Share

5. Pengangguran.

Penulis: Seoravry
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-14 09:30:11

Teriakan Riri yang sangat nyaring membuat orang-orang berhenti sejenak dari aktivitasnya untuk melihat apa yang tengah terjadi.

“Apa sih! Nggak jelas.”

Sedangkan, wanita yang diteriaki Riri justru masih duduk di atas pangkuan Leon, menatapnya dengan pandangan tak suka.

Riri menatap tajam ke arah Leon untuk meminta penjelasan mengenai siapa wanita yang saat ini sedang duduk di pangkuannya.

“Teman sekelas waktu SMA.”

Respon Leon yang terlihat sangat santai membuat Riri memikirkan satu hal ‘dia sudah terbiasa'.

Tak terlihat pergerakan sama sekali dari suaminya, Riri memutuskan untuk meletakkan piring satenya dan menarik wanita itu untuk menjauh dari suaminya. “Minggir!!”

Bukannya menyingkir dari pangkuan Leon, wanita itu justru merangkul leher Leon dengan kedua tangannya.

Dan lagi-lagi, Leon tak bergerak sedikit pun ketika wanita itu sedang memeluk lehernya.

Kesal karna tak dapat mengusir wanita itu, Riri menghentakkan kakinya berkali-kali seperti bocah kecil yang sedang merajuk. “Leon!!”

Kemudian, terdengar suara tawa yang dibuat-buat dari wanita itu yang lebih mirip seperti suara desahan.

Melihat tingkah menyebalkan itu, Riri sudah tidak tahan lagi. Dengan segenap tenaga dan kekuatannya, Riri mendorong wanita itu dari belakang agar menyingkir dari pangkuan Leon.

Cara itu ternyata berhasil, wanita itu jatuh tersungkur. Rasa kesal di hati Riri langsung musnah seketika saat melihat pemandangan di depannya.

“Siapa sih orang gila ini, mengganggu orang lagi bermesraan saja?!”

Wanita itu merajuk dengan manja. Suaranya bahkan dibuat mendayu-dayu, membuat kekesalan Riri yang awalnya hilang kini kembali lagi.

Rasa kesal Riri semakin menjadi-jadi di kala wanita itu kembali duduk di pangkuan Leon. Dia memejamkan matannya dan mengepalkan tangannya kuat-kuat. 'Sabar Ri, kamu harus sabar. Jangan sampai nama-nama penghuni kebun binatang keluar dari bibir cantikmu.'

Riri berusaha sebisa mungkin untuk menahan amarah dan emosi yang sedang bergejolak di dalam hatinya, saat kemudian sang suami justru bereaksi.

“Minggir!!”

Hanya satu kata memang, tetapi entah kenapa mampu membuat Riri merasa lega.

Senyum indah terbit di wajah cantik Riri. Setelah sekian purnama akhirnya mulut menyebalkan suaminya itu terbuka. Dengan bangga Riri bersedekap dada untuk menunjukkan kemenangannya.

“Kamu kenapa sih Leon? Kok kasar gitu? Nggak baik loh marah-marah,” rengek wanita itu sambil sedang bergelayutan manja di leher Leon.

Badan Riri langsung bergidik ngeri melihat tingkah menggelikan wanita di depannya. Bahkan batinnya kini bertanya-tanya bagaimana caranya Leon bisa tahan dengan wanita seperti itu.

“Kamu tidak lihat istriku sedang merajuk?!”

Mata Riri terbelalak tak percaya dengan perkataan suaminya barusan. Jantungnya berdebar hebat, bahkan Riri merasa bisa melihat malaikat cupid yang sedang membidik jantungnya menggunakan panah cinta.

'Kesurupan setan apa dia?'

Wanita itu kembali merajuk, setelah sebelumnya terbelalak tak percaya. “Kamu serius?! Jangan bercanda deh Leon! Nggak lucu tau.”

Bukan hanya wanita gatal itu yang tidak percaya. Riri sendiri sedikit tidak percaya, bahwa Leon mengakuinya sebagai istri.

“Kapan kamu menikah? Kok nggak mengundang aku? Kamu pasti bohong kan?”

Riri memutar bola matanya malas ketika lagi-lagi melihat tingkah menjijikkan itu.

“Bukan urusan kamu! Memangnya kamu siapa harus diundang?! Kayak orang penting aja!”

Tak tahan dengan ucapan Riri yang dirasa ikut campur dalam urusannya, wanita itu nekat maju dan mengangkat tangannya.

Riri yang dulunya pernah mengikuti latihan pencak silat selama dua tahun menghindar dengan mudah.

Wanita itu jatuh tersungkur di antara kursi plastik yang sudah berjejer rapi.

“Aduh, Leon! Badan aku sakit...”

Wanita itu merengek sembari memegang tubuhnya dan menonjolkan area dadanya yang terlihat sangat besar.

Leon tak memedulikan wanita itu dan memilih untuk meletakkan piring bekas satenya di lantai. Laki-laki itu bahkan turut menghabisi sisa makanan sang istri yang tidak habis, sebelum akhirnya mengajak Riri untuk pergi dari sana.

“Ayo, bayar!”

“Bayar apa?” tanya Riri polos.

“Ya bayar makanan lah! Bayar apa lagi memangnya?”

Riri berpikir sejenak untuk mencerna ucapan dari laki-laki tampan di sampingnya.

Sedetik kemudian mata Riri terbelalak lalu menatap kesal ke arah Leon. “Aku mana ada uang?! Aku kan pengangguran!”

Statusnya sebagai pengangguran membuat Riri tak mempunyai uang sepeser pun. Jika pun ada, itu adalah uang dua ribuan yang dia dapatkan dari orang tuanya untuk membeli es dingin guna menyegarkan kepalanya agar tidak menjadi gila karena kesulitan mencari pekerjaan.

Leon merogoh kantong celanya untuk mengeluarkan dompet. Di dalam dompet itu Riri bisa melihat ada banyak sekali kertas cantik yang berwarna merah dan biru.

Melihat isi dompet suaminya yang tebal, Riri merasa ada satu hal janggal. “Kamu dapat uang itu dari mana?”

Leon melirik ke arah Riri yang sudah menatapnya dengan tatapan sendu. Leon tak acuh terhadap tatapan Riri yang terlihat sangat menyedihkan dan memilih mengeluarkan uang dari dalam dompetnya untuk membayar makanan mereka.

“Kamu dapat uang mahar kemarin juga dari mana?” tanya Riri lagi.

“Kerja.”

“Kerja apa? Kenapa sekarang nggak kerja?” Riri bertanya bertubi-tubi.

“Aku bosnya.”

Riri menghela napas panjang. Tak perlu dijawab pun dia sudah tahu kalau Leon itu bos, bos dari para preman desa.

Manik mata coklat milik Riri menatap lurus ke arah depan, ada hal yang harus dipastikan dari pekerjaan Leon.

“Uang mahar kemarin di mana?” tanya Riri untuk yang kesekian kalinya.

“Dibawa sama Ibu semalam.”

Riri bungkam tak bisa berkata-kata lagi, memang siapa lagi yang akan membawa uang maharnya jika bukan orang tua atau wali perempuan. “Tapi kenapa banyak banget?! Apa tujuan...”

“Ibu yang minta.”

Riri berjinjit dan sok-sokan menarik kerah baju yang dipakai Leon agar bisa mendekatkan wajahnya dengan wajah suaminya. “Kalian transaksi jual beli aku di belakang?! Kamu kira aku barang?!!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   125. Tak Tega. (Tamat).

    Kabar menghilangnya Ariza membuat heboh keluarga besar bu Khansa, Riri yang tidak memiliki hubungan baik dengan Ariza terpaksa ikut mencari keberadaan sepupunya itu. “Nak Leon, tolong paman, dia anak perempuan paman satu-satunya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengannya.” Ujar pak Abdul dengan wajah melasnya. Tentu saja orang yang paling di sasar pertama adalah Leon, koneksi dan anak buah Leon yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi modal utama pak Abdul untuk mencari putrinya. Riri yang melihat pamannya seperti itu menjadi tak tega. Walaupun tidak memiliki hubungan yang baik, bagaimana pun Ariza adalah sepupu Riri, sejahat apa pun dia tentu saja Riri harus membantu untuk mencarinya. “Bantu saja mas, aku tidak tega melihatnya.” Bisik Riri tepat di samping telinga Leon. Bagi Leon yang mengetahui niat buruk Ariza kepada Riri sangat sulit untuk melepaskannya, terlebih lagi kejadian beberapa hari yang lalu bisa terulang kembali. “Kita bicarakan nanti di kamar.

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   124. Kekejaman Leon.

    “Lebih baik kamu jauhkan sapu tangan itu sebelum nyawamu melayang!.” Mendengar ada suara yang menghentikannya, tanpa menoleh sedikit pun, wanita itu mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya menggunakan salah satu tangannya yang lain. Sebelum berhasil melancarkan aksinya, Leon melempar sepatu yang di pakainya hingga membuat pisau itu terjatuh di lantai. Dua orang bergegas berlari dan menangkap wanita itu, namun naasnya sapu tangan yang di bawa wanita itu terjatuh tepat di atas wajah salah satu anak Leon. Leon berlari menghampiri putranya, untung saja dia tidak apa-apa. Leon melirik sinis kearah wanita itu setelah memastikan kondisi ketiga putranya baik-baik saja. “Aku akan menghancurkan hidup anakmu!!...” Teriak wanita itu dengan di iringi tawanya yang menggelegar. Arga masuk ke dalam kamar Leon sembari membawa sapu tangan yang persis seperti milik wanita itu. “Di sapu tangannya terdapat air keras, kalau menetes di kulit sedikit saja, wajahnya pasti akan rusak.” Wanita itu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   123. Bayi Istimewa.

    “Mereka semua pergi dengan keinginan mereka sendiri. Tapi kalau kamu mau, aku bisa bawa mereka kembali ke sini.” Riri kembali terdiam, sudah banyak hal yang dia lewatkan setelah berada di Villa selama tiga bulan, dan segalanya kini menjadi rumit. Bagi Riri yang telah lama merasa bosan dan kesepian, dia pasti akan tetap memilih untuk membawa keluarganya kembali pulang ke rumah, namun hati nurani Riti tidak mengizinkannya untuk bersikap egois, karna bagaimana pun semua berhak untuk hidup sesuai dengan keinginannya masing-masing. “Lalu Satria bagaimana?.” Tanya Riri yang melewatkan satu orang. “Dia memilih untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya dan meninggalkan jurusan bisnis seperti yang dia inginkan. Sekarang dia berada di Inggris bersama tiga bocah kematian itu, jadi kamu tidak perlu khawatir.” ***** Leon mengeluarkan sebuah bungkus rokok dari sakunya. Sudah sangat lama sekali dia tidak merokok, terakhir kali pun Leon merokok ketika mendapatkan kabar kalau mertuanya terk

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   122. Mengadopsi Aksa.

    Kedua mata Riri perlahan-lahan terbuka, hal yang pertama kali di lihat oleh Riri adalah sebuah langit-langit putih berhiaskan emas yang berkilauan. “Akhirnya kamu sadar juga nak, Ibu khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu, untung saja dokter bilang tidak apa-apa.” ‘Ada apa ini, apa yang sudah terjadi kepadaku?.’ Tanya Riri dalam hati. Riri menoleh kearah Ibunya yang dengan khawatir memegang salah satu tangannya erat-erat. Kepalanya yang terasa sangat sakit membuat Riri kesulitan untuk berpikir. Berbagai pertanyaan mengenai kondisinya berkecamuk di pikiran Riri yang membuat rasa sakit di kepalanya bertambah semakin menjadi-jadi. Riri merintih kesakitan, telinganya juga tiba-tiba berdenging sangat nyaring, tubuh Riri meringkuk ketika kepalanya terserang rasa sakit yang luar biasa. Melihat putrinya yang merintih kesakitan, bu Khansa berteriak memanggil nama Leon. Mendengar teriakan dari Ibu mertuanya, Leon bergegas menghampiri sumber suara. Ketika sudah berada di depan kamar

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   121. Menyelesaikan Semuanya.

    “Malu kamu bilang?! Kalau kamu masih memiliki rasa malu! Ganti rugi atas kematian anakku! Kalian harus membayarnya!.”“Benar! Kamu harus membayar empat triliun kepada kami!. Kalau kamu tidak membayarnya, kami akan menghancurkan rumah ini!.”Tangan Riri mengepal kuat dan akan bersiap untuk menghantam wajah empat orang yang berada di depan matanya. Di saat Karina sedang di kabarkan sakit bahkan sampai sekarat di rumah sakit, bukannya menjenguk mereka malah datang meminta sejumlah uang ganti rugi.“Anak yang mana? Kalau maksud tante itu kak Karina, sampai saat ini dia masih hidup dan masih bisa bernafas!.”“Tapi kak Karina sekarat karna kalian! Kalian sudah menaruh racun ke dalam makanannya!. Kalau kalian tidak suka setidaknya jangan membunuh kak Karina!.”Riri mengelus dadanya sembari mengatur nafas agar tidak terbawa emosi, cerita tentang kekejaman mereka yang di ceritakan oleh Leon melekat jelas di ingatan Riri. Peran saudara dan ibu tiri yang mereka lakukan sangat baik hingga me

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   120. Makanan Beracun.

    Suara ketukan terdengar di pintu kamar pengantin yang akan menghabiskan waktu bersama setelah serangkaian acara yang melelahkan. Suara ketukan itu tak kunjung berhenti sampai salah satu dari kedua orang yang berada di kamar itu membuka pintu. “Kenapa Leon? Apa kamu tidak akan membiarkan aku beristirahat dengan tenang malam ini?.” Leon menatap wajah pamannya lalu mengintip ke dalam kamar. Di sana sudah terdapat sebuah meja dengan berbagai makanan yang di hidangkan. Di salah satu sisi meja sudah ada seorang wanita yang mengenakan sebuah gaun putih yang cantik, jika di lihat dari posisinya wanita itu terlihat akan segera menyantap hidangan di depannya. “Jangan makan apa pun sampai besok siang.” Asrof menatap heran kearah Leon, dan seketika ekspresi wajah Asrof berubah menjadi panik. Asrof menoleh ke belakang dan menatap istrinya yang akan memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Tanpa berpikir lama Asrof langsung berlari dan menepis tangan Karina dengan kasar. Sendok

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status