Share

04. Kebahagiaan Semu

                 

                 ๐Ÿ€ Happy Reading ๐Ÿ€

Kepala Sellandra tertunduk memandangi dua buah buku yang ada di tangannya. Matanya memanas, ingin sekali dia menjerit, tapi tidak bisa. Pernikahan ini dia sendiri yang memutuskan, tapi kenapa dia tidak merasa bahagia seperti pengantin-pengantin lainnya? Batin Sellandra bergejolak, dia kecewa, tapi tidak tahu pada siapa. Pada almarhum kakeknyakah? Atau pada Ero, pria asing yang kini menjelma jadi suaminya. Pantaskah? Ero tidak tahu apapun, dia sama sepertinya yang tidak bisa menolak surat wasiat itu. Ero tidak salah. Lalu siapa yang salah? 

"Nona Sellandra.... 

Mendengar namanya disebut, Sellandra akhirnya mengangkat kepala. Manik matanya berpapasan dengan manik mata Ero yang sedang menatapnya. Dia lalu membuang muka ke arah lain. 

"Kita sudah menikah, jangan memanggilku Nona" jawab Sellandra berusaha untuk tabah. 

Ero canggung. Dia tahu kalau gadis ini merasa sangat tersiksa dengan pernikahan mereka.

"Kita bercerai saja. Aku tidak tega melihatmu terluka begini," ucap Ero menyerah. 

Mata Sellandra membulat. Dia langsung menatap tajam ke arah Ero yang dengan begitu entengnya menyebut kata cerai di saat mereka baru saja resmi menjadi pasangan suami istri. 

"Apa kau sadar dengan perkataanmu,?" tanya Sellandra dingin. "Bukankah kau juga mendapatkan wasiat yang sama dari almarhum Kakekku?"

"Aku sadar, Sell. Sangat sadar malah," jawab Ero gusar. "Almarhum Kakek Latief melarang kita untuk bercerai, itu yang dia katakan padaku sebelum meninggal. Dia ingin aku menjagamu dan juga menjaga Ibumu."

"Lalu kenapa kau menyebut kata cerai hah!" teriak Sellandra dengan mata berkaca-kaca. 

Kali ini Ero yang menundukkan kepala. 

"Karena aku tidak tega melihatmu begini. Kau terlihat sangat tersiksa, dan aku tidak menyukainya."

Ibrahim yang menyaksikan perdebatan pasangan suami istri yang baru saja menikah hanya bisa menarik nafas dalam-dalam. Dia bisa merasakan kalau kedua orang ini sama-sama terluka oleh wasiat yang ditinggalkan oleh mendiang Tuan Latief. Sebenarnya sudah lama Ibrahim tahu kalau Sellandra akan dijodohkan dengan anak dari sahabat lama kakeknya, hanya saja Ibrahim tidak menyangka kalau yang akan datang adalah pria miskin yang tidak memiliki apapun. Sudah pasti batin Sellandra sangat terguncang, ditambah lagi Ero sepertinya tidak memiliki kemampuan apapun. Pria ini terlihat begitu lemah. 

"Apapun itu jangan pernah menyebut kata cerai di hadapanku. Ki-kita sudah terikat pernikahan Ero, jadi jangan sekalipun kau ucapkan kata-kata itu lagi semuak apapun rasa yang kita terima," ucap Sellandra menahan tangis. 

Ero menengadah, menatap sedih ke arah istrinya. Ingin rasanya Ero memeluk wanita ini, tapi dia tidak berani. Ero sadar kalau posisinya sangat tidak pantas untuk melakukan hal tersebut karena mereka menikah hanya demi memenuhi amanah yang ditinggalkan oleh kakek masing-masing. 

"Nona Sellandra, Tuan Ero, mari kita pulang. Kalian berdua masih harus meminta do'a restu pada semua orang," ajak Ibrahim sembari melihat jam yang melingkar di tangannya. 

Tanpa menjawab ajakan Ibrahim, keduanya langsung melangkah menuju mobil. Baik Sellandra maupun Ero sama-sama tidak memiliki keinginan untuk membuka suara. Sampai akhirnya Ibrahim membuka percakapan sembari mengemudikan mobil. 

"Tuan Ero, sebelumnya kau tinggal dimana?"

Ero terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. 

"Tuan Ero, apa kau mendengarku?" ulang Ibrahim seraya melirik ke kursi belakang melalui kaca spion. 

"Itu, aku selalu berpindah-pindah, Tuan Ibrahim. Jadi aku tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap," jawab Ero gugup. 

Ibrahim menghela nafas. 

"Pekerjaanmu?"

"Aku melakukan semuanya yang bisa menghasilkan uang untuk membeli makan."

Bibir Sellandra bergetar. Suaminya ini sama sekali tidak memiliki masa depan yang baik. Namun Sellandra tetap menguatkan hati, demi wasiat kakek, itu pikirnya. 

"Lalu bagaimana caramu memenuhi kebutuhan hidup Nona Sellandra kalau pekerjaanmu saja tidak jelas?" cecar Ibrahim tak habis pikir. 

"Kenapa Tuan Latief mencarikan suami yang sangat buruk untuk Nona Sellandra ya? Pria ini bahkan tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap. Ya Tuhan, sebenarnya ada rahasia apa di balik perjodohan ini. Aku sungguh tidak tega melihat nasib Nona Sellandra," batin Ibrahim.

Sebelum menjawab, Ero melirik terlebih dahulu ke arah istrinya yang hanya diam saja sambil menatap keluar. Dia yakin sekali kalau istrinya ini pasti merasa sangat kecewa karena sudah menikah dengan pria yang tidak memiliki masa depan cerah. 

"Aku akan melakukan segalanya untuk membahagiakan istriku. Meski aku sendiri tidak memiliki kemampuan apapun," jawab Ero tegas. "Aku tahu pernikahan kami terjadi hanya karena sebuah wasiat, tapi kewajiban tetaplah menjadi kewajiban yang harus ditunaikan. Sellandra sekarang adalah istriku, sudah sepatutnya dia menerima hak sebagai seorang istri dengan layak. Aku berjanji akan selalu melindunginya dan juga membahagiakannya. Sampai mati!"

Entah kenapa hati Sellandra langsung menghangat begitu dia mendengar janji yang diucapkan oleh Ero. Bibirnya tersenyum kecut. Sayang, kebahagiaan ini adalah kebahagiaan semu, dia merasa bahagia hanya untuk menutupi hatinya yang sedang terluka. 

"Itu bagus, dan kau sebaiknya jangan mengkhianati janji yang sudah kau ucapkan sendiri, Tuan Ero" imbuh Ibrahim lega. 

"Tenang saja, Tuan Ibrahim. Meskipun aku adalah pria miskin, aku tidak pernah mangkir dari janji yang kubuat sendiri. Kau boleh menghukumku jika hal itu sampai terjadi," sahut Ero datar. 

Ibrahim mengangguk. Perlahan-lahan dia mulai bisa mengerti kenapa almarhum Tuan Latief memilih pria ini sebagai suami Nona Sellandra. Mungkin dari segi materi Ero terlihat sangat tidak memungkinkan, namun kata-katanya begitu berbobot. Dan Ibrahim sadar akan hal itu. 

"Em Sell, setelah ini kau mau tinggal dimana? Mau ikut denganku tinggal di kontrakan atau bagaimana?" tanya Ero dengan suara yang sangat lembut. 

Sellandra tak bisa menjawab. Dia bingung. 

"Tenang saja, aku tidak akan memaksamu untuk tinggal bersamaku. Kau boleh tinggal di rumah yang kau tempati sekarang. Jangan khawatir," imbuh Ero saat menyadari keengganan di wajah sang istri. 

"Lalu kau?" tanya Sellandra. 

"Aku akan tetap tinggal di kontrakan," jawab Ero. 

Ini tidak benar. Ero sekarang sudah menjadi suaminya, tidak mungkin mereka tinggal terpisah. Akan tetapi lebih tidak mungkin lagi kalau Ero ikut tinggal bersamanya di rumah utama. Sellandra yakin neneknya akan langsung mengamuk jika dia tetap membawa Ero masuk ke keluarga mereka. Memikirkan hal ini membuat dada Sellandra seperti terhimpit. Sesak dan juga menyakitkan. 

"Sell, jangan terlalu memikirkan masalah ini. Aku tidak mau menambah beban dalam hidupmu," ucap Ero penuh maksud. 

"Maaf Ero, aku tidak bisa berbuat apa-apa di depan Nenek Kasturi. Beliau adalah pemilik rumah utama, jadi aku...aku.... 

"Aku kan sudah bilang kalau aku tidak mau menambah beban di hidupmu. Kau tinggallah di sana dengan Ibu, jangan pedulikan aku. Oke," sela Ero maklum. "Sekarang aku belum bisa memberimu tempat tinggal yang layak. Jadi tetaplah tinggal di sana ya. Wanita cantik sepertimu sangat tidak cocok jika harus tinggal di kontrakan kumuh bersamaku. Kau itu pantasnya tinggal di dalam istana yang megah seperti yang ada di dalam dongeng."

Seulas senyum muncul di bibir tipis Sellandra saat dia mendengar candaan Ero. Dia merasa beruntung karena setidaknya Ero tidak memaksakan kehendak terhadapnya. Saat suasana baru mulai mencair, tiba-tiba saja ada sebuah pesan masuk yang mana langsung membuat wajah Sellandra memucat. 

"Sayang, aku pulang....

"Davis" gumam Sellandra lirih. 

Ero yang mendengar gumaman istrinya nampak memalingkan wajah ke arah lain. Dia sadar kalau masalah yang sebenarnya akan segera tiba, karena wanita yang dia nikahi telah memiliki seorang kekasih. Sudah ada pria lain yang mengisi hati Sellandra sebelum pernikahan ini terjadi. Dan itu membuat Ero merasa sangat bersalah. 

."Maafkan aku Sell, tapi aku tidak akan melepaskanmu pada pria lain. Bukannya aku egois, tapi ini adalah permintaan kakekmu sebelum beliau meninggal. Sekali lagi aku minta maaf," batin Ero. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status