Pak Arjuna melangkah menghampiri Leon yang kembali tak sadarkan diri, hatinya terasa sangat sakit ketika melihat putranya harus menghadapi hal yang sangat mengerikan. Ayah mana yang tidak akan merasa terpukul ketika anak-anaknya mengalami hal yang dapat menghancurkan mental, terutama Dion yang kini usianya belum genap sepuluh tahun."Maaf nak, semoga saja ke depannya kalian bisa hidup dengan baik."Pak Arjuna menghela nafas dan mempersilakan dokter Asrof untuk melakukan tugasnya. Pak Arjuna mengira semuanya akan berjalan dengan lancar ketika mengingat kemampuan dokter Asrof yang sangat mahir dalam bidangnya. Namun siapa sangka kejadian yang tidak terduga akan terjadi.Dokter Asrof dan beberapa rekannya harus mengalami beberapa kendala ketika di hadapkan dengan Leon yang sangat sulit untuk di tangani.Leon yang kesadarannya mulai terkumpul menyadari bahwa ikatan yang mengikat dirinya telah kendur dan merenggang, tanpa berpikir panjang lagi Leon bergegas melepaskan diri dan menyerang be
"Dasar anak sialan!!" Bentak Dimas yang merupakan adik angkat ayah Leon. Kaki Dimas terangkat tinggi dan bersiap-siap untuk menendang Leon yang tengah tengkurap di lantai. Untungnya aksi itu terhentikan oleh salah satu anak buah pak Arjuna."Tolong jaga sikap anda tuan Dimas, kami tidak akan segan-segan untuk menyakiti anda jika berani bermacam-macam dengan tuan muda.""Kau berani macam-macam denganku hah?!!. Budak rendahan sepertimu berani-beraninya mencari masalah denganku!!." Bentak Dimas sembari mencekam kerah kemeja laki-laki yang baru saja memberinya peringatan.Tak ingin kalah dari Dimas, laki-laki itu menghempaskan tangan Dimas lalu mencengkeram kemeja Dimas dengan kuat sebagai tanda perlawanan."Ingatlah status anda tuan Dimas. Sebelum menjadi bagian dari Ganada, kau juga termasuk dalam golongan budak rendahan seperti kami. Waspadalah, jika salah sedikit lagi, kau pasti akan kembali lagi ketempat asalmu." Ucapnya pelan dengan penuh penekanan. Karna merasa sudah cukup memberi
Pak Arjuna menatap heran iparnya yang baru saja datang dengan penampilan yang berantakan."Kesalahan apa yang kamu maksud sampai-sampai membuatmu jadi seperti ini?" Tanya pak Arjuna pelan sembari memperhatikan sekitarnya.Dokter Asrof yang baru saja datang berusaha mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum berbicara dan menjelaskan tentang hal yang hampir saja membuatnya menjadi gila.“Ada beberapa kesalahan...” Ucap dokter Asrof dengan nafas yang masih terengah-engah. “Karna kondisi Leon yang berbeda dengan kebanyakan manusia pada umumnya, ada beberapa kesalahan titik waktu proses penghapusan ingatannya.” Lanjut dokter ketika kondisinya sudah mulai membaik.Pak Arjuna melirik kearah beberapa tenaga medis yang masih ada di samping Leon. “Ayo kita keluar dulu.”Pak Arjuna dan dokter Asrof berjalan keluar dan menuju ujung lorong yang tak jauh dari ruang rawat Leon, langkah pak Arjuna terhenti ketika telah sampai di ujung lorong, dan dengan penuh kewaspadaan pak Arjuna melihat ke sekelil
“Kan sekarang aku sudah dewasa."Leon hanya tersenyum tipis ketika mendengar Dion yang sedang mendumal. Untuk saat ini orang lain yang mengetahui kelebihannya hanyalah Dion saja, itu pun Leon harus memberikan peringatan tegas kepada Dion agar tidak menceritakan kelebihannya itu ke orang lain.“Leon~” Perhatian Leon teralihkan ketika mendengar suara seseorang yang memanggilnya.Tanpa permisi atau pun meminta izin kepada Leon, wanita bernama Rena yang sudah resmi menjadi pacar Leon dari dua minggu yang lalu itu terlihat berlari dan langsung memeluk tubuh Leon.Tangan Leon mengepal karna kesal dan tak nyaman ketika ada orang lain yang memeluk dirinya, namun karna sampai saat ini Leon belum menemukan sang pujaan hatinya, jadi mau tak mau Leon harus bersabar terlebih dahulu.‘Astaga, wanita dari mana itu? Apa dia tidak tahu kalau orang yang sedang di peluknya itu anggota keluarga Ganada.’‘Kalau menjadi dia, aku pasti akan segera lari sebelum di musnahkan dari dunia ini.’Leon menghela na
Leon menatap wajah Dion yang sedang menangis sembari memeluk kakinya, sebenarnya Leon sendiri tidak ingin meninggalkan Dion di tengah-tengah para orang tamak yang mementingkan harta, tapi tuntutan pendidikan yang di lakukan oleh pak Arjuna membuat Leon mau tidak mau harus pergi meninggalkan Dion.Setelah beristirahat selama satu bulan, Leon harus kembali ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda, dan hal itulah yang membuat Dion menangis histeris sembari memeluk kaki Leon.“Dion, kakak janji akan kembali secepatnya, jadi selama itu kamu harus bersabarlah dan tunggu di rumah.”“Tidak!! Aku mau ikut kakak! Aku tidak mau tinggal bersama mereka, mereka semua orang jahat!! Aku mau ikut kakak saja!!”Tangisan Dion terdengar semakin kencang, orang-orang yang ada di sekitarnya pun di buat kalang kabut dengan tingkah Dion yang tidak mau melepaskan kepergian Leon.“Ayo Dion, pesawat kakakmu akan segera pergi, kakakmu harus pergi sekarang.” Ucap pak Arjuna yang sedang berus
“Saya tidak pernah melakukan hal memalukan seperti itu Bu! Saya berani sumpah!” Riri yang sudah gemetar karena marah, sudah mencoba berkali-kali membela diri dan beradu mulut dengan beberapa warga. Saat ini dia sedang dituduh melakukan perbuatan zina dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal.Padahal, Riri hanya berteduh. Dan secara kebetulan, tempatnya berteduh itu adalah rumah pria asing itu yang juga ditinggali bersama teman-temannya.“Jangan mencoba mengelak kamu! Sudah jelas ada saksi di sana!” ucap ibu-ibu yang sendari tadi mengoceh dan terus-terusan menuduh Riri.'Bahkan tidak ada satu pun saksi yang mengatakan kami berzina!' batin Riri kesal dengan fitnahan Bu Ajeng yang sedari tadi terlihat begitu vokal memojokkannya.“Tenang dulu ibu-ibu bapak-bapak kita bicarakan ini baik-baik...” Ketua Rt mencoba untuk menenangkan situasi. Namun belum selesai dia menyelesaikan kata-katanya, salah satu ibu yang sedari tadi memanasi keadaan mencubit pinggang Pak RT dan berbisik, “Ssttt..
“Mempelai wanita bisa mencium tangan mempelai pria.”Suara pak penghulu membuyarkan lamunan Riri. Gadis itu terlalu lama melamun memikirkan dari mana Leon mendapatkan uang itu, sampai-sampai dia tak sadar bahwa acara ijab kabulnya sudah selesai. Riri melihat ke arah Leon yang sudah dibalas Leon dengan tatapan yang sangat tajam sambil menyodorkan tangannya. Riri menghela napas pasrah, dia hanya bisa mengikuti alur takdir yang sedang mempermainkannya. Mau mengeluh juga sudah terlambat. Pernikahan mereka telah sah secara agama dan negara.“Saya titip anak saya ya, Nak. Tolong dijaga baik-baik.” Bu Khana, ibunya Riri kembali berpesan pada laki-laki yang telah jadi menantunya itu. Dilihat dari penampilannya, dua orang tua Riri itu jelas sudah tahu tahu apa pekerjaan menantunya. , begitu juga dengan Ayah Riri yang sudah lepas tangan terhadap anak sulungnya. “Iya bu.” Hanya itu saja jawaban Leon.Selepas itu, Bu Khana dan yang lainnya membubarkan diri.Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam,
'Apa aku tadi terlalu kelihatan ya ngupingnya?'Riri tersentak kaget, dirinya tak menyangka akan ketahuan secepat ini.“Iya!” balas Leon dengan suara sedikit meninggi.Untuk yang kedua kalinya Riri dibuat kaget dengan ucapan suaminya. 'Dia bisa baca isi pikiranku?'“Nggak bisa.” Lagi-lagi.'Apa dia cenayang ya?'“Bukan.”Kali ini, rasa penasaran Riri sudah tak terelakkan lagi. Untuk itu, dia berteriak dengan sangat kencang. “Kamu bisa baca isi pikiranku?!!” “Kenapa?” Nada suara laki-laki itu terdengar meremehkan.Riri kaget bukan main. Perlahan-lahan, dia memutar badannya dan menengok ke arah Leon berada.Di sana terlihat Leon yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap tajam ke arahnya.“Udah sana tidur! Awas saja kalau berani berisik lagi!... Aku tak akan segan-segan untuk mengusirmu dari sini!” Pria itu mengancam.“Tapikan yang berisik dari tadi dia. Kok malah aku sih yang disalahin?” Riri berucap pelan. Akhirnya, karena tak mau memperpanjang masalah, Riri pun memilih untuk tidur saja.Me