"Oh! Maaf, Pak, saya akan segera ke sana." Kaira tersenyum manis sambil sedikit membungkukkan tubuhnya di depan Wisnu.
Kaira memperhatikan Bayu yang berdiri di depannya kini terlihat pucat pasi, apalagi tatapan Wisnu terhadap pria itu sangat mengintimidasi. Ada kepuasan di hati Kaira melihat Bayu tak berkutik.
"Mari kita ke ruang meeting, Bu Kaira," ajak Wisnu mempersilakan Kaira untuk berjalan terlebih dahulu di depannya.
Diperlakukan begitu baik oleh orang nomor satu di kantor Archery Grup membuat Kaira sangat bangga. Ia berjalan melewati Bayu yang masih menatap dengan ekspresi kebingungan.
Bayu merasa jengkel ketika Pak Wisnu lebih perhatian kepada Kaira dibanding dirinya. Lagipula apa istimewanya wanita itu? Apa jangan-jangan mantan kekasihnya sekarang menjadi simpanan Pak Wisnu? Jika memang benar, ia harus segera melaporkan hal ini kepada istri Pak Wisnu.
Melihat kebaikan bosnya kepada Kaira membuat Bayu merasa gusar. Ingin rasa
“Suka?” Kaira mengerutkan kening bingung saat mendapatkan pertanyaan random seperti ini. Kenapa bisa Dipta berpikir seperti itu.“Ya, suka sama Bagas. Soalnya kamu ngebahas dia terus.”Kaira menahan tawanya ketika sikap Dipta sangat aneh. Entah kenapa kedua pria ini sikapnya aneh-aneh.Dipta bahkan mendengkus kasar saat melirik ke arah Kaira yang tengah menahan tawanya. Ia kesal ketika Kaira tidak peka sama sekali terhadap dirinya.Sampai akhirnya perjalanan mereka pun sampai di apartemen. Dipta yang tengah cemburu langsung saja keluar mobil dan berjalan terlebih dahulu tanpa menunggu Kaira yang masih tertinggal di dalam mobil dengan tatapan bingungnya.“Mas Dipta, tunggu!” seru Kaira saat Dipta menutup pintu mobil cukup kencang. Buru-buru Kaira menyusul keluar dan berdiri di samping suaminya. “Mas Dipta kenapa, sih?” tanya Kaira dengan wajah polosnya.“Gapapa, aku cuma laper,” jawa
“Ka-kalian siapa!?” teriak Bayu ketika melihat banyak orang berpakaian serba hitam keluar dari dalam pagar rumahnya.Tidak mendapat sahutan, Bayu memukul salah satu dari mereka dengan brutal yang justru mengakibatkan keributan kembali. Bayu yang kalah jumlah langsung dipegang kedua tangannya oleh mereka.“Bajingan! Siapa yang menyuruh kalian, ha!?” tanya Bayu sambil menatap tajam, bahkan meludahi orang di depannya meski tidak kena sama sekali.Belum sampai memberikan pukulan kepada Bayu, mendadak Widya keluar sambil berteriak kencang meminta tolong yang membuat para orang berpakaian hitam segera melepaskan Bayu dan segera pergi dari sana.Bayu yang sudah bebas dari cekalan orang tak dikenal, langsung berjalan menghampiri Widya yang terlihat acak-acakan.“Bu, mereka siapa!?”Widya hanya bisa menggeleng saja sebagai jawaban. “Tidak tahu, kayaknya orang suruhan Kaira,” ceplos Widya ngasal.
“Siapa yang dipecat? Saya tidak memecat kamu, Kaira.” Bagas buru-buru berdiri dari kursi kebesarannya, berjalan menuju ke arah Kaira yang masih terisak pelan. Bagas takut kalau 'pria itu' akan kembali mengomelinya lagi jika tahu. Bagas sedikit ragu ketika akan memegang kedua bahu milik Kaira. Akan tetapi dia merasa iba melihat wanita menangis. “Ta—tapi kenapa ada orang lain yang duduk di kursi kerja saya, Pak?” tanya Kaira sambil mendongak ke atas, menatap wajah Bagas yang tengah berdiri tepat di depannya. Bingung ingin menjawab apa membuat Bagas berdeham kecil yang justru menyadarkan posisi berdirinya yang terlalu dekat. Bagas bahkan melepaskan kedua telapak tangannya yang sejak tadi berada di atas bahu milik Kaira. Tidak mau dicap pengkhianat oleh sahabatnya sendiri, Bagas kini berjalan menuju ke arah sofa, duduk dengan posisi kaki menyilang. “Dia akan membantu pekerjaan kamu nantinya. Sepertinya saya butuh dua sekretaris karena kamu
“Kamu benar-benar gila, Mas!”“Ya! Aku gila karenamu, Kaira!” balas Bayu dengan suara yang tak kalah kencangnya, bahkan terkesan begitu membentak.Air mata yang sudah Kaira tahan sejak tadi kini mulai luruh melewati pipi mulusnya. Bayu yang memang fokus menyetir menyempatkan melirik sekilas ke arah Kaira.“Gak usah sok sedih gitu, lagian aku nggak bakal kasihan juga sama kamu!” komentar Bayu ketika tidak suka melihat Kaira menangis. “Muka aja sok polos tapi ternyata hatimu jahat!” lanjutnya menyalahkan Kaira.Kaira tidak menanggapi ucapan Bayu yang terus saja berkomentar jahat tentang dirinya. Sampai akhirnya ponsel milik Kaira yang berada di dalam tas berdering hebat yang membuat wanita itu segera mengambilnya.Saat baru melihat layar ponselnya, hape itu sudah direbut paksa oleh Bayu. Kaira melirik dan mendengkus kasar.“Kembalikan ponselku, Mas!” pinta Kaira sambil terus mencoba m
“Jangan lakukan itu kepadaku!” teriak Kaira lantang ketika Bayu ingin mencumbunya paksa, namun suara ponsel Bayu menghentikan aksi bejatnya itu.Melihat nama yang menelepon membuat Bayu sedikit menunda keinginannya untuk menodai Kaira, karena sudah pasti ada berita penting jika ‘orang itu’ menelepon.“Ya, halo.”“Kasus korupsimu sedang diselidik oleh direktur keuangan, sebaiknya kau cepat ke sini!”Bayu menggeram kesal karena rencana untuk meniduri Kaira harus ditunda. Pria itu melirik Kaira yang sudah tak berdaya di depannya akibat tamparan bertubi-tubinya barusan.Tahu jika Kaira tidak akan kabur, Bayu kini berjalan menjauh untuk membicarakan hal penting ini.Lain hal dengan Kaira yang melihat kesempatan seperti ini justru digunakan untuk segera melarikan diri, namun aksinya diketahui oleh Bayu.“Mau lari ke mana, ha!?” teriak Bayu menggeram kesal.***“Apa!? Sudah pulang sejak pukul empat sore!?”Dipta terkejut kala mendapat kabar jika Kaira sudah pulang sejak sore tadi. Ia memijat
“Rekaman CCTV dekat kantor Golden Grup menunjukkan jika Ibu Kaira dibawa pergi oleh Bayu, Pak,” lapor Adit yang sudah melacak seluruh CCTV dalam kota.Mendapat titik terang soal keberadaan Kaira membuat Dipta sedikit lega. Pria itu menghela napas panjang saat sambungan telepon dengan Adit sudah terputus.Entah kenapa ketika Kaira tidak ada berada di dekatnya, Dipta merasakan jika perasaannya begitu kosong, seperti ada yang kurang, meski ia dan Kaira belum lama kenal tetapi seakan mereka sudah saling mengenal lama.“Gimana? Udah ketemu?” tanya Bagas yang penasaran kala melihat Dipta selalu menghela napas terus menerus.“Udah,” jawab Dipta singkat bahkan terkesan malas menjawab.“Jadi bener yang nyulik itu mantannya!?”Dipta mengangguk sebagai jawaban, sampai akhirnya ponsel miliknya bergetar yang menunjukkan notifikasi pesan dari Adit. Dipta membaca sekilas, yang membuatnya bergegas pergi dari kediaman Bagas.Melihat Dipta yang buru-buru pergi, Bagas langsung mengekori di belakangnya t
“Sebaiknya kita istirahat,” ucap Dipta setelah melepaskan pagutannya. Tak lupa pria itu bahkan melepaskan telapak tangan miliknya yang tengah mengusapi area sensitive milik istrinya itu.Dipta menghentikan cumbuannya saat merasa hanya bermain sendiri tanpa adanya balasan dari Kaira. Tak lupa ia mengusapi bibir bagian bawah milik Kaira yang basah akibat ulahnya.Malu jika yang menginginkan hanya dirinya, Dipta pamit pergi ke dalam kamarnya untuk istirahat. Lain hal dengan Kaira yang masih terdiam bengong menatap langit-langit sambil memikirkan kenapa Dipta menghentikan ciumannya tadi.“Apa tadi Mas Dipta hanya khilaf? Atau dia menyesal menciumku makanya berhenti? Apa rasa bibirku tidak enak?” batin Kaira menduga-duga alasan Dipta tiba-tiba menghentikan cumbuannya.Jujur saja Kaira tidak masalah jika memang pria itu ingin mengambil haknya sebagai suami, karena bagaimanapun Mas Dipta sudah resmi dan sah menjadi suaminya. Bahkan ketika Dipta menghentikan itu, Kaira merasa ada kehilangan s
“Sepertinya Tuan Dipta memang sedang dekat dengan seorang wanita, Pak,” lapor Dimas di seberang telepon sana.Wisnu tersenyum tipis kala mendengar laporan dari orang suruhannya itu saat membuntuti Dipta. “Seperti apa wanita itu, Dimas?”“Saya belum tahu karena saat ini Tuan Dipta sedang berada di toko ponsel. Beliau sedang membeli ponsel baru dengan motif casing wanita.”“Kalau begitu terus awasi. Jangan lupa selalu lapor kepada saya.”“Baik, Pak.”Saat sambungan telepon terputus, Wisnu menatap kosong ke depan sana, menerka-nerka wanita mana yang sudah berhasil menaklukkan hati seorang Dipta, putranya.Apalagi Dipta keluar dari rumah karena insiden kecil, dipaksa menikah oleh mamanya dengan anak kerabat dekatnya, namun Dipta menolak karena tidak mencintai wanita pilihan mamanya hingga memutuskan tinggal sekaligus hidup di apartemen sendirian.***“Gimana