Beranda / Romansa / Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin / Chapter 7 - Bangkitnya Kaira Melawan Bayu!

Share

Chapter 7 - Bangkitnya Kaira Melawan Bayu!

Penulis: Jezlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-29 13:00:44

"Tadi kira-kira jawabnya udah bener nggak, ya," gumam Kaira sambil terus berjalan keluar kantor Golden Grup.

Rasa pesimis mulai Kaira rasakan kembali, mengingat beberapa menit yang lalu kala proses wawancaranya dengan pihak Golden Group berlangsung. Pasalnya, meskipun dirinya telah berlatih sebaik mungkin, tetap saja Kaira merasa gugup sehingga beberapa kali dia menjawab pertanyaan dengan terbata-bata. 

Merasa tak percaya diri, Kaira pun terpaksa menurunkan ekspektasinya. Dalam hatinya, wanita itu bahkan sudah merasa sangat bersyukur dengan kesempatan untuk bisa lolos sampai ke tahap interview di salah satu perusahaan bergengsi yang masuk ke dalam big three company tersebut.  Bagi Kaira, ini merupakan pencapaian yang luar biasa untuknya. 

Bruk!

Keresahannya membuat Kaira tak sengaja menabrak seseorang sehingga dirinya tersungkur. Meskipun dirinya yang terjatuh, wanita itu tetap merasa bersalah. Kaira berniat meminta maaf kepada orang itu, namun Kaira langsung mengurungkan niatnya ketika melihat seseorang yang tengah berdiri tegap di depannya.

"Kaira? Kamu sedang apa di sini?" tanya Bayu heran sambil memperhatikan Kaira dari ujung rambut hingga kaki. Pria itu pun tak menyangka akan kembali bertemu dengan Kaira.

"Bukan urusanmu, Mas."

"Cih. Sombong sekali kamu, Kaira. Memang bukan urusanku, tapi untuk apa perempuan rendahan macam kamu berada di perusahaan besar ini? Kalau aku jelas akan meeting sama klien, sedangkan kamu? Mencari pelanggan, kah?" tanya Bayu sembari tertawa kecil, tak peduli dengan Kaira yang baru saja tersungkur. 

Hinaan dari Bayu, ditambah dengan netra hitam sang pria yang menatapnya rendah jelas membuat emosi Kaira tiba-tiba memuncah. Wanita itu pun melangkahkan kakinya, tak kuasa untuk segera mengayunkan tangannya ke wajah pria yang pernah mengkhianatinya. Namun, tepat saat Kaira mengangkat tangannya, lengkingan suara seorang wanita mengejutkannya. 

"Mas Bayu! Tunggu aku!"

Kaira sangat mengenal suara nyaring itu. Suara sahabatnya, Melodi, wanita yang sudah tega berkhianat di belakangnya kini sedang berlari menuju lobby tempat dirinya dan Bayu berada. 

Manik Melodi membulat sempurna saat melihat Kaira, tak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan sahabat lama yang dia rebut kekasihnya.

"Kaira, mengapa kamu ada di sini?" 

Nada bicara Melodi yang terdengar seolah wanita itu tak berbuat salah kepadanya membuat Kaira geram. Kaira mendecih kecil saat melihat kedua wajah yang membuat hidupnya seketika luluh lantak. 

Tak ingin berbuat rusuh dan berurusan lebih jauh dengan mantan calon suami dan sahabatnya, Kaira memutuskan untuk pergi, menghiraukan pertanyaan Melodi. Tapi usahanya sia-sia karena tiba-tiba Bayu menahan pergelangan tangan Kaira kuat.

"Lepaskan."

"Nggak sopan sekali kamu. Jika tak ingin menjawab pertanyaanku, setidaknya kamu harus jawab pertanyaan Melodi, bukan?"

"Mas Bayu, sudahlah. Lepaskan saja dia," ujar Melodi yang merasa cemburu ketika melihat Bayu tengah memegang lengan Kaira. 

Kaira melirik ke arah lengan miliknya yang ditahan oleh Bayu, namun netra cokelatnya tak sengaja melihat bagaimana Melodi berani menggamit lengan milik Bayu begitu posesif.

Kaira tersenyum miring ketika menyadari jika Melodi mulai berani secara terang-terangan menunjukkan sikap mesranya.

"Urusi saja selingkuhanmu itu, Mas!"

Tak terima dengan ucapan Kaira, Bayu semakin memperkuat cengkeramannya di lengan Kaira. Pria itu mulai menatap Kaira dengan seksama. Pria itu tersadar bahwa wanita di depannya menggunakan kemeja putih beserta rok hitam –pakaian pelamar kerja. Bayu mulai terbahak-bahak saat membaca nametag di depan dada milik Kaira.

"Kamu ke sini untuk melamar kerja?" Bayu masih tertawa puas ketika tahu jika Kaira, yang baru saja berhasil dipecat dari perusahaan lamanya karena perbuatan Bayu, datang ke perusahaan besar untuk mencari pekerjaan.

Tidak ingin terkonfrontasi, Kaira memilih pergi dari hadapan Bayu juga Melodi. Kaira bahkan masih mendengar suara Bayu yang terus menghinanya.

"Gak usah kepedean, Kaira. Orang kayak kamu nggak akan bisa keterima kerja di tempat seperti ini!" 

***

"Bagaimana wawancaranya tadi, Kaira?"

Mendengar suara itu membuat Kaira terkejut sendiri. Ia melirik ke arah sofa di mana Dipta sedang duduk sambil menatap laptop.

"Entahlah, Mas. Aku tak yakin akan lolos tahap wawancara."

Kaira ikut bergabung duduk di samping Dipta, sedikit melirik ke arah laptop yang sedang menyala, menampilkan sebuah game yang tengah berjalan.

Tahu jika istrinya sangat lelah, Dipta langsung pamit pergi ke dapur untuk membuatkan minum.

Saat kembali dari dapur, Dipta ditatap Kaira penuh selidik. Paham jika istrinya sedang memikirkan sesuatu membuat Dipta langsung menanyakannya.

"Ada apa, Kaira?" Dipta menaruh gelas yang berisi jus stroberi di depan istrinya, kembali duduk di tempatnya yang semula.

"Mas kok jam segini ada di apartemen? Memangnya Mas nggak kerja?"

"Aku tadi izin sama Pak Bos."

"Izin? Untuk apa? Apa Mas sakit?" Kaira justru khawatir jika Dipta sedang sakit. Raut wajahnya yang cemas tidak bisa disembunyikan hingga membuat Dipta mengulum senyumnya.

"Aku izin karena mau menyambut kamu yang habis tes wawancara."

Kaira hanya bisa melongo mendengar penuturan dari Dipta. Selain karena tidak menyangka jika Dipta akan melakukan ini untuknya, pekerja mana yang izin tidak masuk kerja hanya karena ingin menyambut istrinya?

"Seandainya nanti aku tidak lolos, aku minta maaf banget sama kamu, Mas. Apalagi pekerjaan ini rekomendasi dari kamu. Aku pesimis, karena jawabanku yang terbata-bata."

Menyaksikan wajah istrinya yang terlihat murung, Dipta menggenggam telapak tangan Kaira erat, mengelus lembut dengan ibu jarinya.

"Kamu gak usah khawatir. Jika memang rejekinya pasti akan diterima. Aku juga dulu begitu saat melakukan wawancara. Ngomongnya belepotan," hibur Dipta mencoba menenangkan Kaira.

Ucapan dari Dipta membuat perasaan Kaira seketika membaik. Wanita itu tersenyum ketika Dipta menenangkannya dengan segelas jus buatannya.

Tidak hanya itu, Dipta dengan sukarela akan membuatkan makanan untuk sang istri. Di sini Kaira merasa tidak enak hati jika dirinya hanya duduk saja menonton Dipta memasak. Alhasil Kaira ikut membantu Dipta membuat makanan untuk diri mereka sendiri.

Selama di dapur, Dipta sedikit jahil kepada istrinya, mengolesi margarin ke pipi Kaira.

"Mas Dipta, ih!" protes Kaira tak terima jika pipinya kotor. Sedangkan Dipta hanya tertawa terbahak-bahak.

Merasa dijahili membuat Kaira mengatur balas dendam kepada suaminya, bersiap untuk mengolesi kecap ke wajah suaminya, namun suara deringan ponsel miliknya menghentikan aktifitasnya.

Keningnya mengerut saat melihat nomor tak dikenal. Kaira bahkan menatap ke arah dapur, seakan meminta pendapat dari Dipta untuk mengangkat telepon dari nomor asing atau tidak.

Mendapat anggukan dari Dipta, Kaira pun menggeser tombol hijau ke samping.

"Halo, selamat sore, dengan saudari Kaira Sifabella?"

"Sore, benar, saya sendiri."

"Selamat ya, Mbak. Mbak Kaira diterima di perusahaan kami, Golden Grup. Untuk informasi lebih lanjut, besok pagi Mbak bisa datang ke kantor untuk bertemu dengan kepala HR, ya."

Seketika kaki Kaira mendadak lemas. Setelah sambungan terputus, Kaira menoleh, menatap ke arah dapur, di mana Dipta tengah menatapnya sambil memberikan senyuman manisnya.

Tak kuasa menahan rasa bahagianya, Kaira langsung saja berlari menuju dapur dan memeluk Dipta dengan bahagia.

"Aku diterima, Mas!"

"Se– selamat, Kaira."  

Saking senangnya, Kaira tidak menyadari jika pelukan yang dilakukannya sangat begitu erat. 

Mendadak sadar apa yang telah dilakukannya, Kaira langsung melepaskan diri dari pelukan Dipta. Mereka berdua sama-sama tersipu malu, terutama Kaira, karena berani memeluk Dipta terlebih dahulu.

***

Sudah satu minggu Kaira bekerja di tempat baru. Banyak pengalaman baru yang membuat Kaira harus giat belajar kembali.

Jika dulu ia harus bekerja menatap komputer berjam-jam, saat ini dirinya harus selalu siap menemani bos pergi meeting kemanapun, apalagi jabatan Kaira sangat penting, sekretaris dari COO, Chief Operation Officer.

Dan, di sinilah Kaira berada. Sebuah kantor yang tak kalah mewah dan besar dari Golden Grup. Kaira sedang menemani bosnya meeting di Archery Grup.

"Sekretaris barumu?" tanya Wisnu menatap Kaira sekilas, namun kembali fokus menatap berkas di atas mejanya.

"Ya," jawab Bagas sambil melirik ke arah Kaira sekilas, bahkan tersenyum tipis ketika menatap Wisnu yang sibuk membaca berkas.

Cukup lama mendampingi Bagas –atasannya bertemu dengan CEO dari Archery Grup, membuat Kaira merasa lelah karena harus terus berdiri. Wanita itu pun meminta izin untuk pergi.

Saat sudah berada di luar ruang meeting, Kaira merasa bingung mencari keberadaan toilet. Wanita itu memutuskan terus berjalan sepanjang lorong kantor, hingga melihat sebuah tulisan 'departemen pemasaran' yang membuatnya terbengong di depan pintu kaca.

Terlalu fokus memperhatikan tulisan, Kaira tidak menyadari jika di belakangnya ada seseorang yang sejak tadi sudah berdeham kencang.

"Permisi, sedang mencari siapa, bisa saya bantu?"

Mendengar suara yang tidak asing, Kaira langsung saja berbalik badan yang membuat sesosok pria itu tercengang luar biasa.

"Ka-Kaira!?" ucap Bayu terbata-bata melihat mantan kekasihnya itu.

Kaira hanya diam tidak memberikan reaksi apapun. Berbanding terbalik dengan Bayu yang tidak menyangka bisa bertemu dengan Kaira di tempatnya bekerja.

"Sedang apa kamu di sini? Lagi ngelamar kerja lagi di sini?" ledek Bayu menghina Kaira, bahkan terkekeh kecil. "Pasti yang kemarin tidak diterima, 'kan? Lagian aku bilang juga apa, orang kayak kamu itu gak cocok kerja di perusahaan besar!"

"Jaga mulutmu, Mas Bayu! Aku memang gak kerja di sini, tapi yang jelas aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik!" balas Kaira tegas sambil menatap Bayu sengit.

"Hahaha, jangan halu kamu, Kaira! Mana mungkin perusahaan besar menerima kamu yang banyak kurangnya! Bisa-bisa perusahaan dibuat bangkrut!" ejek Bayu tidak percaya akan ucapan Kaira.

Tak tahan dengan cacian dari mantannya sendiri, Kaira pun merogoh kantung di dalam jasnya, mencari ID Card perusahaan. Namun, aktivitas wanita itu terhenti saat menyaksikan manik Bayu yang membulat sempurna. Saat itu, barulah Kaira tersadar bahwa Wisnu, CEO dari Archery Group menepuk pundaknya dengan lembut.

“Bu Kaira? Kenapa ada di sini? Pak Bagas menunggu di ruang meeting.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sinah Kroya
bagus ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin   Chapter 254 - Bahagia Bersamamu [TAMAT]

    Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua

  • Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin   Chapter 253 - Bridal Shower

    Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress

  • Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin   Chapter 252 - Menuju Hari Bahagia

    Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa

  • Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin   Chapter 251 - Kelulusan

    Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala

  • Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin   Chapter 250 - Me Time With Bestie

    Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham

  • Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin   Chapter 249 - Menikmati Peran Suami Istri

    Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status