Share

Chapter 7 - Bangkitnya Kaira Melawan Bayu!

"Tadi kira-kira jawabnya udah bener nggak, ya," gumam Kaira sambil terus berjalan keluar kantor Golden Grup.

Rasa pesimis mulai Kaira rasakan kembali, mengingat beberapa menit yang lalu kala proses wawancaranya dengan pihak Golden Group berlangsung. Pasalnya, meskipun dirinya telah berlatih sebaik mungkin, tetap saja Kaira merasa gugup sehingga beberapa kali dia menjawab pertanyaan dengan terbata-bata. 

Merasa tak percaya diri, Kaira pun terpaksa menurunkan ekspektasinya. Dalam hatinya, wanita itu bahkan sudah merasa sangat bersyukur dengan kesempatan untuk bisa lolos sampai ke tahap interview di salah satu perusahaan bergengsi yang masuk ke dalam big three company tersebut.  Bagi Kaira, ini merupakan pencapaian yang luar biasa untuknya. 

Bruk!

Keresahannya membuat Kaira tak sengaja menabrak seseorang sehingga dirinya tersungkur. Meskipun dirinya yang terjatuh, wanita itu tetap merasa bersalah. Kaira berniat meminta maaf kepada orang itu, namun Kaira langsung mengurungkan niatnya ketika melihat seseorang yang tengah berdiri tegap di depannya.

"Kaira? Kamu sedang apa di sini?" tanya Bayu heran sambil memperhatikan Kaira dari ujung rambut hingga kaki. Pria itu pun tak menyangka akan kembali bertemu dengan Kaira.

"Bukan urusanmu, Mas."

"Cih. Sombong sekali kamu, Kaira. Memang bukan urusanku, tapi untuk apa perempuan rendahan macam kamu berada di perusahaan besar ini? Kalau aku jelas akan meeting sama klien, sedangkan kamu? Mencari pelanggan, kah?" tanya Bayu sembari tertawa kecil, tak peduli dengan Kaira yang baru saja tersungkur. 

Hinaan dari Bayu, ditambah dengan netra hitam sang pria yang menatapnya rendah jelas membuat emosi Kaira tiba-tiba memuncah. Wanita itu pun melangkahkan kakinya, tak kuasa untuk segera mengayunkan tangannya ke wajah pria yang pernah mengkhianatinya. Namun, tepat saat Kaira mengangkat tangannya, lengkingan suara seorang wanita mengejutkannya. 

"Mas Bayu! Tunggu aku!"

Kaira sangat mengenal suara nyaring itu. Suara sahabatnya, Melodi, wanita yang sudah tega berkhianat di belakangnya kini sedang berlari menuju lobby tempat dirinya dan Bayu berada. 

Manik Melodi membulat sempurna saat melihat Kaira, tak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan sahabat lama yang dia rebut kekasihnya.

"Kaira, mengapa kamu ada di sini?" 

Nada bicara Melodi yang terdengar seolah wanita itu tak berbuat salah kepadanya membuat Kaira geram. Kaira mendecih kecil saat melihat kedua wajah yang membuat hidupnya seketika luluh lantak. 

Tak ingin berbuat rusuh dan berurusan lebih jauh dengan mantan calon suami dan sahabatnya, Kaira memutuskan untuk pergi, menghiraukan pertanyaan Melodi. Tapi usahanya sia-sia karena tiba-tiba Bayu menahan pergelangan tangan Kaira kuat.

"Lepaskan."

"Nggak sopan sekali kamu. Jika tak ingin menjawab pertanyaanku, setidaknya kamu harus jawab pertanyaan Melodi, bukan?"

"Mas Bayu, sudahlah. Lepaskan saja dia," ujar Melodi yang merasa cemburu ketika melihat Bayu tengah memegang lengan Kaira. 

Kaira melirik ke arah lengan miliknya yang ditahan oleh Bayu, namun netra cokelatnya tak sengaja melihat bagaimana Melodi berani menggamit lengan milik Bayu begitu posesif.

Kaira tersenyum miring ketika menyadari jika Melodi mulai berani secara terang-terangan menunjukkan sikap mesranya.

"Urusi saja selingkuhanmu itu, Mas!"

Tak terima dengan ucapan Kaira, Bayu semakin memperkuat cengkeramannya di lengan Kaira. Pria itu mulai menatap Kaira dengan seksama. Pria itu tersadar bahwa wanita di depannya menggunakan kemeja putih beserta rok hitam –pakaian pelamar kerja. Bayu mulai terbahak-bahak saat membaca nametag di depan dada milik Kaira.

"Kamu ke sini untuk melamar kerja?" Bayu masih tertawa puas ketika tahu jika Kaira, yang baru saja berhasil dipecat dari perusahaan lamanya karena perbuatan Bayu, datang ke perusahaan besar untuk mencari pekerjaan.

Tidak ingin terkonfrontasi, Kaira memilih pergi dari hadapan Bayu juga Melodi. Kaira bahkan masih mendengar suara Bayu yang terus menghinanya.

"Gak usah kepedean, Kaira. Orang kayak kamu nggak akan bisa keterima kerja di tempat seperti ini!" 

***

"Bagaimana wawancaranya tadi, Kaira?"

Mendengar suara itu membuat Kaira terkejut sendiri. Ia melirik ke arah sofa di mana Dipta sedang duduk sambil menatap laptop.

"Entahlah, Mas. Aku tak yakin akan lolos tahap wawancara."

Kaira ikut bergabung duduk di samping Dipta, sedikit melirik ke arah laptop yang sedang menyala, menampilkan sebuah game yang tengah berjalan.

Tahu jika istrinya sangat lelah, Dipta langsung pamit pergi ke dapur untuk membuatkan minum.

Saat kembali dari dapur, Dipta ditatap Kaira penuh selidik. Paham jika istrinya sedang memikirkan sesuatu membuat Dipta langsung menanyakannya.

"Ada apa, Kaira?" Dipta menaruh gelas yang berisi jus stroberi di depan istrinya, kembali duduk di tempatnya yang semula.

"Mas kok jam segini ada di apartemen? Memangnya Mas nggak kerja?"

"Aku tadi izin sama Pak Bos."

"Izin? Untuk apa? Apa Mas sakit?" Kaira justru khawatir jika Dipta sedang sakit. Raut wajahnya yang cemas tidak bisa disembunyikan hingga membuat Dipta mengulum senyumnya.

"Aku izin karena mau menyambut kamu yang habis tes wawancara."

Kaira hanya bisa melongo mendengar penuturan dari Dipta. Selain karena tidak menyangka jika Dipta akan melakukan ini untuknya, pekerja mana yang izin tidak masuk kerja hanya karena ingin menyambut istrinya?

"Seandainya nanti aku tidak lolos, aku minta maaf banget sama kamu, Mas. Apalagi pekerjaan ini rekomendasi dari kamu. Aku pesimis, karena jawabanku yang terbata-bata."

Menyaksikan wajah istrinya yang terlihat murung, Dipta menggenggam telapak tangan Kaira erat, mengelus lembut dengan ibu jarinya.

"Kamu gak usah khawatir. Jika memang rejekinya pasti akan diterima. Aku juga dulu begitu saat melakukan wawancara. Ngomongnya belepotan," hibur Dipta mencoba menenangkan Kaira.

Ucapan dari Dipta membuat perasaan Kaira seketika membaik. Wanita itu tersenyum ketika Dipta menenangkannya dengan segelas jus buatannya.

Tidak hanya itu, Dipta dengan sukarela akan membuatkan makanan untuk sang istri. Di sini Kaira merasa tidak enak hati jika dirinya hanya duduk saja menonton Dipta memasak. Alhasil Kaira ikut membantu Dipta membuat makanan untuk diri mereka sendiri.

Selama di dapur, Dipta sedikit jahil kepada istrinya, mengolesi margarin ke pipi Kaira.

"Mas Dipta, ih!" protes Kaira tak terima jika pipinya kotor. Sedangkan Dipta hanya tertawa terbahak-bahak.

Merasa dijahili membuat Kaira mengatur balas dendam kepada suaminya, bersiap untuk mengolesi kecap ke wajah suaminya, namun suara deringan ponsel miliknya menghentikan aktifitasnya.

Keningnya mengerut saat melihat nomor tak dikenal. Kaira bahkan menatap ke arah dapur, seakan meminta pendapat dari Dipta untuk mengangkat telepon dari nomor asing atau tidak.

Mendapat anggukan dari Dipta, Kaira pun menggeser tombol hijau ke samping.

"Halo, selamat sore, dengan saudari Kaira Sifabella?"

"Sore, benar, saya sendiri."

"Selamat ya, Mbak. Mbak Kaira diterima di perusahaan kami, Golden Grup. Untuk informasi lebih lanjut, besok pagi Mbak bisa datang ke kantor untuk bertemu dengan kepala HR, ya."

Seketika kaki Kaira mendadak lemas. Setelah sambungan terputus, Kaira menoleh, menatap ke arah dapur, di mana Dipta tengah menatapnya sambil memberikan senyuman manisnya.

Tak kuasa menahan rasa bahagianya, Kaira langsung saja berlari menuju dapur dan memeluk Dipta dengan bahagia.

"Aku diterima, Mas!"

"Se– selamat, Kaira."  

Saking senangnya, Kaira tidak menyadari jika pelukan yang dilakukannya sangat begitu erat. 

Mendadak sadar apa yang telah dilakukannya, Kaira langsung melepaskan diri dari pelukan Dipta. Mereka berdua sama-sama tersipu malu, terutama Kaira, karena berani memeluk Dipta terlebih dahulu.

***

Sudah satu minggu Kaira bekerja di tempat baru. Banyak pengalaman baru yang membuat Kaira harus giat belajar kembali.

Jika dulu ia harus bekerja menatap komputer berjam-jam, saat ini dirinya harus selalu siap menemani bos pergi meeting kemanapun, apalagi jabatan Kaira sangat penting, sekretaris dari COO, Chief Operation Officer.

Dan, di sinilah Kaira berada. Sebuah kantor yang tak kalah mewah dan besar dari Golden Grup. Kaira sedang menemani bosnya meeting di Archery Grup.

"Sekretaris barumu?" tanya Wisnu menatap Kaira sekilas, namun kembali fokus menatap berkas di atas mejanya.

"Ya," jawab Bagas sambil melirik ke arah Kaira sekilas, bahkan tersenyum tipis ketika menatap Wisnu yang sibuk membaca berkas.

Cukup lama mendampingi Bagas –atasannya bertemu dengan CEO dari Archery Grup, membuat Kaira merasa lelah karena harus terus berdiri. Wanita itu pun meminta izin untuk pergi.

Saat sudah berada di luar ruang meeting, Kaira merasa bingung mencari keberadaan toilet. Wanita itu memutuskan terus berjalan sepanjang lorong kantor, hingga melihat sebuah tulisan 'departemen pemasaran' yang membuatnya terbengong di depan pintu kaca.

Terlalu fokus memperhatikan tulisan, Kaira tidak menyadari jika di belakangnya ada seseorang yang sejak tadi sudah berdeham kencang.

"Permisi, sedang mencari siapa, bisa saya bantu?"

Mendengar suara yang tidak asing, Kaira langsung saja berbalik badan yang membuat sesosok pria itu tercengang luar biasa.

"Ka-Kaira!?" ucap Bayu terbata-bata melihat mantan kekasihnya itu.

Kaira hanya diam tidak memberikan reaksi apapun. Berbanding terbalik dengan Bayu yang tidak menyangka bisa bertemu dengan Kaira di tempatnya bekerja.

"Sedang apa kamu di sini? Lagi ngelamar kerja lagi di sini?" ledek Bayu menghina Kaira, bahkan terkekeh kecil. "Pasti yang kemarin tidak diterima, 'kan? Lagian aku bilang juga apa, orang kayak kamu itu gak cocok kerja di perusahaan besar!"

"Jaga mulutmu, Mas Bayu! Aku memang gak kerja di sini, tapi yang jelas aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik!" balas Kaira tegas sambil menatap Bayu sengit.

"Hahaha, jangan halu kamu, Kaira! Mana mungkin perusahaan besar menerima kamu yang banyak kurangnya! Bisa-bisa perusahaan dibuat bangkrut!" ejek Bayu tidak percaya akan ucapan Kaira.

Tak tahan dengan cacian dari mantannya sendiri, Kaira pun merogoh kantung di dalam jasnya, mencari ID Card perusahaan. Namun, aktivitas wanita itu terhenti saat menyaksikan manik Bayu yang membulat sempurna. Saat itu, barulah Kaira tersadar bahwa Wisnu, CEO dari Archery Group menepuk pundaknya dengan lembut.

“Bu Kaira? Kenapa ada di sini? Pak Bagas menunggu di ruang meeting.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sinah Kroya
bagus ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status