Compartir

Bab 64

Autor: ulfaz
last update Última actualización: 2025-09-25 14:12:01

Udara malam terasa lembap ketika Rani melangkah keluar dari rumah sakit tempat ia mengantar temannya tadi. Bukan hanya tubuhnya yang letih, pikirannya pun penuh pusaran tanya. Percakapan telepon Aurora yang ia dengar secara tidak sengaja kemarin terus memutar di kepalanya. Nama itu. Nada suara dingin yang samar-samar ia kenali. Dan ancaman samar yang jelas bukan basa-basi.

Rani menyalakan motor pelan, lalu berhenti sejenak di pinggir jalan. Tangannya gemetar di atas setang. Aurora. Siapa sebenarnya dia bagi Adrian? Pertanyaan itu menyengat seperti duri yang tiba-tiba menusuk kulit. Ia mencoba menepis kecurigaan, tapi potongan-potongan puzzle justru semakin tajam.

Ia ingat ekspresi Adrian setiap kali menerima telepon mendadak. Nada suaranya berubah, wajahnya seolah penuh rahasia. Selama ini Rani memilih percaya, mencoba mem

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Suami Sah di Siang Hari, Kekasih Gelap di Malam Hari    Bab 74

    Rani menutup pintu mobil dengan tenaga yang tersisa, napasnya masih tercekat. Hujan malam itu sudah berhenti, tapi udara dingin tetap menempel di kulitnya. Jalanan basah memantulkan cahaya lampu kota yang remang, seolah menyambut kedatangannya ke tempat yang selama ini Aurora pilih sebagai arena permainan. Setiap langkahnya terasa berat, tapi tekad yang membara di dada mendorongnya maju. Malam ini, tidak ada ruang untuk keraguan.Ia menatap ponselnya sekali lagi. Pesan Aurora masih membakar pikirannya:"Sudah kau temukan. Sekarang lihat, Rani… apakah kau cukup kuat untuk menghadapi apa yang akan terjadi?"Rani menggenggam ponsel dengan tangan gemetar. Selama berhari-hari, rasa sakit, cemburu, kekecewaan, dan kemarahan bercampur menjadi satu. Malam ini, semuanya akan ditentu

  • Suami Sah di Siang Hari, Kekasih Gelap di Malam Hari    Bab 73

    Rani menunduk di depan pintu kaca sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Hujan semalam masih meninggalkan jejak di aspal dan atap. Tangannya gemetar saat ia menatap pesan Aurora yang terakhir. Setiap kata terasa seperti tombak: “Kebenaran yang akan kau temukan nanti… akan membunuhmu pelan-pelan.”Ia menelan ludah, mencoba menenangkan diri, tapi hatinya berdebar tak karuan. Malam demi malam, minggu demi minggu, semua teka-teki dan kebohongan akhirnya menuntunnya ke titik ini. Titik di mana ia harus memilih: tetap diam dan menerima luka, atau menghadapi kebenaran sekalipun itu menghancurkan rumah tangganya.Rani menatap sekeliling. Tak ada yang memperhatikan, hanya hujan dan lampu jalan yang redup. Ia membuka tasnya, mengeluarkan foto-foto lama yang ia temukan dari dokumen keluarga Adrian surat, foto, dan beberapa catatan yang menunjukkan kedekatan Adrian dengan Aurora, jauh sebelum Rani mengetahuinya.“Habis sudah… aku harus tahu,” gumam Rani sambil menggenggam foto itu. Matanya berkaca-

  • Suami Sah di Siang Hari, Kekasih Gelap di Malam Hari    Bab 72

    Rani melangkah cepat di trotoar yang basah oleh sisa hujan. Lampu jalan berpendar redup, memantulkan bayangan panjang di bawah kakinya. Pikirannya berputar, mencoba memahami pesan misterius yang baru saja ia terima."Jangan pulang malam ini. Bahaya menunggumu di rumah."Kata-kata itu terus menggema di benaknya, membuat jantungnya berdebar kencang. Apakah seseorang tengah memperingatkannya? Atau itu hanya permainan baru Aurora untuk mengguncang kestabilannya?Ia berhenti di depan halte kosong, menatap ponselnya lagi. Tidak ada pesan lanjutan. Tidak ada petunjuk siapa pengirimnya. Tapi entah kenapa, firasatnya berkata bahwa pesan itu bukan sekadar ancaman. Ada sesuatu yang benar-benar salah malam ini.Rani menarik napas panjang. Udara malam menusuk kulitnya, dingin dan lembap. Ia menatap ke arah jalan, mobil-mobil melintas cepat, lampu-lampunya membelah kegelapan.“Kalau aku tidak pulang… ke mana aku harus pergi?” gumamnya lirih.Matanya terarah pada satu tempat: kantor Adrian. Tempat d

  • Suami Sah di Siang Hari, Kekasih Gelap di Malam Hari    Bab 71

    Hujan akhirnya reda, menyisakan bau tanah basah yang menusuk hidung. Jalanan sepi, hanya sesekali terdengar suara tetesan air dari atap rumah atau pohon yang bergoyang tertiup angin. Rani masih berjalan tanpa arah, langkahnya berat, tapi matanya menyalakan api yang berbeda.Air mata sudah berhenti jatuh, bukan karena luka telah hilang, melainkan karena kesedihan itu telah berubah menjadi sesuatu yang lebih keras tekad.Ia menatap ke depan, wajahnya basah, rambutnya menempel di pipi. Dalam hatinya, satu kalimat terngiang: Kalau aku terus diam, aku akan habis. Kalau aku ingin bertahan, aku harus melawan.Adrian berlari menyusul, tubuhnya basah kuyup. Nafasnya memburu, tapi setiap kali ia memanggil nama Rani, perempuan itu justru mempercepat langkah. Ia tahu, kata-katanya tidak lagi

  • Suami Sah di Siang Hari, Kekasih Gelap di Malam Hari    Bab 70

    Hujan belum benar-benar berhenti ketika malam itu menjadi saksi runtuhnya fondasi rumah tangga Rani dan Adrian.Rani masih berdiri di depan jendela, matanya kosong menatap derasnya air yang mengalir di kaca. Foto Adrian dan Aurora yang kini tersebar luas di media sosial seolah terbakar di kepalanya, berulang kali menohok jantungnya tanpa ampun.“Kenapa harus begini…” suaranya nyaris tak terdengar, namun tubuhnya gemetar hebat.Adrian berdiri di belakangnya, wajahnya kusut, rambutnya berantakan, dan sorot matanya penuh keputusasaan. “Rani, dengarkan aku. Aku tidak pernah mencintai Aurora. Aku tidak pernah menyentuhnya seperti yang terlihat di foto itu.”Rani berbalik, matanya sembab tapi menyala penuh api. “Lalu apa ini, Adrian?!” ia mengangkat ponsel, menyorotkan layar ke arah suaminya. “Kau tersenyum padanya. Kau berdiri begitu dekat… cukup dekat untuk membuat semua orang percaya. Kau pikir aku bisa menutup mata dan berpura-pura tidak melihat?!”Adrian menelan ludah. Kata-kata yang i

  • Suami Sah di Siang Hari, Kekasih Gelap di Malam Hari    Bab 69

    Hujan yang turun malam itu tidak kunjung reda. Derai air seolah menjadi saksi bagi hancurnya ketenangan rumah tangga keluarga Wijaya. Di ruang tengah, Rani masih berdiri mematung, ponselnya menggenggam erat, wajahnya memucat, dan matanya sembab. Foto itu foto Adrian dan Aurora yang kini tersebar luas—menghancurkan dunianya seketika.“Tidak… tidak mungkin,” bisiknya, hampir tak terdengar. Napasnya tersengal, dan tubuhnya gemetar hebat. Ia menekan ponsel ke dadanya seolah dengan itu bisa menahan kepedihan yang mengalir deras di hatinya.Adrian keluar dari kamar, langkahnya gontai. Wajahnya pucat pasi, mata yang dulu hangat kini penuh kecemasan. “Rani… tolong dengarkan aku. Itu bukan apa yang kau pikirkan. Aku bisa jelaskan semuanya,” suaranya lirih, hampir hilang di antara suara hujan dan guntur.

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status