"Selanjutnya mungkin pamanku."Darren menarik tangan Ellen keras hingga tubuhnya terjatuh ke arahnya. Pria itu menatap lembut wanita malang itu. "Aku tak perlu mengatakan siapa paman ku itu. Kau pasti tahu siapa yang aku maksudkan," ujar Darren.Ellen tak kuasa menahan tangisnya. Berita di TV membuatnya sangat terpukul. Sekarang Darren mengincar Dimitri. Pria itu bisa saja dalam bahaya saat ini. Marc memberitahukan bahwa Dimitri sedang melakukan perjalanan menuju Paris. Hanya sendirian tanpa pengawalan. "Paman ku itu selalu bernasib malang. Dia kehilangan ibunya sesaat setelah kehilangan istrinya," kata Darren. "Apa maksudmu?" tanya Ellen."Rupanya kau belum tahu dimana ibu mertuamu tercinta itu berada," kata Darren tersenyum lalu berjalan menjauh dan duduk di sofa. "Ibu, apa yang terjadi padamu?" tanya Ellen lirih dengan kepala tertunduk."Baiklah. Mungkin sekarang saatnya kau mengetahui semuanya," kata Darren. Ellen menoleh perlahan ke arah Darren. Di tatapnya wajah pria itu de
Pengantin wanita berjalan menuju seorang pria dengan setelan jas putih di ujung sana. Pria itu tak henti-hentinya menatap pengantin wanitanya dengan tatapan takjub. Pun dengan si wanita yang menatapnya penuh kebahagiaan. Namun entah bagaimana, pengantin wanita itu berhenti. Lalu menatap ke sekitar. Suasana penuh tanya dari para tamu undangan sangat jelas terpancar. Entah apa yang akan wanita itu lakukan. "Namaku Hellena Byorka, istri dari Dimitri Pyordova, paman dati Darren Pyordova. Jadi pernikahan ini di batalkan," kata Ellen dengan senyuman merekah di bibirnya.Darren tersenyum. "Yuri, kemarilah. Kenapa kau bicara seperti itu? Bukankah kita sudah membicarakan masalah ini beberapa menit yang lalu?" tanya Darren tersenyum lembut. ***Beberapa menit yang lalu. Ellen sudah mengenakan gaun pernikahan ketika Darren menemuinya. Wanita itu berdiri dan menatap wajah Darren dengan penuh kebencian. "Yuri, kau kenapa?" tanya Darren. "Jika kau tidak menyukai gaun ini, kita bisa menggunakan
"Tunggu!"Dimitri menghentikan David agar tidak pergi. Karena ada banyak hal yang harus mereka luruskan. Bukan masalah antara ayah dan putra tidak dah nya."Ayah, sampai sejauh mana kau mengetahui semua ini?" tanya Dimitri.David jadi salah tingkah. Dia seharusnya tak mengatakan hal itu pada Dimitri. Pria itu sangat jeli. Namun akhir-akhir ini dia kesulitan mengungkap apa yanh sebenarnya terjadi pada istrinya. "Apakah kau juga tahu bahwa wanita yang akan Darren nikahi itu adalah istriku?" tanya Dimitri. David terdiam di tempatnya. Dia tak berani berbalik menghadap ke arah Dimitri dan bertatap muka secara langsung. Perasaan bersalah membelenggunya. Namun dia juga tak tahi harus bercerita darimana. "Apakah kau juga tahu tentang Memory 101?" tanya Dimitri berharap David tidak ada kaitannya dengan itu semua. Tapi Davud tetap terdiam. Pria itu tak tahu harus berkata seperti apa. Semua memang saling berkaitan. Namun David tak ingin putranya salah paham terhadapnya. "Selama ini aku menc
"Pindahkan ibu Mia sekarang juga!" Dimitri marah besar setelah mengetahui segalanya yang terjadi pada Ellen, istrinya. Juga tentang rencana Raynand dan Mia. Meski masih mengenakan baju pasien dan dalam keadaan tidak sehat, namun pria itu tetap berjuang mencari tahu lewat Marc yang ia sibukkan oleh masalah ini. "Hasil test DNA. Setelah itu keluar maka aku akan benar-benar mencabik-cabik Darren," kata Dimitri marah besar. Sementara Marc menahan tawanya. Sang tuan bahkan masih terbaring di ranjang rumah sakit. Tapi dia sudah memiliki tenaga untuk mengamuk. Pria itu merekamnya secara diam-diam dan mengirimkannya pada Ellen.Di seberang sana, Ellen terbahak melihat suaminya mengamuk. Lalu sesaat kemudian air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Rasa rindu yang tak tertahankan. Juga perasaan tertahan karena saat ini dia harus fokus pada pernikahannya yang tinggal menghitung hari."Apa yang kau tertawakan?" tanya Mia yang datang dengan baki berisi teh hangat dan camilan berupa kukis c
Yuri terdiam menatap wajah Darren. Untuk sesaat bahkan dia kehilangan kata-kata. Pria itu menatapnya penuh siasat. Yuri sangat mengetahui akan hal itu. "Dimana dia? Apakah kau yakin dia ada di tempat ini?" tanya Yuri mengedarkan pandangannya ke arah belakang. Tak menemukan siapapun yang mencolok, kembali Yuri menatap Darren. Pria yang saat ini menatapnya dengan tatapan tak biasa. "Bahkan tempat ini sangat ramai. Apakah Madelaine tidak takut wajahnya terekspos?" tanya Yuri lagi. "Mungkin dia sangat ingin terlihat namun malu karena memiliki tompel di wajahnya," goda Darren tertawa lepas. "Darren, kau ini ..." Yuri menahan tawa atas lelucon Darren. "Lagipula memangnya aku hafal dengan wajahnya?" tanya Darren tertawa lepas. Yuri tertawa kecil. "Iya. Bagaimana mungkin kau mengenali wajahnya? Lagipula dia tidak pernah terekspos," kata Yuri. "Dan kau juga, kenapa malah menggodaku seperti itu? Aku hanya merasa penasaran. Orang seperti apa dia sampai bisa membuat baju sebagus itu.""Yan
"Baiklah. Aku akan ikut rencana kalian," kata Ellen dengan raut wajah terpaksa. Namun Mia dan Raynand justru merasa lega. Akhirnya Ellen bersedia untuk bekerja sama. "Biarkan tuan Dimitri mengambil sampel untuk test DNA. Marc akan mencocokkannya dengan nyonya besar Madelaine," kata Mia.Dan ketika Dimitri memeluk tubuh Ellen, pria itu mengambil beberapa helai rambut Ellen. Meski terasa, Ellen tetap bersikap seolah tak tahu tentang itu. "Lalu biarkan tuan Darren tetap menganggap mu Yuri. Kau harus tetap menjadi Yuri dan menikah dengannya," lanjut Mia."Kalian sudah sangat lancang!" bentak Ellen. "Aku ini istri Dimitri. Yang secara tidak langsung adalah bibi Darren. Bagaimana mungkin aku menikahinya?""Nyonya tolong tenangkan dirimu dulu," kata Mia."Dimitri pasti akan bertindak untuk membongkar semuanya. Di saat itulah kau bisa kembali menjadi Ellen sepenuhnya. Dan tinggalkan kehidupan sebagai Yuri," jelas Raynand. "Bagaimana dengan ibu Mia?" tanya Ellen. "Tuan Dimitri sudah men