja terbangun. Kamar Rayyan bersebelahan dengan kamar Ryana di bagian depan. Sementara kamar orangtua mereka terletak di dekat dapur. 

Rayyan yang terusik tidurnya karena mendengar tangisan Ryana pun perlahan membuka matanya. Laki-laki itu bangkit dan menyingkap selimutnya. Penasaran, apa yang membuat kakak perempuan satu-satunya itu menangis. 

"Kenapa kok Mbak Ryana menangis? Padahal kan besok dia akan menikah dengan Mas Ardi." 

Rayyan berjalan meninggalkan kamarnya menuju kamar kakaknya. Hatinya terenyuh ketika mendapati wajah sang kakak yang ia sayangi itu memerah dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Ryana duduk di pinggir ranjang dengan ponsel yang sudah jatuh di lantai. Perasaan Rayyan pun bercampur aduk. Terenyuh dan tidak tega melihat kakaknya menangis. 

"Mbak, kenapa malam-malam gini kok menangis? Apa ada yang terjadi dengan Mas Aldi? Mas Aldi enggak kenapa-napa kan? Dia baik-baik aja kan?" tanya Rayyan heran. Pemuda itu masuk ke kamar kakaknya yang pintunya terbuka setengah, hanya ditutupi oleh gorden. Dia justru mengira kalau Aldi kecelakaan atau ada sesuatu hal yang buruk yang terjadi padanya.

Ryana menatap adiknya dengan pandangan nanar. Ingin sekali ia mengatakan kenyataan pahit ini. Namun lidahnya terasa kelu dan bibirnya tercekat. Tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi sang adik.

Melihat kakaknya yang tidak bisa menjawab pernyataannya yang bertubi-tubi. Kedua netra Rayyan menangkap ponsel Ryana yang tergeletak di lantai. Ponsel yang jatuh sembarang dengan keadaan layar menghadap lantai. Pemuda itu melihat ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi. 

Tanpa meminta izin dari Ryana, Rayyan mengambil ponsel milik kakaknya itu. Ryana tidak mencegah adiknya mengutak-atik ponselnya. Ia justru membiarkan adiknya tau. Ponsel Ryana memang tidak dikunci dengan kata sandi maupun pola. 

"Pasti ada sesuatu di ponselmu ini kan, Mbak?" Rayyan memeriksa ponsel Ryana. Betapa terkejutnya ketika ia mendapati foto dan video tak senonoh yang di dalamnya aktor utamanya adalah calon kakak iparnya beserta wanita lain yang pastinya bukan kakaknya. Ia sangat mengenal sifat dan kepribadian kakaknya. Tidak mungkin kakaknya yang melakukan unboxing sebelum ijab qobul dilafadzkan. 

Ryana menatap wajah adiknya yang terkejut. Sejurus kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sulit memang mendapati kenyataan yang ada. Wanita mana yang hatinya tak hancur ketika mendapati kekasih yang dicintainya telah berbagi peluh dengan wanita lain. 

"Katakan padaku kalau foto dan video itu hanya editan, Yan," kata Ryana yang akhirnya bersuara walau dipaksakan. Tenggorokannya terasa begitu kering dan suaranya serak karena isakan tangis. 

"Foto dan video ini kayaknya direkam dengan ponsel yang bagus, Mbak. Sayangnya 90 % asli. Resolusi gambarnya juga tinggi. Mustahil ini editan. Bukan maksudku memfitnah calon suamimu, Mbak. Aku akan menghubungi Mas Ezra untuk memastikannya. Kalau perlu malam ini juga kita ke rumah Mas Aldi juga," jawab Rayyan dengan tenang. Walau rasa marah dan emosi menguasai hatinya. Namun ia berusaha tetap berpikir jernih dan berkepala dingin. Agar semua masalah yang dihadapi kakaknya bisa mereka selesaikan. 

"Malam ini juga kita ke rumah Mas Aldi? Ini sudah larut malam, Yan. Jujur, aku bingung apa yang harus kulakukan." Ryana mengusap wajahnya pilu. 

"Iya, Mbak. Malam ini juga kita harus ke rumah Mas Aldi. Meminta penjelasan darinya. Apa kamu mau menikah dengan seorang pengkhianat sekaligus lelaki penzina, Mbak? Sayangi dirimu. Aku enggak mau kamu tertular penyakit. Aku takut kalau ternyata Mas Aldi sudah celap-celup sana sini," ungkap Rayyan dengan penuh kekhawatiran. 

Ryana mendesah pelan. Bingung, tak tau apa yang harus ia lakukan. Masih beruntung gadis itu tidak menghadapi kenyataan pahit ini seorang diri. Dirinya masih mempunyai seorang adik yang seorang gentleman, yang membela dan menemani dirinya kapan saja. 

Rayyan melalukan panggilan ke ponsel Ezra untuk memastikan kebenaran apakah yang di video itu benar Aldi atau bukan. Secara Ezra dan Aldi adalah duo sobat kental yang sangat akrab. Pernyataan baru muncul di otak Rayyan. Apa motif Ezra menyebarkan foto dan video panas milik Aldi tersebut. 

Tak lama kemudian, sambungan panggilan telepon dengan Ezra pun terhubung. Rasa gugup pun memenuhi dada Ryana. Dia membiarkan adiknya yang berbicara dengan Ezra. Rayyan pun mengubah mode loudspeaker agar Ryana bisa mendengarkan percapakan mereka. 

"Halo, Ry. Kamu sudah melihat kan kelakuan busuk kekasihmu bersama wanita lain. Huh, begitulah kelakuannya selama setahun lebih ini. Kamu tau kenapa dia melakukan itu? Katanya kamu selalu menolak ajakannya, makanya akhirnya dia melakukannya dengan wanita lain. Lelaki seperti itukah yang mau kamu pertahankan? Lelaki yang sudah pernah berzina itukah yang akan menjadi suamimu?" Ezra berkata seolah tanpa beban membongkar kebusukan sahabatnya sendiri.

Kakak dan adik itu terdiam. Mereka saling tatap. Beribu pertanyaan mengisi benak mereka. Hingga akhirnya Ezra kembali menyambung kalimatnya. Ia rupanya masih belum puas berkata-kata. 

"Kalau aku jadi kamu, aku pasti akan membatalkan pernikahan ini. Jelas, seumur hidupmu terlalu panjang jika kamu habiskan dengan seorang pengkhianat. Ingat, Ryana! Masa depanmu masih panjang! Sayang sekali hidupmu dihabiskan oleh laki-laki yang tidak dapat mengontrol nafsunya. Namanya selingkuh ya tetap selingkuh. Jangan sampai kamu memelihara penyakit. Masih banyak laki-laki yang baik dan bisa menjadi suamimu, Ryana." Ezra malah terkekeh. 

"Ha, halo, Mas. Ini aku, Rayyan. Adiknya Mbak Ryana. Foto dan video itu beneran kan Mas? Bukan editan?" Rayyan akhirnya mengungkapkan kegelisahannya. 

"Hahaha. Aku tau Ryana pasti sekarang lagi gugup dan panik kan? Foto dan video sejelas dan sejernih itu masih kamu bilang editan? Rayyan, Rayyan. Masa kamu tidak bisa membedakan foto dan video editan atau asli. Kalau kamu tidak percaya dengan kata-kataku, tanya saja si Aldi yang sok kegantengan itu. Labrak saja dia sana! Datangi ke rumahnya. Pasti dia mengakui perbuatannya." 

Telepon dimatikan secara sepihak oleh Ezra. Tangan kiri Rayyan mengepal, kini api emosi membakar dadanya. 

"Ayo kita siap-siap ke rumah si Aldi sial*n itu!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status