Share

4. Kawin Duluan.

“Ya ampun! Padahal yang mau menikah itu kakak kamu, tapi kok bisa sih keduluan sama kamu?”

Setelah selesai bersih-bersih di rumah lama sang suami, Riri dan Leon pergi ke rumah tantenya. Dan di sinilah mereka, di rumah sepupunya Riri.

Namun baru saja dia dan Leon sampai dan turun dari motor, Riri dan Leon sudah disambut dengan suara-suara tak mengenakkan dari mulut saudara-saudara ibunya.

Inilah yang Riri sebalkan dari keluarga besar ibunya. Semuanya punya mulut biadab yang tidak bisa direm kalau sudah membicarakan orang lain.

'Baru juga sampe udah pada nyinyir aja tuh emak-emak rempong!'

Kesal Riri hanya bisa disuarakan dalam hati. Bisa gawat kalau dia menghujat tante-tantenya langsung di depan. Bukannya takut, Riri hanya tak mau saja hubungan ibunya dengan saudaranya merenggang hanya karna kemarahannya saja.

Pandangan Riri kini beralih pada Leon yang sepertinya juga tak suka pada omongan tantenya.

Sambil menyenggol tangan Leon, Riri berbicara dalam hati, 'Yang sabar, ya. Emang gitu mulutnya, nggak bisa direm kayak kereta api.'

Sebagai jawaban, Leon hanya mengangguk saja. Sepertinya dia paham apa yang sedang dipikirkan istrinya.

“Kalau nggak tahan mau kawin, tinggal bilang aja. Orang-orang itu nikah dulu baru kawin, kamu malah kawin dulu baru nikah.”

Lagi-lagi terdengar suara nyinyiran terdengar.

“Siapa bilang aku kawin duluan?!” bentak Riri yang mencoba menekan amarahnya.

“Ada, tuh yang bilang!”

Seseorang pasti telah menyebarkan rumor, karena waktu itu hanya kedua orang tuanya dan pamannya saja yang datang. Mata riri mengedar dan menatap curiga ke salah satu adik laki-laki ibunya yang gelagatnya terlihat sangat mencurigakan.

“Ternyata dia... Awas saja nanti."

“Nafsu anak jaman sekarang kok mengerikan ya? Bisa-bisanya kawin duluan.” Tatapan aneh muncul di wajah Bude Lut, adik ipar sekaligus istri dari adik pertama ibunya. “Aduh... Mana suami kamu kayak preman lagi.”

Meski kesal mendengar nyinyiran tersrbut, Riri dalam hati membenarkan penialaian Budenya. 'Emang preman.'

“Kamu pasti mau begituan sama dia karna wajahnya ganteng, kan? Ck tapi sayang tampilannya Kayak preman gitu, dan dia kelihatannya...” Bude Lut menjeda omongannya. “...Miskin. Kalau kamu mau, Bude bisa kok kenalin kamu ke anak orang kaya. Ya walaupun wajahnya nggak seganteng itu sih.”

“Kamu itu wanita, seharusnya kamu bisa jaga pandangan, dikasih yang ganteng dikit langsung mau! Lihat itu sepupu kamu, suaminya manajer di perusahaan terkenal. Lah suami kamu, kerjanya apa? Jangan-jangan malakin orang lagi!” Kali ini Bude Indah yang bersuara, dia adalah adik keempat ibunya sekaligus pemilik hajatan ini.

Seolah merasa di atas angin, anak Bude Indah, Naila turut mencibir. Dialah wanita yang akan menikah empat hari lagi. “Iya tuh dek. Kalau cari suami itu yang kaya, kalau masalah tampang itu bisa diurus belakangan.”

Riri menatap tak suka kepada wanita yang saat ini sedang duduk santai dengan masker putih diwajahnya.

“Dih, bilangnya sih gitu, tapi lihatin suami aku kok gitu banget, nggak pernah lihat yang ganteng ya?”

Persis sekali seperti serigala yang ingin memangsa buruannya.

“Mana mau sih, si Naila dikasih orang miskin kayak dia?!” Bude Indah mengelak sambil menunjuk ke arah Leon.

“Lagian, mana mau juga sih suami aku dikasih orang kayak dia?!” balas Riri dengan mengikuti gaya bicara Bude Indah, bahkan tangannya juga menunjuk ke arah sepupunya.

“Kamu--"

Brak!

Belum selesai Naila mengucapkan kata-katanya, Leon sudah terlebih dahulu bertindak, sepertinya dia sudah terusik dengan perdebatan para wanita didepannya.

Leon memukul meja dengan satu tangan, dan alhasil meja tak bersalah itu langsung terbelah menjadi dua. Riri berdecak kagum dengan kekuatan Leon, ternyata otot sangarnya itu bukan hanya pajangan semata.

“Oh maaf, mejanya tadi mengganggu,” ucapnya santai, berbanding terbalik dengan mata para wanita yang menatapnya dengan horor.

Riri hanya bisa mengacungkan jempol tangannya. Tak hanya Riri saja, Ayah, Ibu, dan beberapa adik sepupu Riri juga melakukan hal yang sama.

Setelahnya, laki-laki itu meminta Riri membuatkan kopi. Dan, saat tengah menyeruput kopi buatan sang istri, Leon menatap tajam ke arah Naila.

“Kamu... bukannya yang sering main di bar, ya?”

Naila yang mendapatkan tatapan tajam dari Leon kini sudah setengah takut dan setengah salah tingkah.

Mendengar penuturan suaminya, Riri yang mendengar itu langsung kaget, begitu juga yang lainnya.

"Ah, aku ingat. Itu benar-benar kamu!" Leon berdecak sambil tepuk tangan ketika mengingat Naila pernah 'main' beberapa kali di bar, itu pun dengan beberapa laki-laki yang berbeda.

“A-aku ke sana sama mas Arya kok.” Wajah Naila kini sudah terlihat pucat pasi.

“Sok ngurusin anak orang, padahal anak sendiri aja nggak diurus!" ejek Leon, kali ini menatap sinis pada Bude Indah.

“Senggaknya anakku nggak seburuk kalian!”

Amarah Bude Indah sudah mulai tersulut, sebentar lagi pasti akan meledak.

“Memangnya kamu tahu anakmu di sana ngapain?” sindir Leon yang sedang menerawang jauh kejadian empat hari lalu. “Oh... Aku baru ingat juga soal 'itu' yang sudah pernah dipegang berkali-kali.” lanjutnya sambil menunjuk ke arah Dada Naila. “Apa lagi ya, yang dipegang?”

Leon semakin gencar merecoki Bude Indah dengan segala kenyataan yang ada.

“Kamu!!” Bude Indah sudah tak bisa berkata-kata. Dia lalu menatap anak sulungnya dengan tatapan mematikan.

Namun sayang, sebelum Leon mampu mengucapkan fakta-fakta lainnya, Bu Khana--ibunya Riri bergegas menghentikan aksi menantunya itu. Dia menyuruh Riri membawa Leon pergi berjalan-jalan.

Akhirnya, Riri melihat-lihat sekitar untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Pandangannya tertuju pada kakek-kakek yang sedang menjual sate ayam di pinggir jalan.

“Kita makan sate aja ya?” tawarnya, Leon berdehem menandakan kalau dia setuju.

Riri dan Leon menyeberangi jalan raya untuk sampai ke tempat tujuan. Riri langsung memesan dan memakan sate yang dihidangkan di depannya, begitu juga dengan Leon.

"Leon?!... Ini bener kamu?!"

Seorang wanita tiba-tiba muncul entah dari mana.

Riri melirik ke arah wanita yang masih saja memegang bahu suaminya, padahal orang yang dia panggil dan dia ajak bicara tak meresponnya.

Riri tak memperdulikan wanita itu lagi dan memilih untuk melanjutkan makannya. Namun kejadian berikutnya membuat wanita yang baru saja menyandang gelar sebagai istri baru Leon itu mengamuk.

"Nggak lihat itu ada banyak tempat duduk!!!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status